Ch 10: Hutang yang mencekik

“Sebelum kita kembali, apa Wulan benar-benar tak ingin apa-apa? Bagaimana dengan boneka lucu.“

“Wulan tak ingin apa-apa lagi.“ Gadis itu menggeleng kemah, menunduk ke bawah. Matanya sembab karena terlalu lama menangis.

“Beneran? Kita benar-benar akan kembali ke tempat ayahmu, lho.“

Gadis itu hening, ia tak mau buka mulut setelah itu. Dan Yayan pun tak ingin memaksanya lagi.

'Yah, dia masih kecil. Mentalnya mudah terguncang.'

Total uang yang dihabiskan Yayan di dalam mall adalah 1569.000, jadi total uang yang didapat hampir 8 juta. Adapun sebagai modal awal, dia menggunakan uang tabungannya.

'Harusnya ini lebih dari cukup!'

Yayan kembali ke taman yang mana Rinto dengan setia menunggu kedatangan Wulan. Selanjutnya terjadi pembicaraan serius, jadi gadis berkepang dua itu bermain sendiri untuk sementara waktu.

“Jadi, apa yang kau dapat?“ tanya Yayan tanpa basa-basi.

Rinto menunjukkan sebuah rekaman audio. Itu adalah jerih payahnya dalam melakukan pengintaian di rumah Yani.

“Bagaimana kau bisa mendapatkan ini?“ heran Yayan. Si penjual nasi goreng harus berada dekat dengan rumah Yani jika ingin mendapat rekaman itu.

“Mereka saja yang bicaranya keras, lagipula ... kau meremehkan kemampuank"

“Hmm ... baiklah!?“

Rinto mencondongkan badan untuk membersikan sesuatu ke kuping Yayan.

Lelaki itu seketika membelalakkan mata begitu mengetahui apa yang sebetulnya terjadi di rumah Yani.

“Coba dengerin sendiri!“ Ponsel si tukang nasi goreng. “Aku tinggal sebentar, aku mau ngobrol dengan anakku.“

“Hmm … silahkan!“

Yayan mulai mendengarkan secara seksama, ekspresinya secara teratur berubah seiring rekaman itu terputar. Di bagian akhir Yayan tersenyum puas.

“Yap, memang mereka. Rencana untuk membuatku sengsara lalu membunuh. Kejam cenderung psikopat.“

“Jadi, bagaimana? Bukti itu sudah cukup untuk melaporkan mereka. Pembunuhan berencana sangat berat hukumannya," respon si Rinto memberikan usul. Ia telah selesai bicara dengan Wulan.

“Tidak. Aku akan mengikuti cara main mereka?“

“Hmm? Gimana?“

“Hehe … kau akan tahu nanti!“ Yayan menyeringai jahat.

“Sepertinya aku akan masuk ke sisi gelap juga. Tapi, selama tidak merugikan keluarga, yah, masa bodoh!“

“Yup, pemikiran yang bagus. Oh, ya … kau punya rekening? Akan aku transfer upahmu!“

Si penjual nasi goreng memberikan nomor rekeningnya, Yayan mentransfernya seketika. Dia menunjukkan bukti pembayaran.

“Done … silahkan cek sendiri.“

Rinto mengeceknya, keningnya seketika berkerut menatap layar ponselnya. “500 ribu?“

“Apa? Kurang?“

“Bukan, yah ….“ Dia menghela nafas berat, “ini sudah lebih dari cukup. Namun, ini sama saja dengan pendapatan bersihku dari berjualan nasi goreng per hari."

“HAH?“ teriak Yayan tidak percaya, dia memegang bahu pria di hadapannya.

Akibat teriakannya, semua orang menoleh pada mereka. Wulan pun jadi terpancing untuk mendekat.

“Lalu kenapa hidupmu masih terasa kekurangan? Kemana larinya semua uang itu? Astaga … pendapatanmu jauh lebih besar dari gajiku.“

“I-ibu, dia membawa ibu. O-orang jahat itu membawa——”

Wulan mendadak menangis jeri, air mata tumpah lagi. Gadis mungil itu memeluk ayahnya dengan erat.

Yayan tidak tidak mengerti situasinya cuma diam, dia menatap sepasang ayah dan anak itu dengan pandangan iba.

'Kesulitan apa yang menimpa mereka? Aku masih belum terlalu mengerti.'

Wulan akhirnya terlelap setelah menangis hampir satu jam, entah berapa gelas air mata yang telah dikeluarkan oleh gadis itu. Baju ayahnya pun sampai basah kuyup. Meski begitu, semua luapan air mata tadi belum untuk melegakan hati Wulan.

