"Aduh!"
Rani berteriak saat ia menabrak seseorang. Rani memang sedang buru buru jadi tidak begitu fokus ke jalan.
Barang barang yang ia bawa akhirnya terjatuh begitu saja. Rani langsung melihat sama orang yang ditabraknya. Cowok yang ditabrak menatap Rani dengan tatapan terkejut.
"Rani!"pekik pria muda itu.
"Dio," ujar Rani syok.
Ia tidak menyangka kalau pria yang ditabraknya adalah teman kuliah nya dulu.
"Dio, maaf ya aku tadi buru buru. Jadi nggak lihat kamu." Ujar Rani langsung membereskan kertas, pena dan karton yang terjatuh akibat tabrakan tadi.
Dio membantu Rani membereskan bawaan Rani yang berserakan.
"Ran, boleh kita ngobrol ngobrol dulu." Pinta Dio setelah memberikan barang bawaan Rani.
"Maaf, Dio. Aku buru buru banget jadi nggak ada waktu untukmu." Kata Rani meminta maaf.
Dio mengangguk. Rani langsung pamit meninggalkan Dio. Dio mengantarkan Rani dengan tatapan matanya.
Tiba tiba dihati Dio ada kisi hati. Ya, selama ini ia memendam perasan sama Rani seorang wanita yang kraetive, lembut, keibuan, dan mandiri.
Dio, akhirnya meninggalkan pasar Panimbang dengan hiruk pikuk yang seperti biasa. Ia, mengambil kendaraan roda dua dan pulang dengan pikiran penuh dengan Rani.
Sampai di kamar. Ia menatap langit langit kamar, wajah Rani seperti dulu. Anggun. rambut panjangnya tergerai begitu saja menambah kecantikan alami seorang wanita. Tapi, Dio merasakan dari tatapan Rani, seperti wanita itu memiliki masalah yang tidak terungkap. Ada sakit dalam hati saat mengingat Rani.
Ya, ia dan Rani satu kampus mengambil jurusan perpustakaan. Ia sering satu kelompok sama Rani. Satu yang ia bangga sama Rani, Rani mampu bekerja dalam tim maupun tanpa tim. Kemandirian Rani, membuat Dio suka. Jarang ada wanita seperti itu.
****
"Ran, aku nggak suka ya kamu kerja asal asalan seperti ini!" Teriak Rey marah.
Rey langsung melempar buku besar ke hadapan Rani. Rani terkejut sekali mendapat perilaku seperti itu oleh Rey. Ia tidak bisa menerima.
"Apa apa an sih! Rey. Aku heran tiap hari harus marah marah seperti itu." Kata Rani sambil menatap wajah Rey.
Lalu Rani mengambil berkas yang dilempar Rey. Ada perasaan tidak nyaman di hati Rani. Ia langsung meninggalkan perpustakaan menuju ruang guru.
Rey yang melihat itu ingin mengejar Rani. Tapi, ia urungkan niatnya. Ia akhirnya duduk di kursi sambil melihat para siswa yang sedang main bola di lapangan upacara.
Rani hanya termenung di ruang guru. Semua guru sedang mengajar di kelas yang telah diberi jadwal.
Ia mendesah.
Rani, merasa serba salah sama Rey. Mengerjakan apa yang di perintahkan Rey salah. Tidak, mengerjakan salah. Ujung ujungnya Rey marah dan ia menjadi sasaran kemarahan Rey.
Rina menyandarkan punggungnya di kursi. Ia, menundukan kepala. Beberapa kali mendesah. Ia ingin sekali mengeluarkan beban di hatinya yang terasa berat.
"Assalamualaikum,"
Seseorang mengucapkan salam di pintu ruang guru.
"Walaikumsalam," jawab Rani langsung memandang ke arah pintu. Hatinya tercekat.
"Rani!" Seru lelaki di pintu ruang guru. Tanpa menunggu Rani menyuruh masuk. Pria itu langsung menghampiri Rani yang masih duduk di tempat semula.
"Ran, aku kesini mau melamar di ruang pengadaan. Kemarin, aku sudah datang ke SMP ini. Alhamdulillah aku di terima oleh kapsek SMP ini," kata pria itu bahagia.
Pria itu! Dio.
Rani hanya nyengir mendengarkan kata kata Dio yang blak blakan. Dio langsung duduk di hadapan Rani. Sambil memegang map warna hijau, ia menyodorkan map itu pada Rani. Rani tidak menerimanya.
