Begjtu pulang dari kantor, Yayan langsung membaringkan diri di atas kasur. Dia mengecek ponselnya sebentar.
"Oke, rapat kecil-kecilan dimulai."
Yayan mrngambil handuk untuk bebersih diri di kamar mandi. Hanya butuh sekitar 10 menit hntuk yayan keluar dengan keadaan setengah telanjang.
[Misi dikonfirmasi]
[Lakukan kencan untuk hari ini]
[Reward: 3 point kharisma]
[frekuensi kencan Host sangat rendah]
"Yah, mau gimana lagi. Akhir-akhir ini banyak preman yang mengusik. Jadi, terasa menyebalkan! Tapi, tenang saja ... aku akan pergi berkencang malam ini?"
[Baik, host]
Setelah berdandan dengan cukup rapi, lelaki bujangan itu telah siap berangkat. Bukan pergi kencan, ada agenda rapat dengan anak buahnya. Dia akan bertemu rekan bisnisnya. Yah, siapa lagi kalau bukan tukang nasi goreng, atau mamanya Rinto.
Yayan pun menuju taman di mana mereka pertama bertemu. Namun, yang menjadi penghalang adalah keramaian.
Hari masih sekitaran jam 6 sore, tapi sudah ada puluhan orang yang mengerububgi gerobak si tukang nasi goreng.
"Nasi gorennya seenak itu, kah? Aku jadi ingjn mencicipinya." Yayan hanya bisa melihat dari kejauhan.
Yayan menunggu dengan sabar sampai keadaan menjadi lengang. Sembari menunggu, dia mencoba membeli jajanan di taman itu.
Saat di sela-sela menikmati jajanannya, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari orang tuanya. Semangat pria itu seketika jatuh.
“Apa lagi? Sabar, lah!?“
Yayan mengangkat panggilan dari ibunya. Dia sudah menebak apa yang bakal dikatakan pertama kali oleh ibunya.
“Tenang saja, aku masih berusaha. Bulan ini pasti akan menikah, kok.“
“Lupakan dulu tentang mencari calon istri. Ini situasi gawat, Yan!“
Wajah lelaki itu seketika bermasalah.
“Apa? Apa yang terjadi di kampung? Kalian baik-baik saja, kan?“
“Ya, kami baik-baik saja. Tapi, nenekmu——”
“Kenapa dengan nenek?“ tanya Yayan sedikit cemas.
“Meninggal.“
Yayan hening sebentar, mencoba mencerna baik-baik perkataan ibunya. Dia pun juga menenangkan diri.
“Kami butuh uang untuk mengurusi pemakamannya. Jika kau masih punya uang, bisa kirimkan lagi?“
“Bu, apa aku harus pulang sebentar?“ tanya Yayan sedikit hampa.
“Tak perlu. Kau bisa mendoakan nenekmu dari sana. Jangan izin, fokuslah bekerja. Kami mengerti keadaanmu, kok.“
“Tapi, tapi——”
“Tidak apa-apa, Yan!“
“Begitu? Hmm … baiklah! Soal biayanya … aku akan segera mentransfernya.“
“Terima kasih. Sehat-sehat selalu, ya?“
“Iya.“
Yayan langsung menutup panggilannya, dia sedikit menghapus air yang tercipta di kedua sudut mata. Dia menghirup nafas dalam-dalam.
“Kirim uang? Cih, aku harus mendapatkan uang malam ini!?“
“Lho, ada apa? Kau seperti habis menangis?!“ tanya si penjual nasi goreng memiringkan kepalanya, ia telah selesai dengan semua pelanggan.
“Lupakan. Yang terpenting, apa saja yang kau dapat hari ini dari mengintai rumah Yani?"
Rinto celingukan ke sana kemari, ia merasa tempat mereka kurang aman. Ia memindahkan lokasi. Padahal hal yang mereka bincangkan tak terlalu rahasia.
“Hmm, sebelum laporannya. Di mana wanita yang kuminta? Aku tak bisa membayarmu jika tak ada wanita itu!“ ucap Yayan heran.
“Yah, gimana, ya? Aku sedikit ragu. Apa yang kau lakukan pada seorang perempuan. Gimana caranya menghasilkan uang dari mereka? Bukan cara-cara yang ilegal, 'kan? Seperti——”
“Stop, stop! Pikiranmu terlalu liar, bodoh! Aku bukan kriminal.“ Sangkal Yayan. “Yah, pokoknya bawakan seorang wanita. Aku janji akan … um, membahagiakannya.“
“Terdengar kurang meyakinkan!“ remeh si tukang nasi goreng.
“Jika ingin testimoni. Bawakan seorang wanita. Kau akan lihat sendiri!“ Yayan tersenyum angkuh, dia merasa tidak akan gagal.
“Huh, ok, ok. Beri aku sedikit waktu!?“
Yayan mempersilahkan kacungnya itu untuk pergi memenuhi keinginannya. Dia jadi sendirian dengan gerobak dagangan. Beberapa orang kerap kali datang untuk membeli nasi goreng, namun sayangnya sudah habis.
