“Vina, kau tahu kenapa Yayan absen? Kemana dia?“ tanya manager keuangan pada Vina.
“Aku juga tidak tahu. Mungkin Yani tahu?!“ Vina mengoper pertanyaan pada wanita dengan rambut pendek sebahu itu, ia terlihat fokus mengerjakan tugasnya.
“Aku tak memiliki hubungan apa pun dengannya lagi. Apa pun yang terjadi padanya bahwa bukan urusanku!“ ucap Yani sedikit judes.
Vina sedikit mendengkus, 'Terlalu sewot!' batinnya.
“Hmm … jadi, tidak ada yang tahu dia kemana?“ Pada akhirnya pertanyaan itu ditujukan pada semua staf keuangan.
Tentu saja hanya ada keheningan. Si manager keuangan memijat keningnya dengan bingung. “Apakah dia sudah bosan bekerja di sini?“
“Yah, menurutku sih. Yayan mungkin bangun kesiangan?!“ gumam Vina.
“Huh, terserahlah. Ingat tugas kita hari ini banyak. Perusahaan sedang gencar-gencarnya membangun pabrik-pabrik baru. Kita harus mengakomodir biaya yang diperlukan,“ seru si manager.
“Siap!“
Sementara itu, Vina tak bisa tenang setelah mengetahui Yayan absen tanpa sebab yang jelas, tanpa melakukan izin terlebih dahulu.
Pikiran wanita itu sudah terlampau liar, ia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
'Kemana sih? Semoga hanya kesiangan, semoga hanya kesiangan!?' Vina harap-harap cemas.
Sedangkan di sisi lainnya, Yani tersenyum bungah, ia merasa sangat bahagia. Jadi, ia pun semangat bekerja.
'Rasakan, dasar pria tidak berguna!'
.
.
.
.
Sementara itu, kondisi pria yang menjadi bahan obrolan berangsur-angsur membaik. Semua luka yang diderita telah dirawat dengan semestinya.
Yayan berakhir terkapar di kursi panjang yang terbuat dari kayu, dalam keadaan telanjang, serta diselimuti secarik kain besar.
“Akhh … d-di mana?“ Yayan secara perlahan membuka mata, sensasi keras di punggungnya membuat menggeliat tidak nyaman. Yah, kursi kayu tanpa bantalan, tentu saja tidak nyaman.
Dia melihat sekeliling, rupanya tempat yang ditempati adalah ruang tamu sederhana. Dan saat Yayan semakin menjamah keadaan tempat itu, dia menjadi sedikit prihatin. Pasalnya, rumah itu tidak layak huni.
Lantai yang masih berupa tanah, dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Kondisinya pun memperhatinkan, beberapa bagian sudah lapuk dilahap rayap. Apalagi saat Yayan mendapati sorot cahaya dari atas, banyak lubang di atap.
“Bagaimana jika hujan? Rumah ini pasti tak akan sanggup bertahan!“ gumam Yayan berupaya mendudukkan diri dengan sempurna.
Dia lalu menyadari bahwa sekujur tubuhnya dilumuri oleh sesuatu. Itu adalah dedaunan yang ditumbuk halus dan dicampur oleh bahan-bahan lain.
“Obat tradisional? Yah, sepertinya cukup manjur!?“ Yayan berusaha mencari keberadaan dari seseorang yang telah menyelamatkannya.
Keinginannya terkabul, seseorang tiba-tiba membuka pintu. Yayan seketika membelalakkan matanya, mulutnya hendak berucap sepatah kata. Akan tetapi, orang itu menutup pintunya dengan bantingan keras.
Naas, pintu yang sebetulnya sudah tidak layak guna itu langsung roboh. Wujud dari si penolong lantas nampak jelas.
“Hei, hei. Ja-ngan pergi! A-aku … ugh, luka ini!?“ Rasa nyeri di tubuh Yayan kambuh.
“Mas nggak apa-apa?“ Si penolong buru-buru menghampiri yayan.
“Bercanda!“
“Waaa!“
Yayan menggenggam kuat tangan orang itu, seorang remaja SMA, khususnya perempuan. Yah, ia memang seorang gadis.
“Kenapa kau takut? Aku tak akan menyakitimu.“ Yayan memerhatikan lekat gadis itu, namun ia selalu memalingkan muka.
“Terima kasih sudah menyelamatkanku. Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu.“
Yayan secara perlahan melepaskan genggamannya. Gadis SMA itu juga berangsur-angsur mau menatap balik Yayan.
Ia mengangguk, “Ya, s-saya b-bersyukur mas bisa sadar,“ ucapnya pelan.
Ia masih kentara takut pada Yayan, tidak berani menatapnya terlalu lama serta mengambil jarak agak jauh. Jadi, suara hati dari gadis itu tidak bisa didengar oleh Yayan.
'Gadis ini?'