"Dio, jangan nganggu aku," kata Rani.
"Kamu kenapa sih! Ran?" Tanya Doi menatap wajah Rani.
"Kalau kamu ingin ketemu bapak, ke ruang TU aja." Kata Rani sambil menunjukan ruangan TU.
Dio akhirnya langsung menuju ruangan TU. Sedangkan Rani menuju ruangan perpustakaan. Ruangan perpustakaan banyak para siswa yang sedang membaca, sedangkan Rey sudah tidak ada di ruangan itu.
"Ri, kamu ada jam nggak di kelas?" Tanya Rani saat melihat Riri masuk ke ruang guru.
"Nggak ada jam. Ada juga jam terakhir." Jawab Riri.
"Ada apa?" Lanjut Riri menatap wajah Rani.
"Aku titip ya. Perpustakaan, aku kurang fit. Ditambah lagi perutku sakit." Kata Rani jujur.
Rani tidak bisa berdusta pada Riri. Ya, hanya Riri yang tahu keadaan dirinya. Dari Riri lah ia mendapat dukungan positif. Dan Riri yang selalu membela dirinya dihadapan Rey.
Riri mengangguk. Ia mengantarkan Rani dengan tatapan yang tulus. Rani langsung pulang ke rumahnya. Kunci perpustakaan ia titipkan ke Riri teman kuliah beda jurusan.
Rey yang tahu Rani pulang. Tanpa ia tahu, geram pada wanita itu. Akhirnya ia pun pulang ke rumah marah marah pada Rina yang sedang mengerjakan berkas yang harus ditanda tangannya.
Rina yang tidak tahu apa apa hanya terpekur. Ingin rasanya ikut ikutan marah seperti Rey. Tapi, kalau dipikir lagi itu sama saja. Setelah Rey melempiaskan kekesalan pada Rina, ia pergi entah kemana.
Rina hanya bisa menangis saja mendapat prilaku Rey. Ia mengakui kalau Rey tidak pernah mencintainya. Ia tahu itu, ini hanya perjodohan yang membuat dirinya tersiksa. Apalagi anak yang dinanti tidak kunjung datang.
Boro boro anak? Tidur bareng juga tidak pernah dilakukan. Rey lebih banyak tidur di kamar tamu, sedangkan dirinya di kamar mereka.
Rina hanya menarik nafas dalam dalam. Buat apa coba menikah, tapi tidak pernah melakukan aktivitas suami istri. Kadang ia ingin marah, tapi kalau ia marah otomatis Rey akan marah dan lebih membabi buta marahnya.
Rina pernah menggugat Rey! Tapi lacur apa kata Rey pada dirinya..
"Aku tidak akan melepaskan kamu, sebelum kamu dan keluargamu merasakan apa yang aku rasakan!"
Rina mengigil. Ketakutan mendengar kata kata Rey seperti itu. Kalau ingat. Rina hanya bisa mengelus dada, sebenarnya bukan hanya Rey yang tersiksa oleh pernikahan ini. Tapi, ia juga tersiksa sekali.
Ia harus menikah dengan lelaki yang ia tidak kenal luar dalamnya. Ibunya lah yang memaksa dirinya menikah tanpa memandang kebahagiaan yang ia rasakan.
"Kak, kakak kenapa?" Kata Dio menghampiri kakaknya.
"Nggak apa apa kok, kakak senang kalau kau bisa menyalurkan ilmu kamu ke bidang yang kamu suka," kata Rina sambil tersenyum.
"Apa mas Rey." Selidik Dio.
Rina mengelengkan kepala. Ia tidak ingin Dio tahu kalau Rey telah memarahi habis. Ia tidak ingin Dio melabrak Rey. Kalau itu terjadi mereka pasti berkelahi.
Jadi lebih baik Rina tidak cerita apa apa pada Dio.
"Ya udah kakak lebih baik istirahat saja." Ujar Dio sambil meninggalkan kakaknya.
Dio langsung ke kamarnya. Ia membaringkan badannya, menatap langit langit kamarnya. Ingatan nya kembali tertuju pada Rani.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
👑Ria_rr🍁
Kan bisa di tebak perasaan si Dio kepada Rani.
udah deh Ran lupain tu cowok kapirit
2022-12-11
0
Nindira
Jadi kalau begi caranya bagaimana akan terjadi pembuahan🤔
2022-12-04
1
Nindira
Napa kerjaan lo marah2 mulu Rey
2022-12-04
1