Apalagi keluarganya belum tahu kehamilannya. Ia tidak sanggup untuk mengatakannya, pada ibunya. Apalagi ibunya sudah tua. Sedangkan ayahnya telah lama meninggal sejak Rey membatalkan pernikahan dengan dirinya.
Rani tahu kalau dirinya tidak pantas kerena bukan wanita pilihan ibunya Rey. Tapi Rani sangat kecewa saat tahu Rey tidak memperjuangkan cinta mereka.
Rani tahu Rey telah meninggalkan dirinya untuk Rina. Tapi, 5 tahun telah terlewati Rani masih mencintai Rey.
Lima tahun kemudian. Seharusnya Rani melupakan cintanya pada Rey, tapi tidak bisa apalagi setelah lima tahun mereka bertemu dan saling curhat satu sama lain. Ya tentang rumah tangga Rey sendiri.
Kalau di pikir sebenarnya Rey tidak lantas menceritakan rumah tangga dirinya pada Rani, kerena bagaimanapun Rani adalah orang lain. Biarpun Rani pernah mengisi masa masa indah Rey, tapi seharusnya ia bisa menahan gejolak jiwanya dan tidak sampai cerita pada Rani. Kenyataan nya lain lagi.
Bodohnya Rani. Malam itu hujan lebat sekali, Rey yang telah mengantarkan Rani meminta Rani menemani di rumah Rani. Saat itu adiknya Rani sedang di rumah teman. Mengerjakan pekerjaan kelompok.
Malam itu!
Seharusnya tidak terjadi apa apa. Malah sebaliknya. Malam yang sepi, ditambah hujan lebat. Setan berbisik lembut sampai keduanya terbuai oleh cinta yang pernah padam kini menyala lagi.
Hujan yang dingin. Membuat keduanya hangat sekali. Kehangatan mencapai syurga yang indah. Tapi keindahan itu lah menghancurkan keduanya.
Biarpun begitu. Rani masih mengharapkan Rey untuk jadi pendamping hidupnya. Biarpun mungkin ini salah, apalagi Rey telah punya istri yang sah secara hukum maupun agama. Sedangkan dirinya?
Kalau ingat itu. Rani hanya bisa mendesah saja. Ya, ia mengakui salah telah percaya sama Rey. Rey yang Ia sayangi telah berubah saat ia mendengar ada yang hidup di rahim Rani.
Perubahan Rey seperti itu membuat dirinya kecewa, patah hati, menyesal, tapi Rani tidak bisa berbuat apa apa untuk melakukan sesuatu untuk Rey. Dan malah dirinya yang jadi korba nafsu, penyesalan yang seharusnya datang dari awal kini malah datang dari akhir.
Rani, tidak menuntut apa apa dari Rey. Tapi, ia ingin Rey sayang sama janin yang ada di rahimnya. Itu saja cukup. Kenyataannya lain, Rey ingin menghilangkan. Itu yang membuat Rani gamang untuk menjaga janin yang hidup di rahimnya.
Tapi disisi lain perasaan ibu muncul, jadi otomatis, Rani menolak untuk menghilangkan janin yang kini hidup dengan tenang di dalam rahimnya. Tapi tadi ketika ia mendengar kata kata Rey, ia hatinya perih sekali. Rey ingin menghilangkannya. Tapi Rani tidak. Ia telah bersalah, masa harus menambah dosa lagi.
*
Pagi telah datang. Membuat para burung bernyanyi di atas pohon, serta sinar matahari yang menyinari bumi menambah indahnya alam ciptaanNya.
Pagi itu hari Kamis, Rani telah sampai di sekolah. Ia langsung membuka pintu perpustakaan yang dekat dengan ruang guru. Rani baru beberapa tahun berada di perpustakaan. Dan yang lebih kagetnya, ia bertemu dengan Rey seorang kepala perpustakaan di sekolah yang sama.
Anak anak menyerbu perpustakaan. Mereka membaca buku cerita yang telah tersedia di perpustakaan.
Rani, langsung duduk di bangku, dan membuka laptop untuk membuat kertas pinjam. Di laptop itu juga ia membuat katalog, buku inventaris dan masih banyak lagi.
Sedangkan buku pengunjung, buku pinjam/kembali mengunakan buku besar dan disimpan di rak buku di sampingnya.
"Bawa ya buku nomor ddc 600 ke ruangan saya," suara Rey mengagetkan Rani yang sedang mengerjakan klasifikasi ddc.
"Buat apa?" tanya Rani menatap Rey.
" Iya ntar dibawa ke ruangan oleh siswa." lanjut Rani tidak semangat.
"Kamu saja yang bawa, aku menyuruh kamu bukan mereka!" Rey marah.
Beberapa siswa yang ada di ruangan itu langsung memandang keduanya yang bertengkar.
"Pak!" pekik Rani tertahan.
