Tidak berselang lama setelah berpisah dengan Vina dan Yulia, Yayan lantas masuk ke dalam pasar untuk menuntaskan hajat utamanya, tentu untuk belanja kebutuhan pokok.
Setalah mendapat uang dari sumber yang tidak disangka-sangka, pria itu memutuskan untuk sedikit berfoya-foya. Jika membeli daging adalah hal mewah baginya, sekarang tidak, Yayan membeli daging untuk jatah beberapa hari ke depan menggunakan uang yang baru didapatkan dari System.
“Aku harus makan enak hari ini!“ ucapnya bersemangat.
Yayan menuju ke lapak penjual daging langganannya. Selain lebih kenal dan ingin mendapat diskon, sebetulnya ada alasan lain.
Yah, anak perawan si penjual daging. Bagi Yayan sendiri, anak perempuannya lumayan cantik. Dia hanya sedang mencari peruntungan, siapa tau memang jodohnya.
“Wow … sungguh keajaiban! Seorang Yayan beli daging sapi berkilo-kilo. Kau naik gaji atau menelantarkan orang tuamu di kampung?“ cibir si penjual daging.
Pria setengah baya dengan kepala botak bernama Tata itu mulai melayani pesanan Yayan, meskipun sedikit mengejeknya di awal.
“Jangan asal jeplak! Aku dapat rezeki yang tidak disangka-sangka.“
“Nggak mencuri, kan?“ ucap pak Tata tertawa sembari memotong daging dengan pisau besarnya.
Sementara itu, anak gadis si tukang daging sedang melayani pembeli lain. Mereka sebetulnya menjual beberapa jenis daging, seperti sapi, Kambing, dan ayam.
Alya, nama anak si tukang daging, sedang melayani ibu-ibu yang ingin membeli daging ayam.
Yayan memerhatikannya sedikit lama.
“Dengar, ya? Mahar yang kau perlukan untuk melamar anakku itu berat!?“ ceplos sang ayah.
Yayan berdehem malas. “Siapa yang ingin melamar Alya. Aku sudah punya pacar!“
Itu beberapa hari yang lalu, Yayan kini sudah tidak memiliki pacar setelah dipegat oleh Yani dengan sangat kejam.
“Heh … pacar? Paling nggak sampai pelaminan?“
Yayan merasa tersindir, itu menusuk cukup dalam di hatinya.
'Si pak tua Tata ini. Bisa-bisanya menebak nasibku.'
Pesanan Yayan sudah selesai, dia memberikan sejumlah uang ratusan ribu.
“Hati-hati di jalan!“ pesan pak Tata. Mereka sudah cukup akrab, normal jika saling mewanti-wanti.
“Pasti … aku punya keluarga di kampung. Jika aku kenapa-kenapa pasti sangat buruk bagi mereka.“ Yayan kemudian mengangguk pada Alya untuk perpisahan.
Gadis berumur belasan tahun itu membalas anggukannya dan juga tersenyum tipis, sementara tangannya cekatan memotong daging ayam.
“Semoga keluarga kak Yayan di kampung sehat, ya. Kak Yayan juga semoga dimudahkan segala urusannya.” Gadis itu berkata dengan sedikit malu-malu.
“Ya.“
Setelah membalas dengan senyuman lebar, Yayan angkat kaki dan pergi untuk membeli keperluan lainnya.
Setelah berkeliling selama hampir satu jam di pasar, lelaki itu sudah mendapatkan semua barang yang diinginkannya. Kedua tangannya pun penuh dengan kantong plastik.
Namun, sebelum pulang, Yayan memutuskan mampir ke minimarket untuk membeli minuman dingin. Kerongkongannya sedikit kering.
Dan sesuatu yang tidak terduga terjadi. Yayan bertemu dengan seseorang yang tak ingin dia temui saat ini.
“Hoh, Yayan. Kamu belanja? Kebetulan, ya?“ ucap wanita berambut pendek sebahu, ia adalah Yani. Seorang pria berada di sampingnya, digandeng tangannya.
Menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan.
“Iya.“ Yayan menatap pria di samping Yani. “Oh, ini pacar barumu?“ ucapnya dengan sedikit nada mengejek.
Penampilan pacar baru Yani bisa dibilang biasa saja, kaos dan celana panjang biasa. Dan tidak ditemukan kendaraan mewah di area minimarket.
'kenapa Yani mau dengan pria ini? Apa istimewanya? Dia hanya orang biasa, sama sepertiku. Tapi …. Aghh, kenapa aku mengharapkan wanita matre ini. Ingat, dia hanya menganggapku sebagai dompetnya. Dia tak mencintaiku!?' batin Yayan.
