Ch 9: Tidak bisa dibeli dengan uang

Begjtu pulang dari kantor, Yayan langsung membaringkan diri di atas kasur. Dia mengecek ponselnya sebentar.

"Oke, rapat kecil-kecilan dimulai."

Yayan mrngambil handuk untuk bebersih diri di kamar mandi. Hanya butuh sekitar 10 menit hntuk yayan keluar dengan keadaan setengah telanjang.

[Misi dikonfirmasi]

[Lakukan kencan untuk hari ini]

[Reward: 3 point kharisma]

[frekuensi kencan Host sangat rendah]

"Yah, mau gimana lagi. Akhir-akhir ini banyak preman yang mengusik. Jadi, terasa menyebalkan! Tapi, tenang saja ... aku akan pergi berkencang malam ini?"

[Baik, host]

Setelah berdandan dengan cukup rapi, lelaki bujangan itu telah siap berangkat. Bukan pergi kencan, ada agenda rapat dengan anak buahnya. Dia akan bertemu rekan bisnisnya. Yah, siapa lagi kalau bukan tukang nasi goreng, atau mamanya Rinto.

Yayan pun menuju taman di mana mereka pertama bertemu. Namun, yang menjadi penghalang adalah keramaian.

Hari masih sekitaran jam 6 sore, tapi sudah ada puluhan orang yang mengerububgi gerobak si tukang nasi goreng.

"Nasi gorennya seenak itu, kah? Aku jadi ingjn mencicipinya." Yayan hanya bisa melihat dari kejauhan.

Yayan menunggu dengan sabar sampai keadaan menjadi lengang. Sembari menunggu, dia mencoba membeli jajanan di taman itu.

Saat di sela-sela menikmati jajanannya, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari orang tuanya. Semangat pria itu seketika jatuh.

“Apa lagi? Sabar, lah!?“

Yayan mengangkat panggilan dari ibunya. Dia sudah menebak apa yang bakal dikatakan pertama kali oleh ibunya.

“Tenang saja, aku masih berusaha. Bulan ini pasti akan menikah, kok.“

“Lupakan dulu tentang mencari calon istri. Ini situasi gawat, Yan!“

Wajah lelaki itu seketika bermasalah.

“Apa? Apa yang terjadi di kampung? Kalian baik-baik saja, kan?“

“Ya, kami baik-baik saja. Tapi, nenekmu——”

“Kenapa dengan nenek?“ tanya Yayan sedikit cemas.

“Meninggal.“

Yayan hening sebentar, mencoba mencerna baik-baik perkataan ibunya. Dia pun juga menenangkan diri.

“Kami butuh uang untuk mengurusi pemakamannya. Jika kau masih punya uang, bisa kirimkan lagi?“

“Bu, apa aku harus pulang sebentar?“ tanya Yayan sedikit hampa.

“Tak perlu. Kau bisa mendoakan nenekmu dari sana. Jangan izin, fokuslah bekerja. Kami mengerti keadaanmu, kok.“

“Tapi, tapi——”

“Tidak apa-apa, Yan!“

“Begitu? Hmm … baiklah! Soal biayanya … aku akan segera mentransfernya.“

“Terima kasih. Sehat-sehat selalu, ya?“

“Iya.“

Yayan langsung menutup panggilannya, dia sedikit menghapus air yang tercipta di kedua sudut mata. Dia menghirup nafas dalam-dalam.

“Kirim uang? Cih, aku harus mendapatkan uang malam ini!?“

“Lho, ada apa? Kau seperti habis menangis?!“ tanya si penjual nasi goreng memiringkan kepalanya, ia telah selesai dengan semua pelanggan.

“Lupakan. Yang terpenting, apa saja yang kau dapat hari ini dari mengintai rumah Yani?"

Rinto celingukan ke sana kemari, ia merasa tempat mereka kurang aman. Ia memindahkan lokasi. Padahal hal yang mereka bincangkan tak terlalu rahasia.

“Hmm, sebelum laporannya. Di mana wanita yang kuminta? Aku tak bisa membayarmu jika tak ada wanita itu!“ ucap Yayan heran.

“Yah, gimana, ya? Aku sedikit ragu. Apa yang kau lakukan pada seorang perempuan. Gimana caranya menghasilkan uang dari mereka? Bukan cara-cara yang ilegal, 'kan? Seperti——”

“Stop, stop! Pikiranmu terlalu liar, bodoh! Aku bukan kriminal.“ Sangkal Yayan. “Yah, pokoknya bawakan seorang wanita. Aku janji akan … um, membahagiakannya.“

“Terdengar kurang meyakinkan!“ remeh si tukang nasi goreng.