Ia memberikan kode pada Rey untuk tidak berteriak apalagi beberapa mata siswa tertuju pada mereka berdua. Rey terlihat cuek pada pandangan mata siswa. Rani hanya mendesah melihat Rey seperti itu.
Panggilan pak untuk Rey hanya berlaku di sekolah, kalau di luar sekolah Rani lebih enjoy manggil nama saja. Rani melihat beberapa siswa tersipu malu melihat dirinya dan Rey beradu mulut.
Dan yang lebih terkejutnya Ia tidak menyangka kalau Rey menyuruh membawa buku ddc ( desimal dewey classification ) 600 ke ruangan Rey.
'untuk apa coba,' pikir Rani.
Rey tidak menggubrisnya. Ia memandang sinis ke wajah Rani. Ada senyuman mengejek menghiasi wajah Rey, sambil melirik wajah Rani.
"Baik kalau kamu maunya itu?"Akhirnya Rani mengikuti kata Rey.
Wanita itu langsung beranjak dari duduknya dan mengambil buku yang DDC nya 600 untuk dibawa ke ruangan Rey. Mau menolak Rey marah tidak menolak bagaimana, itu yang membuat Rani serba salah untuk mengikuti perintah Rey. Kalau di luar sekolah ia sama sekali tidak pernah mengikuti perintah Rey sama sekali, menurutnya buat apa?
Rey mengambil kursi dan duduk di ruangan itu sedangkan Rani mengambil beberapa buku lalu di simpan di hadapan Rey. Rey hanya melihat saja. Rani, membawa buku kode 600 ke hadapannya. Ia langsung berdiri..
"Bawanya jangan sedikit sedikit. Biar cepat beres. Tuh pakai kardus yang besar." Tunjuk Rey, menunjukan kardus di sudut ruangan kecil.
"Rey!" pekik Rani kaget.
Rani berdiri di samping Rey. Mata nya melirik siswa siswi yang masih ada di sana. Ia tidak mungkin bertengkar dengan Rey dihadapan siswa siswi yang ada di perpustakaan, Rani hanya mendesah saja mendengar perintah dari Rey perintah yang tidak masuk akal menurutnya.
Sedangkan anak anak yang ada di perpustakaan pura pura membaca tapi telinganya dipasang baik baik untuk tahu apa yang terjadi, kadang matanya juga menatap wajah Rani dan Rey yang ada di depan.
"Berat, mengangkat buku ke kardus. Apalagi kardus besar kaya gitu."Lanjut Rani tertegun.
Ia juga tidak mungkin mengambil kardus yang diatas lemari besar. Rani tidak menyangka kalau Rey melakukan itu padanya. Perih.
"Nggak apa apa kok. Kamu kuat kan angkatnya," sinis Rey menatap wajah Rani tajam.
"Picik!" Sembur Rani tidak suka.
Rani langsung berbalik ke kursi. Tapi dengan cepat Rey mengambil kursi yang akan di duduki Rani. Otomatis Rani terjatuh ke lantai.
"Rey!" Jerit Rani tertahan. Perutnya sakit akibat ia terduduk jatuh. Ia meringis. Tangan kirinya memegang perut bagian bawah.
"Bu, nggak apa apa Bu?" tanya Vian salah seorang siswa yang melihat kejadian itu.
Vian langsung berlari menghampiri Rani yang duduk di lantai kerena kursi yang akan ia duduki diambil oleh Rey. Rani hanya diam saja saat Vian menanyakan keadaannya, ia hanya meringis saja.
"Kamu pergi!" usir Rey pada Vian saat gadis itu akan membantu Rani bangun.
Vian menatap wajah Rani. Rani hanya mengangguk saja, ia tidak ada pilihan untuk dibantu sama Vian kerena pasti Rey bakal memarahi Vian.
"Kalian semuanya keluar dari ruangan ini. Ini perintah!" teriak Rey menatap semua siswa Yanga da di ruangan perpustakaan. Vian dan teman temannya akhirnya keluar dari ruangan itu, sebenarnya Vian ingin membantu Rani, tapi takut sama Rey. Akhirnya ia pun meninggalkan ruangan itu bersama yang lainnya.
HAHAHA...
Tawa Rey. Ia berjongkok dekat Rani dan berbisik..
"Cuma bercanda, udah jangan marah," kata Rey langsung pergi dari tempat itu tanpa memperdulikan Rani.
Hati Rani gerimis. Mendapat perilaku Rey pada dirinya. Rani masih mengigit bibir bagian bawah, sakit rasanya perutnya. Tapi ia berusaha bangun dan mengambil kursi.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
TDT Angreni
cerita bagus terus berkembang. semangat untuk terus menulis dan berkarya.
2023-06-29
1
👑Ria_rr🍁
wajar ini mah, kan dia setiap hari bersamaan trs bermesraan dan tiba² putus Aah nyesek we🙈
2022-12-03
0
Nindira
Udah aku favoritin
2022-11-02
0