Perempuan yang sudah menyelamatkan adalah remaja SMA, baru kelas 11. Ia mengucir rambutnya ke belakang, gaya pony tail, berkulit putih, memakai kaca mata bulat yang membuatnya nampak seperti kutu buku. Style pakaiannya pun sangat tertutup, rok SMA panjang dan memakai sweater tebal.
Dan hal paling menonjol yang sedikit eksentrik pada gadis itu adalah tahi lalat di dagunya, sebesar kelereng. itu yang membuatnya tidak percaya diri jika berhadapan dengan seseorang, terlebih lawan jenis.
“Kalau boleh tau, siapa namamu?“ tanya Yayan tiba-tiba.
“Eh? Nama? Kenapa?“ Ia nampak terkejut, melongo menatap Yayan.
“Ya, untuk berkenalan. Aku harus mengetahui nama dari orang baik sepertimu,“ ucap yayan tersenyum.
“B-benarkah?“
“Tentu saja. Baiklah, aku dulu … namaku Yayan.“ Dia menjulurkan tangannya.
Gadis itu sedikit enggan untuk membalas uluran tangan Yayan. “Mysta.“
“Nama yang bagus. Seneng berkenalan denganmu, sekali lagi terima kasih sudah repot-repot mengobatiku. Obat tradisional yang kau gunakan sangat manjur.“
Yayan kemudian memerhatikan sekujur tubuhnya, dia baru sadar sedang telanjang dan hanya diselimuti sehelai kain.
'Apa Mysta yang sudah melepaskan——'
“Tenang saja, saya tutup mata saat melepaskan bajunya mas Yayan,“ ucap gadis itu gugup, ia berhasil menebak isi pikiran Yayan.
“Hehe, begitu ya?“ Yayan tersenyum kecut.
'Entah benar atau tidak, hatiku tetap tak tenang. Seorang gadis SMA menelanjangiku? Rasanya … aghh, itu memalukan.'
“Mysta, kau tidak sekolah?“ tanya Yayan.
“Eh?“ ia kelimpungan.
'Huh, dia membolos karena diriku!?'
“Nggak apa-apa, saya juga nggak suka di sekolah,“ ucap Mysta sedikit murung.
Yayan langsung bisa menyadari.
“Saya bertahan untuk mendapat ijazah, itu saja.“
Nada bicara dan tatapannya. Yah, mudah ditebak. Hal klasik di sekolah … apalagi kalau bukan perundungan.
“Mas Yayan, maaf. Rumah ini pasti sangat tidak nyaman. Punggungmu pasti terasa keram.“
'Memang benar, tapi apa aku harus protes? Tentu tidak!'
Yayan kemudian meminta bajunya, dia berniat untuk segera pergi dari rumahnya Mysta. Ada segelintir masalah yang harus diselesaikannya.
'Aku tidak punya uang cash. Gimana caranya aku membalas kebaikan gadis ini?'
[System bisa langsung mencairkan uang dari rekening]
'Wow, benarkah? Kalau begitu, lakukan!'
Yayan mengambil uang satu juta untuk diberikan pada Mysta. Balas Budi sekaligus sebagai bentuk rasa kepedulian.
“Mysta, terima ini——”
“T-tidak, nggak perlu. Saya menolong mas Yayan secara ikhlas, tidak mengharap imbalan apa pun.“
“Dan aku pun ikhlas. Aku tidak mengungkit soal bantuanmu, ini tentang hal lain!“ ucap Yayan menggenggamkan paksa uangnya pada Mysta.
“A-apa itu?“ Mysta bertanya dengan sedikit ragu.
“Kau tak perlu tau!“ Yayan bangkit berdiri, bersiap untuk meninggalkan rumahnya Mysta. “Yah, kau orang yang baik, Mysta. Pantas jika diberi sesuatu.“
[Host mendapatkan reward cashback 5 kali lipat, 5 juta]
'Woah, ternyata bukan soal kencan saja. Intinya aku hanya perlu mengeluarkan uang untuk seorang wanita,' Yayan tersenyum puas.
Sementara itu, Mysta tertegun, menunduk seraya memandang uang di tangannya. Setitik air turun di sana.
“Terima kasih, terima kasih.“
“Kau tak perlu berterima kasih. Ini baru awal, kita mungkin ke depannya akan sering bertemu!?“
“Eh?“
“Nantikan saja!“ Yayan tersenyum, dia memerhatikan parameter kesukaan milik Mysta. Itu secara perlahan naik, yang awalnya 10 menjadi 30.
[Selamat, Host mendapatkan 2 spera, 2 poin kesehatan, 3 poin kekuatan]
'Eh? Misi dari mana itu?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Harman LokeST
Yayan berbuat baik terus
2023-09-24
0
Eros Hariyadi
Like and Favorit 😄💪👍👍👍
2023-05-04
0
Wong Dewek
sumpah thor.. rada pusing baca nya.. fokusnya kemana2..
2023-01-29
1