“Jika ingin testimoni. Bawakan seorang wanita. Kau akan lihat sendiri!“ Yayan tersenyum angkuh, dia merasa tidak akan gagal.

“Huh, ok, ok. Beri aku sedikit waktu!?“

Yayan mempersilahkan kacungnya itu untuk pergi memenuhi keinginannya. Dia jadi sendirian dengan gerobak dagangan. Beberapa orang kerap kali datang untuk membeli nasi goreng, namun sayangnya sudah habis.

Setelah hampir setengah jam menunggu, si penjual nasi goreng kembali muncul. Berjalan sendirian menghampiri Yayan.

'Di mana wanitanya?' batin Yayan bingung.

“Jadi, di mana?“ tanya Yayan melirik ke sekitar.

“Tolong, bahagian dia!“

“Iya, jadi … mana woman-nya?“

“Umm … halo, om!“

Seorang anak perempuan muncul dari sebalik badan si penjual nasi goreng. Anak berusia delapan tahun, masih SD.

'Gadis cilik ini ….'

“Tolong, buat dia senang! Dia adalah anakku.“ Si penjual nasi goreng tersenyum penuh arti.

'Cih, aku dimanfaatkan. Tapi …' Yayan menatap anak perempuan manis di hadapannya.

'Apa-apaan dengan aura kecantikannya? Dia benar-benar bibit unggul. Bibir mungil merah muda, rambut panjang kurus, dikepang kembar, apalagi kulit putih layaknya susu. Beda sekali dengan orang tuanya.' Yayan beberapa kali mencoba membandingkan antara gadis kecil dengan bapaknya.

“Itu tidak mungkin, 'kan?“ ucap Yayan Spontan.

“Apanya yang tidak mungkin?“

“Sudah, lupakan!“

“Oke. Nah, coba hasilkan uang dengan anak tersayangku ini;” si tukang nasi goreng nyengir.

'Huh, sudahlah.'

“Ayo, ikut … panggil kakak saja, ya? Kak Yayan masih terlalu muda jika dipanggil Om!“ ucap Yayan seraya berjongkok, menyelaraskan tinggi badan.

“Oke, kak Yayan. Wulan ingin jalan-jalan.“ Gadis cilik bernama Wulan itu tersenyum riang.

Wulan sontak menggenggam tangan Yayan, lelaki itu sedikit terkejut.

'Huh, benar-benar bibit unggul!?'

“Wulan pergi dulu.“ dia masih sempat berpamitan pada ayahnya.

Yayan mengajak Wulan berkeliling, sesuai dengan permintaan gadis itu. Ke mall, bermain berbagai wahana permainan, membelikan beberapa barang yang diinginkannya.

Yayan lantas mendapat reward cashback 5 kali lipat.

'Hmm … jadi, intinya perempuan. Selama aku membelanjakan uang untuk mereka. Aku akan mendapat pengembalian hingga 5 kali lipat.'

Yayan dan Wulan kini sedang di toko es krim. Lelaki itu mempersilahkan agar teman kecilnya itu untuk memesan es krim kesukaannya.

“Kak Yayan nggak mau?“ tawar Wulan menyodorkan secendok es krim rasa vanila.

“Wulan makan aja, habiskan semuanya!“

[Selamat, host mendapatkan pengembalian 5 kali lipat, Rp.2500.000]

'Sudah cukup banyak. Total uang yang kudapat sekitar 7 juta lebih. Hmm … satu kali lagi mungkin?' batin Yayan.

“Wulan ingin apa lagi?“

“Sudah cukup! Kak Yayan terlalu baik, Wulan sudah mewujudkan keinginan Wulan,“ Jawab gadis itu bersemangat.

“Eh? Semua itu? Tapi, apakah hanya itu?“

“Keinginan Wulan yang terbesar tak cukup hanya dengan uang.“

Pernyataan dari anak itu membuat Yayan penasaran. Pasalnya, apa yang tak bisa dibeli dengan uang. Dia awalnya berpikir keinginan gadis itu sedikit aneh dan nyeleneh, seperti ingin bulan, laut menjadi kering, serta hal-hal absurd lainnya.

Namun, setelah melihat tatapan Wulan, Yayan yakin bahwa itu adalah hal yang serius.

“Kalau boleh tau, apa itu? Supaya kak Yayan bisa mewujudkannya.“

Saat itulah, gadis itu berhenti memakan es krim. Mata mungilnya mulai berkaca-kaca, menatap Yayan dengan pandangan sendu, tersimpan beribu kesedihan.

“Ibu.“

“Apa?“ ulang Yayan memastikan.

