BIAR IA HIDUP
"Sudah berapa Minggu," ujar laki laki dihadapannya.
"8 Minggu?" sahut Rani
"Kamu ingin memiliki? Miliki saja? Atau buang saja," sembur laki laki itu dengan tiba tiba lalu ia langsung beranjak dari duduknya.
Wajah laki laki itu merah padam menahan marah yang memuncak ke ubun ubun. Dengan kerasnya ia menendang kursi yang ia duduki, kursi yang tadi di duduki langsung terpental jauh sekali, sampai pedagang dan wanita itu terkejut sekali melihat tingkah laku laki laki dihadapannya.
Tanpa menoleh sama sekali ia berjalan menuju mobil yang tidak jauh diparkirkan dekat mereka makan tadi, sedangkan wanita itu hanya menatap kepergian laki laki itu dengan perasaan yang tidak karuan. Meninggal kan wanita 25 tahun. Ia tahu kalau laki laki itu marah bukan kerena apa apa tapi kerena mendengar kejujuran yang diungkapkannya.
"Ran, cepatnya! Hari udah malam ditambah lagi mau turun hujan!" teriak laki laki itu dengan lantang.
''Kurang sopan!" gerutu Rani.
Wanita itu langsung beranjak dari duduknya dan membayar uang nasi goreng plus minumannya. Wanita muda itu hanya tersenyum samar, hanya menutupi perasaannya.
"Rey, kamu kurang sopan main teriak teriak saja," sembur Rani saat ia menghampiri Rey.
Rey tidak menjawab pertanyaan Rani, ia langsung masuk ke dalam mobil Avanza putih.
Malam itu!
Rey dan Rani ke alun alun di Banten. Kerena tadi siang mereka diberi tugas untuk mengisi kegiatan di GP, tentang pengolahan bahan pustaka.
Mereka utusan dari SMP. Awalnya Rani tidak mau ikut, tapi kapsek yang meminta mereka ke Pandeglang. Menurut kapsek yang harus datang dua orang yaitu kepala perpus dan pengelola perpus.
Akhirnya Rani dan Rey berangkat juga. Setelah selesai acara, mereka menuju alun alun untuk mengisi perut mereka yang keroncongan. Di alun alun mereka pesan nasi goreng dan pecel ayam, untuk makan malam. Kerena kalau langsung pulang tidak mungkin. Waktu di acara bimtek dikasih makan siang hari, sedangkan kegiatan sampai sore.
Akhirnya, daripada langsung pulang mereka makan dengan lahap. Sesudah makan Rey menanyakan sesuatu, akhirnya ia jawab dengan jujur. Tapi reaksi Rey seperti itu. Rani sakit hati. Mungkin kalau Rey tidak mendahului bertanya, ia sama sekali tidak akan mengatakan pada laki laki itu.
Ia akhirnya berjalan menuju mobil yang di pinggir jalan. Rey, sedang menunggu di dalam mobil sambil membaca koran. Rani, membuka pintu depan dan duduk di samping Rey. Rey hanya diam saja.
Rey menjalankan mobil dengan hati hati sekali. Apalagi hujan mulai turun rintik rintik.
"Aku nggak mau ya istriku tahu tentang ini. Bisa bisa aku digugat cerai sama dia!" cerca Rey sinis.
Ada gemuruh di dalam dadanya. Rey melirik Rani yang menyandarkan punggungnya ke kursi mobil. Wanita itu tidak mengubris apa yang dikatakan Rey.
"Terserah! Aku juga nggak akan menunggumu, Rey. Aku salah telah memberikan sama kamu. Sedangkan aku tahu kamu telah milik orang lain." gumam Rani.
Ia malas sebenarnya berdekatan dengan laki laki itu, laki laki yang seharusnya memberikan ketulusan dalam cintanya tapi nyatanya malah menjerumuskan dirinya. Rani hanya bisa mendesah kecil, ada perasaan benci mendengar perkataan Rey seperti itu.
"Apa kamu sanggup menanggung semuanya? Daripada susah di masa yang akan datang, lebih baik gugurkan. Itu lebih aman untukmu." tantang Rey egois.
"Gugurkan? Picik? Rey, ingat! Banyak di luaran sana yang ingin punya anak. Termasuk istrimu kan, kenapa aku yang diberi amanah harus menguburkannya!" Rani marah.