Hari semakin larut, taman berangsur-angsur menjadi sepi, kini hanya tersisa beberapa orang. Yayan dan si penjual nasi goreng masih duduk di bangku Taman.

“Ini bukan urusanku. Tapi, apa yang dimaksud Wulan tadi?“ ucap Yayan.

Si penjual nasi goreng lantas mendongak ke atas seraya menarik nafas. Ia lalu menunduk dan mengelus rambut halus Wulan, gadis itu kini terpejam di bantalan paha sang ayah.

“Kami punya hutang yang sangat besar. Karena tak bisa melunasi, mereka mengambil istriku sebagai jaminan,“ papar si penjual nasi goreng.

Yayan sontak tercengang dan sulit percaya.

“Bukannya itu sudah melanggar hukum? Itu sama saja dengan penculikan, 'kan? Jadi, kau harus menebus istrimu?“

“Begitulah, namun, melapor pada siapa pun bakal percuma. Juga, aku sedikit ragu dia masih hidup!“

“Kenapa kau berpikir begitu?“

“Lalu, aku harus berpikir seperti apa?

Aku selama ini hanya berjuang untuk Wulan, untuk terus memberi keyakinan padanya. Huh, harapan palsu.“

Rinto lalu berdiri, ia menggendong Wulan di punggungnya.

“Sampai jumpa, aku tunggu tugas berikutnya dan terima kasih sudah membuat Wulan senang."

Kini, hanya ada Yayan. Semua orang perlahan pergi dari taman itu.

Yayan mengepalkan tangan tanpa sadar.

“Kenapa bukan dia saja yang mendapat System? Kenapa aku? Sebetulnya apa yang menjadi indikator utama untuk seseorang mendapatkan System?“ gumam Yayan pada diri sendiri.

Dia mengharap jawaban dari System, namun kepalanya tetap terasa hening tanpa ada suara dari wanita robotik.

[Selamat, Host mendapatkan poin kharisma]

Yayan akhirnya pulang. Namun, perjalanannya tidak semulus yang dikira. Tiba-tiba muncul belasan orang pria, mereka adalah orang yang sama ketika mencegat Yayan dan Vina.

Yayan bukannya takut atau apa, dia malah seperti malas bertemu dengan mereka. Pria itu kini tidak takut pada keselamatan hidupnya. Yah, dia punya System … begitu pikirnya.

'Mereka sepertinya sudah membuntutiku dari awal?!'

“Jangan cepat-cepat pergi! Baru jam 12 malam.“

Yayan menghela nafas, “Dibayar berapa kalian?“

“Gaji adalah hal sensitif bagi pria, kau harusnya juga tahu itu. Nah, tolong kerja samanya … kami ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini?“

“Apa pekerjaan kalian!“ tanya yayan yang tidak gentar sedikitpun.

“Mengirimmu ke rumah sakit!“

.

.

.

.

“Akhh … ini sangat menyakitkan!?“ rintih Yayan yang baru saja terbangun dari pingsannya.

Kini sudah fajar, dia pingsan beberapa jam setelah dikeroyok habis-habisan oleh orang suruhan Yani dan pacarnya.

“Memang benar, mereka ingin menyiksaku pelan-pelan. Heh, begitukah cara mainnya?“ Yayan tersenyum tipis, langsung sensasi perih di bibirnya membuat dia kesakitan.

“Aku tak mungkin bisa pulang, tak kuat naik motor!“ pasrahnya yang tertidur terlentang, Yayan berniat untuk menunggu bantuan seseorang.

Secara perlahan, kesadaran Yayan kembali hilang. Lebih baik tidur untuk meredakan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

[Misi dikonfirmasi]

[Melakukan balas budi pada seseorang yang menyelamatkan host]

[Reward : 2 spera, 2 poin kesehatan, 3 poin kekuatan]

Tak berselang lama, muncul seseorang yang menolong Yayan. Pagi-pagi buta dan si penolong kebetulan lewat di sekitaran taman, memakai seragam SMA.

Hati nurani atau kebaikan murni. Orang itu memprioritaskan keadaan Yayan. Ia membawanya pergi dari sana.

“Humm … orang habis tawuran? Dia tak boleh di sini … gawat jika seseorang menemukan dan melaporkannya ke polisi.“ Ia dengan susah payah memapah Yayan. Berat tubuhnya kalah dengan berat Yayan. Jadi, ia berusaha setengah mati untuk membawanya pergi.