Setelah hampir setengah jam menunggu, si penjual nasi goreng kembali muncul. Berjalan sendirian menghampiri Yayan.
'Di mana wanitanya?' batin Yayan bingung.
“Jadi, di mana?“ tanya Yayan melirik ke sekitar.
“Tolong, bahagian dia!“
“Iya, jadi … mana woman-nya?“
“Umm … halo, om!“
Seorang anak perempuan muncul dari sebalik badan si penjual nasi goreng. Anak berusia delapan tahun, masih SD.
'Gadis cilik ini ….'
“Tolong, buat dia senang! Dia adalah anakku.“ Si penjual nasi goreng tersenyum penuh arti.
'Cih, aku dimanfaatkan. Tapi …' Yayan menatap anak perempuan manis di hadapannya.
'Apa-apaan dengan aura kecantikannya? Dia benar-benar bibit unggul. Bibir mungil merah muda, rambut panjang kurus, dikepang kembar, apalagi kulit putih layaknya susu. Beda sekali dengan orang tuanya.' Yayan beberapa kali mencoba membandingkan antara gadis kecil dengan bapaknya.
“Itu tidak mungkin, 'kan?“ ucap Yayan Spontan.
“Apanya yang tidak mungkin?“
“Sudah, lupakan!“
“Oke. Nah, coba hasilkan uang dengan anak tersayangku ini;” si tukang nasi goreng nyengir.
'Huh, sudahlah.'
“Ayo, ikut … panggil kakak saja, ya? Kak Yayan masih terlalu muda jika dipanggil Om!“ ucap Yayan seraya berjongkok, menyelaraskan tinggi badan.
“Oke, kak Yayan. Wulan ingin jalan-jalan.“ Gadis cilik bernama Wulan itu tersenyum riang.
Wulan sontak menggenggam tangan Yayan, lelaki itu sedikit terkejut.
'Huh, benar-benar bibit unggul!?'
“Wulan pergi dulu.“ dia masih sempat berpamitan pada ayahnya.
Yayan mengajak Wulan berkeliling, sesuai dengan permintaan gadis itu. Ke mall, bermain berbagai wahana permainan, membelikan beberapa barang yang diinginkannya.
Yayan lantas mendapat reward cashback 5 kali lipat.
'Hmm … jadi, intinya perempuan. Selama aku membelanjakan uang untuk mereka. Aku akan mendapat pengembalian hingga 5 kali lipat.'
Yayan dan Wulan kini sedang di toko es krim. Lelaki itu mempersilahkan agar teman kecilnya itu untuk memesan es krim kesukaannya.
“Kak Yayan nggak mau?“ tawar Wulan menyodorkan secendok es krim rasa vanila.
“Wulan makan aja, habiskan semuanya!“
[Selamat, host mendapatkan pengembalian 5 kali lipat, Rp.2500.000]
'Sudah cukup banyak. Total uang yang kudapat sekitar 7 juta lebih. Hmm … satu kali lagi mungkin?' batin Yayan.
“Wulan ingin apa lagi?“
“Sudah cukup! Kak Yayan terlalu baik, Wulan sudah mewujudkan keinginan Wulan,“ Jawab gadis itu bersemangat.
“Eh? Semua itu? Tapi, apakah hanya itu?“
“Keinginan Wulan yang terbesar tak cukup hanya dengan uang.“
Pernyataan dari anak itu membuat Yayan penasaran. Pasalnya, apa yang tak bisa dibeli dengan uang. Dia awalnya berpikir keinginan gadis itu sedikit aneh dan nyeleneh, seperti ingin bulan, laut menjadi kering, serta hal-hal absurd lainnya.
Namun, setelah melihat tatapan Wulan, Yayan yakin bahwa itu adalah hal yang serius.
“Kalau boleh tau, apa itu? Supaya kak Yayan bisa mewujudkannya.“
Saat itulah, gadis itu berhenti memakan es krim. Mata mungilnya mulai berkaca-kaca, menatap Yayan dengan pandangan sendu, tersimpan beribu kesedihan.
“Ibu.“
“Apa?“ ulang Yayan memastikan.
“Wulan ingin bertemu ibu.“ tangis gadis itu pecah, air mata turun deras, mengaliri pipinya.
“Ibu sudah pergi meninggalkan Wulan.“
Yayan pun tak tahu apa arti sebenarnya dari 'meninggalkan', jika ditelaah itu memiliki dua tafsiran.
'Yah, mati atau pergi. Tentu dengan uang saja tak cukup.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
ali nizam maulana
sbntr². pokok nya semua wanita. (nonton live streaming kasih gift. juga termasuk nggak thor ? )
2024-06-24
0
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss
2023-09-24
1
Pengguna system v.02
titik nyaaa thorrr
2023-05-21
0