“Wulan ingin bertemu ibu.“ tangis gadis itu pecah, air mata turun deras, mengaliri pipinya.

“Ibu sudah pergi meninggalkan Wulan.“

Yayan pun tak tahu apa arti sebenarnya dari 'meninggalkan', jika ditelaah itu memiliki dua tafsiran.

'Yah, mati atau pergi. Tentu dengan uang saja tak cukup.'

Terpopuler

Comments

ali nizam maulana

ali nizam maulana

sbntr². pokok nya semua wanita. (nonton live streaming kasih gift. juga termasuk nggak thor ? )

2024-06-24

0

Harman LokeST

Harman LokeST

laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss

2023-09-24

1

Pengguna system v.02

Pengguna system v.02

titik nyaaa thorrr

2023-05-21

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ch 1: Dua eksistensi
3 Ch 2: Pengembalian uang pertama
4 Ch 3: Pertemuan yang tidak disengaja
5 Ch 4: Status System
6 Ch 5: Keberuntungan yang rendah
7 Ch 6: Sudah kelewatan
8 Ch 7: Bawahan pertama
9 Ch 8: Wanita keturunan Jepang
10 Ch 8.5
11 Ch 9: Tidak bisa dibeli dengan uang
12 Ch 10: Hutang yang mencekik
13 Ch 11: Membalas budi
14 Ch 12: Pengakuan?
15 Ch 13: Malam yang panjang
16 Ch 14: Butuh keberuntungan
17 Ch 15: Kenalan lama
18 Ch 16: Membeli HP baru
19 Ch 17: Pengekos baru
20 Ch 18: Rencana kencan
21 Ch 19: Kencan yang gagal
22 Ch 20: Mengejar
23 Ch 21: Kegagalan
24 Ch 22: Penyelidikan
25 Ch 23: Tidak menerima beban!
26 Ch 24: Pengalaman pertama
27 Ch 25: Kau ingin beli sesuatu?
28 Ch 26: Kau mau juga?
29 Ch 27: Penghuni kos yang lain
30 Ch 28: Makan-makan
31 Ch 29: Pesanan
32 Ch 29.5
33 Ch 30: Salah langkah
34 Ch 31: Berhasil lolos
35 Ch 31.5
36 Ch 32: Lembur
37 Ch 33: Menjadi guru yang baik
38 Ch 34: Liburan
39 Ch 35: Liburan II
40 Ch 36: Deklarasi resmi
41 Ch 37: Tantangan
42 Ch 38: Duel
43 Ch 39: Tidak terlihat
44 Ch 40: Menang
45 Ch 41: Rumah untuk Mikha
46 Ch 42: Kedatangan sang ibu
47 Ch 43: Vina vs Mikha
48 Ch 44: Mencari bawahan
49 Ch 45: Isi Mistery Box
50 Ch 46: Pertemuan kedua
51 Ch 47: Sisi lain si rambut perak
52 Ch 48: Misi berhadiah besar
53 Ch 49: Anak yang malang
54 Ch 50: Membantu anak-anak pemulung
55 Ch 51: Mencoba menaklukkan si stalker
56 Ch 52: Jadikan aku yang pertama di hatimu!
57 Ch 52.5
58 Ch 53: Sebuah fakta, benang merah!
59 Ch 54: Bonus dari System
60 Ch 55: Dua kesadaran yang menyatu
61 Ch 55.5: Penjelasan dunia
62 Ch 56: Tiga calon pengantin wanita
63 Ch 57: Hari tenang
64 Ch 58: Pernikahan
65 Ch 59: Kalah start
66 Ch 60: Memang tidak mudah
67 Ch 61: Orang random yang tidak tahu apa-apa
68 Ch 62: Bug System
69 Ch 63: Terbebas
70 Ch 64: Shop System
71 Ch 65: Hari tenang II
72 Ch 66: Kau mengenalinya?
73 Ch 67: Dia istriku!
74 Ch 68: Membuat organisasi
75 Ch 69: Penjarahan
76 Ch 70: Hybrid
77 Ch 71: Permintaan tanpa kesadaran
78 Ch 72: Kau yang menyerang duluan!
79 Ch 73: NTR
80 Ch 74: Masih sesuai rencana
81 Ch 75: Semuanya terlalu mudah
82 Ch 76: Negara Rugia
83 Ch 77: Menambah istri?
84 Ch 78: Tantangan duel pedang
85 Ch 79: Tidak mempengaruhi apa pun!
86 Ch 80: Turnamen dimulai
