“Hmm, semua barangku dirampok, ya? Mulai dari motor, ponsel, dan dompet. Cih, awas saja.“
Yayan seperti gelandangan, berjalan sendiri di trotoar samping jalan raya. Pakaiannya agak compang-camping, terlebih lebam dan bengkak di wajahnya yang belum sepenuhnya hilang.
'System, gunakan poin kesehatan untuk menyembuhkan lukaku?'
[Dua poin kesehatan digunakan]
Luka-luka di wajah Yayan perlahan menghilang. Akan tetapi, tidak dengan luka di bagian lain. Namun, itu sudah cukup, memang lebih diutamakan untuk luka yang terlihat dari luar.
'Huh, berarti satu poin untuk satu jenis luka?'
[Benar, host]
'Huh, ternyata saat aku tidak sadar, rupanya ada misi yang muncul.'
[Host, ada sesuatu yang penting di ponsel Anda]
'Lalu, bagaimana? Ponselku sudah dicuri!'
System kemudian memunculkan sebuah panel mengambang, itu berisi riwayat panggilan dan riwayat pesan di ponselnya Yayan. Lelaki itu sedikit kebingungan.
'Bagaimana kau bisa menampilkan ini?'
[System telah terkoneksi dengan seluruh gawai yang host miliki]
[Termasuk motor Anda]
'Wah … kau benar-benar canggih!'
Yayan lantas kemudian memerhatikan panel mengambang di hadapannya. Panggilan tidak terjawab ada 30 lebih, rata-rata datang dari ….
'Vina?' Yayan sontak berhenti berjalan. 'Pasti soal urusan kantor. Aku pasti mendapat SP!?'
Yayan berganti memerhatikan riwayat pesan. Itu tak kalah ramai dengan riwayat panggilan.
'Nah, benarkan? Bahkan manager sampai memastikan kondisiku. Cih, apa mereka akan percaya bahwa aku dirampok?' Yayan menyentuh pipinya.
Seharusnya luka-luka yang diderita tidak disembuhkan terlebih dulu. Yayan sudah melakukan blunder.
'Eh? Ibu?' Yayan membuka pesan dari ibunya.
'Ahh, ya. Aku lupa mentransfer uangnya. Aduh, bagaimana ini?'
[System bisa langsung mentransfer ke rekening orang tua Anda]
'Eh, bisa? Baiklah, cepat lakukan?'
Pesan baru muncul di panel System yang terhubung dengan ponselnya. Lalu, tak berselang lama kemudian. Ibunya langsung menelepon. Yayan tentu saja tidak bisa menjawab telepon itu, harus ada ponselnya.
'Ahh, gimana ini? Oh, ya, System … katamu kau terhubung dengan seluruh gawai yang kupunya? Apa kau bisa lebih dari sekedar mengintip isi ponselku?'
[System bisa menjalankan fungsi ponsel Anda]
'Cih, kenapa tak menjelaskannya dari awal? Langsung reject telepon dari ibu, lalu balas pesan sebelumnya. Oh, ya … apa para pencuri itu bisa membuka ponselku?'
[Tidak, Host]
Yayan menghela nafas lega serta mengelus dada. 'Aku tak boleh membuat orang di kampung cemas.'
[System sudah melakukan perintah dari host. Saya menyarankan untuk meledakkan ponsel Anda]
'Kau bisa?'
[Ponsel diledakkan]
Yayan tidak bisa menahan tawanya, dia membayangkan bagaimana ekspresi kebingungan dari para kacungnya Yani itu. Mereka pasti bertanya-tanya, bagaimana mungkin ponsel bisa meledak tanpa sebab.
'Keren, keren. Lalu, bagaimana dengan motornya?'
[Motor host adalah motor biasa. Andai punya teknologi A.I dan auto pilot. System bisa mengendalikan motor tersebut]
'Aku bahkan ragu jika sudah ada motor yang memiliki teknologi itu. Huh, tapi sudahlah …. aku nanti akan beli ponsel dan motor baru.'
Yayan kemudian lanjut berjalan. Setelah melewati perjalanan panjang yang melelahkan, Yayan akhirnya sampai di kos-kosannya.
“Akhirnya sampai.“ Dia mengeluarkan kunci, beruntung tidak hilang.
Yayan langsung membaringkan diri di kasur sederhana yang telah kempes. Itu sudah cukup nyaman.
“Yani, aku akan membalasmu. Tunggu saja!“ gumam Yayan dengan sorot mata yang serius.
Yayan selanjutnya tertidur lagi, dia begitu lelah karena kejadian semalam.
.
.
.
.
“Unh … j-jam berapa sekarang?“ Yayan menggeliat bangun, matanya secara perlahan terbuka. Namun, dia melihat siluet seorang wanita.
