Pria itu reflek menghentikan langkahnya, ia tertegun sebentar. Lalu, sebuah sepeda motor melaju tepat di hadapannya.
“Kalau nyeberang hati-hati! Jika kau tertabrak, siapa yang disalahkan?“ cemooh si pengendara motor yang berhenti sebentar, ia terlampau kesal. Bagaimana tidak, ia hampir menjadi pelaku tabrak lari.
Pria itu hanya melongo, termenung oleh perkataan si pengendara motor.
“Cih, lain kali hati-hati!“ Si pengendara motor pun melanjutkan perjalanannya.
Sementara itu, Yayan mengelus dadanya. Dia bersyukur pria dengan setelan jas itu tidak tertabrak.
Dia menatap pria di seberang jalan dengan intens, “Dia baik-baik saja, 'kan” gumam Yayan.
Lalu, pria yang termenung itu menatap balik Yayan. Selanjutnya, ia menyebrang dengan lebih hati-hati dan sampai di seberang dengan selamat.
“Terima kasih.“ Pria itu sedikit menunduk. Ia kemudian merogoh sesuatu di balik saku jasnya, sebuah dompet.
“Mungkin tidak banyak, tapi tolong terima ini!“ ia menjulurkan belasan lembaran uang berwarna pink.
“Tidak, saya tidak bisa menerimanya. Itu hanya modal teriak!“ tolak Yayan, dia mendorong kembali pemberian pria berjas itu.
“Karena teriakan itu saya bisa selamat. Kamu sungguh berjasa pada saya!“ paksanya, uangnya digenggamkan paksa di tangan Yayan.
“Huh, begini saja.“ Yayan mengembalikan uang itu lagi. “Jika Anda benar-benar ingin membalas budi … setidaknya jangan dengan uang, saya tidak butuh!“
“Ah, baiklah. Saya mengerti, ini kartu nama saya. Jika kamu butuh sesuatu, datanglah ke sini.“
Pria berjas itu kemudian pergi dengan lega, meninggalkan Yayan sendiri. Sedangkan Yayan langsung membaca kartu nama itu.
“Wira? SATA Telcom?“ Yayan menaikkan sebelah alisnya dengan bingung, dia garuk-garuk kepala.
“Huh, bukan orang yang terlalu femes. Namanya masih asing. Hmm, tapi perusahaannya … hahaha, perusahaan terbesar di negara ini!“ Yayan tersenyum kecut.
[Selamat, host berhasil menyelesaikan misi. Anda mendapatkan 5 poin kekuatan, 5 poin spera]
Setelah itu, Yayan melanjutkan kegiatan menghitung mobilnya agar misi receh tersebut cepat selesai. Dia pun akhirnya selesai.
“Yap, aku memiliki poin kekuatan yang banyak.“
[Selamat, host berhasil menyelesaikan misi. Anda mendapatkan 1 poin kekuatan]
Yayan memutuskan pulang setelahnya karena sudah lelah dan ingin istirahat. Dia memesan taksi konvensional, oh, ya, Yayan belum membeli ponselnya yang telah dicuri.
Dia pun banting keputusan untuk membeli ponsel terlebih dahulu di konter langganannya. Yah, meskipun dia harus bertemu dengan mbak-mbak penjaga yang menyebalkan.
Setelah 10 menit berkendara, taksi berhenti di sebuah pasar tradisional. Ya, lokasinya memang di dekat sana. Yayan lantas bergegas ke konter langganannya itu.
“Mbak, beli ponsel!“ ucap Yayan tanpa basa-basi, yah dia ingin segera pulang.
'Mas ini lagi? Hmm, aneh. Belum seminggu, tapi sudah beli ponsel baru. Oh, mungkin titipan!'
Yayan dengan jelas mendengar suara hati si penjaga konter.
'Tidak bisakah dia tidak menyepelekanku?' sebal Yayan dalam hati.
“Mau ponsel second dengan spesifikasi seperti apa?“ ucap penjaga konter itu dengan senyuman, tentu Yayan kesal dengan senyuman yang pura-pura manis itu.
“Eh, siapa bilang mau beli barang second? Saya mau beli ponsel keluaran terbaru. Apa ada di sini?“ Yayan menyeringai.
Wanita itu awalnya sedikit kaget, dan Yayan sudah merasa menang. Tapi ….
'Mungkin titipan dari bosnya?!'
Yayan tak habis pikir, dia berteriak dalam hati ingin melemparkan semua uang yang dimiliki ke arahnya. Yah, tapi dia tahu bahwa itu adalah tindakan idiot serta terkesan norak. Mau gimana lagi, Yayan masih belum memiliki mental orang kaya, toh, dia sebelumnya hanya golongan biasa.
'Yah, terserah. Bodo amat!' batin Yayan.
“Ini mas, silahkan pilih. Semua produk ini baru di-launching Minggu lalu.“ Sederet ponsel mahal dipamerkan di atas etalase.
“Yang ini saja.“ Yayan menunjuk secara acak. Dia tidak peduli dengan spesifikasinya, yang terpenting bisa digunakan.