“Gimana … lebih segala-galanya darimu, 'kan!“ ucap Yani dengan bangga, pria di sampingnya lantas tersenyum sinis.
Yayan sebisa mungkin menahan emosinya. Dia terus meyakinkan diri bahwa Yani tidak pantas dicintai,. Wanita itu sudah menyakitinya. Namun, tetap saja … Yayan masih memiliki sedikit rasa. Waktu tiga tahun bukan lah waktu yang singkat.
“Pantas Yani minta putus. Toh, kau hanya pria menyedihkan. Tentu saja tak pantas bersanding dengan wanita sesempurna Yani——”
“Oh, sempurna, ya? Benarkah?“ Yayan mencoba mengalihkan amarahnya dengan melakukan provokasi. Dia menatap Yani dengan tatapan sedikit jijik.
“D-dasar pel4cur!“
Buaghh!
Yayan ditonjok sangat keras di bagian pipi hingga tersungkur jatuh. Darah mulai mengalir di sudut bibirnya.
“Tarik kata-katamu jika tak ingin mati?“
“Oh, mau main kekerasan?“ Yayan melirik ke arah tukang parkir.
Mereka sekarang berada di tempat umum, beresiko jika ingin memulai keributan.
Yayan memungut kaleng Sodanya dan hendak berlalu pergi.
“Semoga hubungan kalian langgeng.“
Itu sontak membuat Yani sedikit terserang mentalnya. Bukan, wanita itu hanya sedang memakai topeng wanita lemah, dia sebetulnya punya sisi yang sedikit gelap.
“Sayang, bisa tolong lenyapkan dia!“ pinta Yani dengan suara yang lemah.
“Tanpa disuruh pun aku akan melakukannya.“
Mereka berdua memerhatikan Yayan yang sudah mengemudikan motornya dan melaju pergi.
.
.
.
.
“Cih, ugh, tadi sedikit sakit!?“ erang Yayan memegangi pipinya yang habis ditonjok.
Yayan telah sampai di kosannya, tidak sengaja berjumpa dengan si pemilik kos-kosan, nampak ingin menagih uang bulanan.
'Oh, ya. Aku lupa untuk menyisakan uang kos. Aduh, gimana, ya? Nunggak dulu, toh aku tak pernah nunggak!?' batin lelaki itu, dia tersenyum saat melihat nyonya besarnya berjalan mendekat.
“Yan, biasa.“ Wanita setengah baya dengan rambut disanggul itu tersenyum bungah. Harapan untuk mendapatkan uang.
Namun, Yayan kemungkinan akan menghancurkan harapannya.
Pria itu tersenyum garing, sedikit mengalihkan pandang dan menggaruk-garuk rambut.
“Umm, b-begini, Bu Salma. Untuk bulan ini belum ada uang. Aku ada keperluan mendadak.“
“Eh? Tumben? Kau baru gajian, 'kan? Oh, apa jangan-jangan keluargamu di kampung ada yang sakit——”
“Bukan, bukan. Amit-amit, Bu Salma. Yah, ada sesuatu yang urgent lah,” ucap Yayan seraya mengibas-ngibas telapak tangannya.
“Hehe, sudah ya, Bu Salma. Mau masuk dulu. Sekali lagi, mohon pengertiannya. Jika aku bayar pakai uang bulanan, aku nanti jadi kurus.“ Yayan buru-buru masuk ke dalam kosannya.
“Hmm, ok. Bulan depan jangan sampai lupa!“ pesan Bu Salma. “Oh, ya … kemana para berandalan itu, lama sekali kembalinya?“
“Oke … hmm, mereka pasti ingin lama-lama berkumpul dengan keluarganya,” balas Yayan dari dalam.
Setelah itu, Bu Salma kembali. Pasalnya penghuni kos-kosan miliknya hanya Yayan seorang, yang lainnya masih pulang kampung.
Lalu, seseorang yang tidak dikenal melewati jalan di depan kos-kosan Yayan. Ia sempat berhenti sebentar, mengambil ponsel dan tengah menghubungi seseorang.
“Saya sudah menemukan rumahnya, bos!?“
Orang misterius dengan pakaian serba hitam itu kemudian pergi melajukan motor yang dikendarainya.
Sementara itu, di dalam kos-kosan, Yayan mengeluarkan belanjaannya dengan riang. Dia tidak menyadari bahwa masalah di hidupnya akan datang satu per satu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Harman LokeST
waspada terus Yayan waspada terus
2023-09-24
1
putra
12 like
2022-11-15
0
pemusnah
lemah klu MC lemah pendukung gk ad klu bikin nivel MC harus pintar
2022-11-08
0