Wanita itu benar benar tidak habis pikir apa yang dikatakan oleh kaki laki dihadapan, laki laki yang dulu ia puja sangat berbeda dengan laki laki yang ada dihadapannya.
Rani menahan geram di lubuk hatinya. Kalau saja ia bakal tahu kejadiannya seperti ini, mungkin ia tidak bakal memberikannya pada Rey. Tangannya mengepal menahan emosi, ingin rasanya ia menghajar laki laki yang ada di hadapannya tapi ia tidak melakukannya kerena ini di dalam mobil bisa bisa bahaya.
Ya, Rani tahu kalau selama ini Rey dan istrinya menanti hadirnya seorang anak dari pernikahannya. 5 tahun Rey dan Rina menikah, tapi belum Tuhan belum mempercayai mereka.
Sedangkan.
Rani dan Rey yang melakukan kerena suka dan suka malah membuahkan hasil.
"Tapi dia anak haram?" sembur Rey marah mendengar kata kata Rani yang menyingung hatinya.
"Haram? Picik kamu Rey. Anak hasil apapun juga nggak ada yang haram. Tapi orang tuanya yang haram. Melakukan tanpa pikir panjang lagi." Teriak Rani tajam.
"Sudahlah! Aku lagi nyetir. Nggak fokus."kata Rey tidak membahasnya lagi.
"Kamu yang duluan. Kayanya kamu hanya bisa menyudutkan aku saja." Bela Rani agak sewot.
Akhirnya Rey hanya diam saja. Rani pun akhirnya diam. Hujan rintik rintik turun. Rani, meng of kan AC di dalam mobil, ia mengigil kedinginan. Tapi, Rey seperti sengaja. Ia menghidupkan AC lagi.
"Rey!" Teriak Rani geram saa Rey menghidupkan AC kembali.
"Aku gerah. Kamu main matiin AC saja." Kata Rey tanpa bersalah.
Rey sama sekali tidak peduli. Ia melihat Rani melipatkan kedua tangan ke atas perutnya, untuk menahan dingin. Rey hanya tersenyum sinis melirik wajah Rani yang agak pucat. Sebenarnya laki.laii.muda itu hanya beralasan kalau dirinya gerah, kerena di.luaran sana hujan turun dengan lebat. Rani sebenarnya tahu kalau itu hanya alasan Rey saja.
Rani akhirnya diam saja. Rani hanya bisa mendesah saja. Dia tidak mau berdebat lagi sama Rey. Ada rasa kecewa di hati Rani melihat Rey. Rani mendesah. Kesal.
Rey cuek. Ia menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Malam mulai turun, hujan belum reda sama sekali.
Rey hanya menatap wajah Rani dalam dalam. Perasaan sama seperti dulu, tapi keadaan lah yang membuat ia kecewa. Sejujurnya Rey masih mencintai Rani, tapi ia berusaha menyembunyikan perasaan hatinya.
Ia tidak bisa mempertahankan Rani. Memilih wanita lain. Perjodohan lah, yang membuat Rey dan Rani terpisah. Orang tuanya tidak setuju, Rey menikah dengan Rani.
Orang tua memilih Rina menjadi pendamping hidupnya. Malang tidak bisa dielakkan lagi, pernikahan yang berlangsung selama 5 tahun tidak membuahkan anak. Mertua menuduh mandul.
Tapi kenyataannya tidak. Rey kecewa saat tahu Rani hamil perbuatan dirinya. Mereka melakukan suka sama suka.
Kecewanya Rey. Kenapa bukan Rina yang hamil? Kenapa harus Rani. Berita yang seharusnya membuat dirinya bahagia kini malah menjadi bumerang. Apalagi kalau keluarga mertuanya tahu masalah kehamilan Rani olehnya.
Rey berkata kasar, tidak peduli, itu hanya luarannya saja. Sejujurnya ia ingin melindungi Rani apalagi janin yang di kandungnya. Tapi, situasinya sungguh menyudutkan dirinya.
Ia juga memohon jangan sampai Rani, membocorkan kehamilan pada keluarga istrinya. Rani hanya diam saja. Mendengar apa yang ia katakan. Ada sakit dalam hatinya. Mungkin juga berdarah, apa yang dirasakan Rani berbeda dengan Rey. Rani begitu rapuh saat dirinya tahu hamil.**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Citoz
hadir kk ☝
2023-06-26
1
Risfa
Hadir ka
2023-06-26
1
Hasrie Bakrie
Ijin mampir ya thor
2023-02-01
1