“Keadaannya sangat parah, tapi luar biasa bahwa dia masih hidup. Dia sekarang dalam keadaan tidur, kan?“ sangka orang itu. Yayan kedapatan mendengkur.

Terpopuler

Comments

Emil Djibran

Emil Djibran

novel terburuk yang pernah saya baca

2023-12-07

1

Harman LokeST

Harman LokeST

di pukul terus kasihan

2023-09-24

0

Nanik Purba

Nanik Purba

spera itu apa thor 🤔

2023-08-29

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ch 1: Dua eksistensi
3 Ch 2: Pengembalian uang pertama
4 Ch 3: Pertemuan yang tidak disengaja
5 Ch 4: Status System
6 Ch 5: Keberuntungan yang rendah
7 Ch 6: Sudah kelewatan
8 Ch 7: Bawahan pertama
9 Ch 8: Wanita keturunan Jepang
10 Ch 8.5
11 Ch 9: Tidak bisa dibeli dengan uang
12 Ch 10: Hutang yang mencekik
13 Ch 11: Membalas budi
14 Ch 12: Pengakuan?
15 Ch 13: Malam yang panjang
16 Ch 14: Butuh keberuntungan
17 Ch 15: Kenalan lama
18 Ch 16: Membeli HP baru
19 Ch 17: Pengekos baru
20 Ch 18: Rencana kencan
21 Ch 19: Kencan yang gagal
22 Ch 20: Mengejar
23 Ch 21: Kegagalan
24 Ch 22: Penyelidikan
25 Ch 23: Tidak menerima beban!
26 Ch 24: Pengalaman pertama
27 Ch 25: Kau ingin beli sesuatu?
28 Ch 26: Kau mau juga?
29 Ch 27: Penghuni kos yang lain
30 Ch 28: Makan-makan
31 Ch 29: Pesanan
32 Ch 29.5
33 Ch 30: Salah langkah
34 Ch 31: Berhasil lolos
35 Ch 31.5
36 Ch 32: Lembur
37 Ch 33: Menjadi guru yang baik
38 Ch 34: Liburan
39 Ch 35: Liburan II
40 Ch 36: Deklarasi resmi
41 Ch 37: Tantangan
42 Ch 38: Duel
43 Ch 39: Tidak terlihat
44 Ch 40: Menang
45 Ch 41: Rumah untuk Mikha
46 Ch 42: Kedatangan sang ibu
47 Ch 43: Vina vs Mikha
48 Ch 44: Mencari bawahan
49 Ch 45: Isi Mistery Box
50 Ch 46: Pertemuan kedua
51 Ch 47: Sisi lain si rambut perak
52 Ch 48: Misi berhadiah besar
53 Ch 49: Anak yang malang
54 Ch 50: Membantu anak-anak pemulung
55 Ch 51: Mencoba menaklukkan si stalker
56 Ch 52: Jadikan aku yang pertama di hatimu!
57 Ch 52.5
58 Ch 53: Sebuah fakta, benang merah!
59 Ch 54: Bonus dari System
60 Ch 55: Dua kesadaran yang menyatu
61 Ch 55.5: Penjelasan dunia
62 Ch 56: Tiga calon pengantin wanita
63 Ch 57: Hari tenang
64 Ch 58: Pernikahan
65 Ch 59: Kalah start
66 Ch 60: Memang tidak mudah
67 Ch 61: Orang random yang tidak tahu apa-apa
68 Ch 62: Bug System
69 Ch 63: Terbebas
70 Ch 64: Shop System
71 Ch 65: Hari tenang II
72 Ch 66: Kau mengenalinya?
73 Ch 67: Dia istriku!
74 Ch 68: Membuat organisasi
75 Ch 69: Penjarahan
76 Ch 70: Hybrid
77 Ch 71: Permintaan tanpa kesadaran
78 Ch 72: Kau yang menyerang duluan!
79 Ch 73: NTR
80 Ch 74: Masih sesuai rencana
81 Ch 75: Semuanya terlalu mudah
82 Ch 76: Negara Rugia
83 Ch 77: Menambah istri?
84 Ch 78: Tantangan duel pedang
85 Ch 79: Tidak mempengaruhi apa pun!
86 Ch 80: Turnamen dimulai
87 Ch 81: Strategi yang berbeda-beda
88 Ch 82: Si paling menderita
89 Ch 83: Insiden di bis
90 Ch 84: Orang aneh!
91 Ch 85: Boneka!