“Oh, kau sudah bangun——”
“A-apa yang kau lakukan di kos——”
Jdug ….
Saat Yayan reflek terlonjak bangkit, keningnya menghantam sesuatu.
“Ugh, apa-apaan ini? Kenapa kau bisa ada di sini?“ teriak Yayan, mengelus-elus keningnya.
Sementara itu, “Tentu aku cemas, kau tidak memberi kabar apa-apa. Awww, sakit, tau!“ ia, siapa lagi kalau bukan Vina. Wanita itu mengelus dagunya yang habis di sundul dengan keras oleh Yayan.
“Siapa suruh ngagetin?!“ Yayan berupaya menenangkan diri, dia menarik nafas secara perlahan. “Huh, kukira apa? Kenapa tidak membangunkanku?“
“Aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, kau tidur kayak kebo!“ Vina melirik ke bagian sudut kasur yang basah karena liur.
“Cih, oke, oke. Mungkin aku terlalu lelah. Tapi, apa-apaan tadi? Kenapa wajahmu tepat di atasku——”
“Sudah, jangan dibahas! Bukan apa-apa,“ ucap Vina memalingkan muka.
'Ahhh, jangan sampai Yayan tahu!' batin wanita itu.
“Apa maksudnya 'Bukan apa-apa'?" tanya Yayan mengerutkan kening, menatap Vina penuh selidik, apalagi setelah mendengar suara hatinya.
“Akan bilang 'jangan dibahas'! Lagipun … kenapa kau absen dan tak memberi kabar? Lalu, di mana ponselmu? Aku tidak bisa menemukannya di mana pun.“
'Aduh, gimana ini? Apa aku harus jujur mengatakan bahwa aku habis dirampok?!'
“Dan juga … di mana motormu, aku tak melihatnya sama sekali!? Dan … kenapa bajumu nampak berantakan——”
“Oke, oke. Nona detektif, begini … semalam aku dirampok dan …..“
Yayan menceritakan kejadiannya dari awal sampai akhir. Namun, menghapus bagian saat dia diselamatkan oleh Mysta.
“Benarkah?“ tanya Vina yang nampak syok, ia tak menyangkanya sama sekali.
“Begitulah,” balas Yayan acuh.
“Lalu, kenapa kau hanya diam dan santai-santai saja? Kasus ini harus dilaporkan pada polisi. Mereka tidak boleh dibiarkan berkeliaran bebas!“
Vina menarik tangan Yayan untuk segera pergi. “Itu berbahaya, beruntung kau tidak mengalami luka serius. Ayo, kita harus ke kantor polisi,“ paksanya, menarik Yayan lebih keras.
Namun, pria itu hanya diam lalu mengggelng. Sontak membuat Vina kebingungan.
“Kenapa?“
“Percuma, lagipula aku tak mau buang-buang waktu,“ ucap Yayan yang secara perlahan melepaskan genggaman tangan Vina.
“Tapi, mereka tidak boleh dibiarkan!“ kekeh wanita itu.
“Huh, tenang saja. Aku memiliki rencana lain. Asal tau saja, Vin … mereka itu sebenarnya suruhan dari seseorang yang membenciku!?“ jeplak Yayan, terkesan seperti bergurau.
“Hah? Apakah itu benar? Kenapa kau bisa tau? Dan yang terpenting … kau tahu identitasnya?“ tanya Vina penasaran.
Yayang mengangguk yakin, “Tentu saja tahu. Aku hanya membiarkan mereka bermain-main lebih dulu. Ada saatnya untuk giliranku.“
“Kenapa kau bisa swpede ini? Kau sudah punya rencana?“
Yayan selanjutnya berdiri dan berjalan ke arah lemari baju.
“Aku belum merencanakan apa pun, sih. Lagipula … aku sibuk dengan urusan lain.“ Yayan mengeluarkan beberapa potong baju.
Vina hanya melihatnya dalam diam.
“Orang tuaku dikampung memaksaku untuk segera menikah bulan ini. Gila apa? Mencari calon istri itu sangat sulit! Apalagi wanita yang benar-benar tulus mencintaiku. Jika asal pilih, sih, gampang. Tapi, aku yakin tak akan bertahan lama dan berujung pegat. Dan——”
“Yayan?“ panggil Vina. Mata wanita itu berkaca-kaca.
Kemudian, kata selanjutnya yang diucapkan oleh Vina membuat Yayan hampir terkena serangan jantung.
“Hah? Mustahil, 'kan?“
Yayan tidak bisa mempercayainya.
"Yan, akan bersedia menjadi istrimu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss
2023-09-24
0
Mirna Loden Mirna Mirna
ktax balas dendam tpi sdkit2 bonyok msuk rmh sakit
2023-05-10
1
ran
apa arti swpede atau sepede ini 🙄🙄🙄🙄🙄🙄
2023-05-04
1