“Ini harganya, Rp 3.999.000.“
“Oke, beli itu saja.“
'Huh, ayo. Aku ada kencan dengan kasur. Aku benar-benar lelah hari ini!'
Barangnya telah dikemas, Yayan pun membayar. Dia mendapat kembalian seribu. Karena nanggung Yayan mendonasikannya pada kotak amal pembangunan sebuah sekolah di pojok etalase.
Karena dikira nanggung lagi, Yayan memasukkan uang senilai satu juta. Si penjaga konter Menjadi terkejut.
'Lho, uang bos kenapa dihambur-hamburkan? Wah … nggak bener, nih!'
Yayan sontak menatap sinis ke arah wanita itu.
“Umm … a-apa butuh sesuatu lagi?“ tanyanya gusar, merasa Yayan bisa membaca pikirannya.
“Umm … hanya sebuah penegasan. Saya bukan mendapat titipan dari siapa-siapa. Mbak mengerti?“ Yayan tersenyum penuh arti. Terasa menakutkan bagi si penjaga konter.
'Hahaha … rasakan! Wah, kau pasti terkejut dan ingin segera bersujud di kakiku.' girang Yayan dalam hati. Ekspresi yang ditunjukan oleh penjaga konter sangat lucu bagi Yayan. Namun, lagi-lagi ….
'Oh, mungkin uang hasil judi, pinjol, ngepet, dan lain-lain!' Suara penjaga konter itu bergema.
'Ahhh … terserah! Aku muak!' Kesenangan Yayan runtuh dalam sekejap.
“Lho, kak Yayan?“
Yayan seketika berbalik setelah mendapat panggilan mendadak dari belakangnya. Dia sedikit terkejut, ia adalah Alya, anak penjual daging di pasar.
“Alya, kau di sini? Mau apa?“ kejut Yayan, sedikit menepi agar Alya bisa ke depan etalase.
“Oh, ponselku rusak, mau diservis.“
Yayan cuma ber-oh, dia tidak jadi pulang dan malah menunggu Alya sebentar.
“Mbak, apakah ini masih bisa diperbaiki?“ tanya Alya seraya mengeluarkan ponsel yang hendak diperbaiki.
Si penjaga konter mengecek kondisi ponselnya. Bisa dibilang berat, dimulai dari layar retak, sedikit penyok, baterai mengembung, bahkan komponen dalamnya ada yang sudah aus terbakar.
Si penjaga konter sedikit ragu untuk menjelaskan detail kerusakan yang dialami ponsel milik Alya. Ia takut mengecewakan gadis itu.
“Umm … begini, apa bisa beli yang baru saja? Kerusakannya sangat parah, hampir semua komponennya harus diganti. Itu melebihi harga ponselnya sendiri, lho?!“ terangnya sedikit merasa bersalah.
Alya kemudian tertunduk lesu, ia tidak memiliki cukup uang untuk membeli ponsel baru. Namun, ia bisa saja dengan minta kepada ayahnya. Masalahnya adalah Alya bukan seseorang yang suka meminta, bahkan pada orang tuanya. Ia akan memakai uangnya sendiri bila mampu.
“Gimana? Ini udah nggak bisa dibenerin? Ponsel second sekarang murah-murah.“ bujuk si penjaga konter.
“Berapa harganya, mbak?“ tanya Alya.
“Paling murah 500 ribu!!?“
“500?“ ulang Alya, ia mengecek dompetnya. “Saya hanya punya 300.“
“Hmm, gimana, ya?“ Si penjaga konter berpikir keras, ia bingung menanggapinya. Ia tidak bisa seenaknya memberikan diskon malah nanti merugi. Di sisi lain, ia ingin membantu Alya.
“Sudah, tolong ambilkan lagi ponsel dengan tipe seperti ini! Aku akan membayarnya!?“
“Hah?“ kejut mereka berdua mendengar deklarasi Yayan.
“Maaf, kak Yayan, tapi tidak perlu——”
“Nggak apa-apa, Alya. Untuk aku memiliki rezeki yang tidak terduga. Aku ingin berbagi kebahagiaan.“ potong Yayan.
“Tapi, tapi——”
“Udah, tolong siapkan ponselnya!“
Si penjaga konter langsung menyiapkan ponsel pesanan yayen. Tidak terlalu lama agar perangkat seluler itu berada di tangan yayen, dan bakal diserahkan pada Alya.
“Jika kau menganggapnya sebagai hutang. Bayarlah jika sudah mampu. Tapi, tenang saja … jatuh temponya adalah selamanya.
'Tetap saja uang hasil ngepet!'
'Argghh … aku ingin menyumbat suara hatinya!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Harman LokeST
seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss
2023-09-24
0
Gabutdramon
seru keknya nih
2023-05-10
0
Eros Hariyadi
Mungkin sudah suratan takdir hidupnya selalu dilecehkan ma wanita, kasihan tuuhh.... lanjuuuutt Thor 😄💪👍👍👍
2023-05-04
0