92 Ch 86: Klub penggemar
93 Ch 87: Babak 32 besar
94 Ch 88: Bakat penggoda
95 Ch 89: Chaos
96 Ch 90: Buronan?
97 Ch 91: Tidak ada harapan
98 Ch 92: Hibernasi
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Prolog
2
Ch 1: Dua eksistensi
3
Ch 2: Pengembalian uang pertama
4
Ch 3: Pertemuan yang tidak disengaja
5
Ch 4: Status System
6
Ch 5: Keberuntungan yang rendah
7
Ch 6: Sudah kelewatan
8
Ch 7: Bawahan pertama
9
Ch 8: Wanita keturunan Jepang
10
Ch 8.5
11
Ch 9: Tidak bisa dibeli dengan uang
12
Ch 10: Hutang yang mencekik
13
Ch 11: Membalas budi
14
Ch 12: Pengakuan?
15
Ch 13: Malam yang panjang
16
Ch 14: Butuh keberuntungan
17
Ch 15: Kenalan lama
18
Ch 16: Membeli HP baru
19
Ch 17: Pengekos baru
20
Ch 18: Rencana kencan
21
Ch 19: Kencan yang gagal
22
Ch 20: Mengejar
23
Ch 21: Kegagalan
24
Ch 22: Penyelidikan
25
Ch 23: Tidak menerima beban!
26
Ch 24: Pengalaman pertama
27
Ch 25: Kau ingin beli sesuatu?
28
Ch 26: Kau mau juga?
29
Ch 27: Penghuni kos yang lain
30
Ch 28: Makan-makan
31
Ch 29: Pesanan
32
Ch 29.5
33
Ch 30: Salah langkah
34
Ch 31: Berhasil lolos
35
Ch 31.5
36
Ch 32: Lembur
37
Ch 33: Menjadi guru yang baik
38
Ch 34: Liburan
39
Ch 35: Liburan II
40
Ch 36: Deklarasi resmi
41
Ch 37: Tantangan
42
Ch 38: Duel
43
Ch 39: Tidak terlihat
44
Ch 40: Menang
45
Ch 41: Rumah untuk Mikha
46
Ch 42: Kedatangan sang ibu
47
Ch 43: Vina vs Mikha
48
Ch 44: Mencari bawahan
49
Ch 45: Isi Mistery Box
50
Ch 46: Pertemuan kedua
51
Ch 47: Sisi lain si rambut perak
52
Ch 48: Misi berhadiah besar
53
Ch 49: Anak yang malang
54
Ch 50: Membantu anak-anak pemulung
55
Ch 51: Mencoba menaklukkan si stalker
56
Ch 52: Jadikan aku yang pertama di hatimu!
57
Ch 52.5
58
Ch 53: Sebuah fakta, benang merah!
59
Ch 54: Bonus dari System
60
Ch 55: Dua kesadaran yang menyatu
61
Ch 55.5: Penjelasan dunia
62
Ch 56: Tiga calon pengantin wanita
63
Ch 57: Hari tenang
64
Ch 58: Pernikahan
65
Ch 59: Kalah start
66
Ch 60: Memang tidak mudah
67
Ch 61: Orang random yang tidak tahu apa-apa
68
Ch 62: Bug System
69
Ch 63: Terbebas
70
Ch 64: Shop System
71
Ch 65: Hari tenang II
72
Ch 66: Kau mengenalinya?
73
Ch 67: Dia istriku!
74
Ch 68: Membuat organisasi
75
Ch 69: Penjarahan
76
Ch 70: Hybrid
77
Ch 71: Permintaan tanpa kesadaran
78
Ch 72: Kau yang menyerang duluan!
79
Ch 73: NTR
80
Ch 74: Masih sesuai rencana
81
Ch 75: Semuanya terlalu mudah
82
Ch 76: Negara Rugia
83
Ch 77: Menambah istri?
84
Ch 78: Tantangan duel pedang
85
Ch 79: Tidak mempengaruhi apa pun!
86
Ch 80: Turnamen dimulai
87
Ch 81: Strategi yang berbeda-beda
88
Ch 82: Si paling menderita
89
Ch 83: Insiden di bis
90
Ch 84: Orang aneh!
91
Ch 85: Boneka!
92
Ch 86: Klub penggemar
93
Ch 87: Babak 32 besar
94
Ch 88: Bakat penggoda
95
Ch 89: Chaos
96
Ch 90: Buronan?
97
Ch 91: Tidak ada harapan
98
Ch 92: Hibernasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!