87 Ch 81: Strategi yang berbeda-beda
88 Ch 82: Si paling menderita
89 Ch 83: Insiden di bis
90 Ch 84: Orang aneh!
91 Ch 85: Boneka!
92 Ch 86: Klub penggemar
93 Ch 87: Babak 32 besar
94 Ch 88: Bakat penggoda
95 Ch 89: Chaos
96 Ch 90: Buronan?
97 Ch 91: Tidak ada harapan
98 Ch 92: Hibernasi
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Prolog
2
Ch 1: Dua eksistensi
3
Ch 2: Pengembalian uang pertama
4
Ch 3: Pertemuan yang tidak disengaja
5
Ch 4: Status System
6
Ch 5: Keberuntungan yang rendah
7
Ch 6: Sudah kelewatan
8
Ch 7: Bawahan pertama
9
Ch 8: Wanita keturunan Jepang
10
Ch 8.5
11
Ch 9: Tidak bisa dibeli dengan uang
12
Ch 10: Hutang yang mencekik
13
Ch 11: Membalas budi
14
Ch 12: Pengakuan?
15
Ch 13: Malam yang panjang
16
Ch 14: Butuh keberuntungan
17
Ch 15: Kenalan lama
18
Ch 16: Membeli HP baru
19
Ch 17: Pengekos baru
20
Ch 18: Rencana kencan
21
Ch 19: Kencan yang gagal
22
Ch 20: Mengejar
23
Ch 21: Kegagalan
24
Ch 22: Penyelidikan
25
Ch 23: Tidak menerima beban!
26
Ch 24: Pengalaman pertama
27
Ch 25: Kau ingin beli sesuatu?
28
Ch 26: Kau mau juga?
29
Ch 27: Penghuni kos yang lain
30
Ch 28: Makan-makan
31
Ch 29: Pesanan
32
Ch 29.5
33
Ch 30: Salah langkah
34
Ch 31: Berhasil lolos
35
Ch 31.5
36
Ch 32: Lembur
37
Ch 33: Menjadi guru yang baik
38
Ch 34: Liburan
39
Ch 35: Liburan II
40
Ch 36: Deklarasi resmi
41
Ch 37: Tantangan
42
Ch 38: Duel
43
Ch 39: Tidak terlihat
44
Ch 40: Menang
45
Ch 41: Rumah untuk Mikha
46
Ch 42: Kedatangan sang ibu
47
Ch 43: Vina vs Mikha
48
Ch 44: Mencari bawahan
49
Ch 45: Isi Mistery Box
50
Ch 46: Pertemuan kedua
51
Ch 47: Sisi lain si rambut perak
52
Ch 48: Misi berhadiah besar
53
Ch 49: Anak yang malang
54
Ch 50: Membantu anak-anak pemulung
55
Ch 51: Mencoba menaklukkan si stalker
56
Ch 52: Jadikan aku yang pertama di hatimu!
57
Ch 52.5
58
Ch 53: Sebuah fakta, benang merah!
59
Ch 54: Bonus dari System
60
Ch 55: Dua kesadaran yang menyatu
61
Ch 55.5: Penjelasan dunia
62
Ch 56: Tiga calon pengantin wanita
63
Ch 57: Hari tenang
64
Ch 58: Pernikahan
65
Ch 59: Kalah start
66
Ch 60: Memang tidak mudah
67
Ch 61: Orang random yang tidak tahu apa-apa
68
Ch 62: Bug System
69
Ch 63: Terbebas
70
Ch 64: Shop System
71
Ch 65: Hari tenang II
72
Ch 66: Kau mengenalinya?
73
Ch 67: Dia istriku!
74
Ch 68: Membuat organisasi
75
Ch 69: Penjarahan
76
Ch 70: Hybrid
77
Ch 71: Permintaan tanpa kesadaran
78
Ch 72: Kau yang menyerang duluan!
79
Ch 73: NTR
80
Ch 74: Masih sesuai rencana
81
Ch 75: Semuanya terlalu mudah
82
Ch 76: Negara Rugia
83
Ch 77: Menambah istri?
84
Ch 78: Tantangan duel pedang
85
Ch 79: Tidak mempengaruhi apa pun!
86
Ch 80: Turnamen dimulai
87
Ch 81: Strategi yang berbeda-beda
88
Ch 82: Si paling menderita
89
Ch 83: Insiden di bis
90
Ch 84: Orang aneh!
91
Ch 85: Boneka!
92
Ch 86: Klub penggemar
93
Ch 87: Babak 32 besar
94
Ch 88: Bakat penggoda
95
Ch 89: Chaos
96
Ch 90: Buronan?
97
Ch 91: Tidak ada harapan
98
Ch 92: Hibernasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!