Rina tidak bisa berkutik. Saat mendengar apa yang terjadi. Ia tidak menyangka Rey melakukan perbuatan bejat seperti itu. Rina mendatangi rumah Rani.
Ia tidak segan segan memukul Rani. Rani tidak tahu apa yang terjadi, setelah Zoya melerainya, akhirnya Rani tahu.
Akhirnya Rani angkat bicara, kalau selama ini ia masih mencintai Rey. Sampai ia menyerahkan apapun demi mendapatkan Rey. Tapi, sebaliknya Rey tidak menganggap kehamilan yang si kandung Rani.
Di sebrang jalan terlihat. Sepasang mata menangis. Ia adalah Dio. Dio tidak menyangka kalau selama ini Rani masih memendam perasan itu sama Rey kakak iparnya.
Sedangkan ia yang dulu, sampai sekarang masih sayang sama Rani tidak digubrisnya. Ada gerimis dihatinya. Kalau ia jadi Rey lebih baik ia memilih Rani. Kerena janin, bukan memilih wanita lain. Tapi disisi lain Dio, juga marah pada Rey yang tidak bisa mempertahankan Rani. Ia memilih pilihan orang tuanya. Mengorbankan hatinya serta cintanya.
Kalau memang Rey tidak mencintai Rani. Tidak mungkin mereka melakukan yang dilarang agama. Tapi, saat semuanya terjadi Rey mengingkari semuanya.
Dio hanya menghela nafas. Kalau memang Rey Mash cinta. Cintailah Rani dan kandungannya. Bukan menyuruh Rani melakukan hal yang dilarang agama lagi. Mengugurkan kandungan.
Apalagi Rey yang menyentuh. Dio hanya mendesah saja. Di kejauhan ia masih melihat Rina tertegun mendengar pengakuan Rani.
Rina hanya bisa menangis. Kerena dikhianati oleh Rey. Biarpun Rey dan ia di jodohkan, seharusnya Rey bisa dan mampu menjaga pernikahan yang mereka lakukan. Permikahan yang sakral Dimata tuhan dan manusia.
Rani hanya diam mendengarkan omongan Rina. Akhirnya Rani mengakui kalau Rey lah yang berusaha dan memohon untuk diam dan tidak cerita sama siapapun juga.
Mendengar itu Rina terdiam hatinya hancur. Tanpa permisi lagi, Rina pulang ke rumahnya.
Setelah Rina pulang. Dio datang menghampiri Rani yang masih duduk di teras dengan air mata masih.
Rani langsung mengusap air mata yang ada di pipinya. Dio, langsung memberikan sapu tangannya yang ada di kantong. Rani tidak menerima sapu tangan dari tangan Dio.
"Jangan kau sembunyikan. Aku tahu semuanya," kata Dia sambil duduk di samping Rani.
"Tadi, aku kesini. Sebelum kak Rina." Lanjut Dio menunggu reaksi Rani.
"Trus kamu biarkan ini terjadi? Kamu jahat Dio. Jangan jangan ini perbuatan kamu." Sembur Rani tidak suka.
"Entah, aku juga nggak tahu kalau kakak tahu ini." Ujar Dio membela diri.
"Lebih baik kamu pulang, Dio." Kata Rani sambil beranjak dari duduk sambil masuk ke dalam rumah.
Dio mau menahan Rani. Tapi Rani cepat cepat menutup pintu dan mengunci dari luar. Dio hanya memandang daun pintu yang tertutup. Ia pun desah.
Akhirnya dia meninggalkan rumah itu, dengan perasaan yang tidak karuan sekali.
Dio menjalankan kendaraan nya menuju sekolah. Di sekolah ia hanya bisa diam saja. Sekolah yang sepi, kerena anak anak sudah pada pulang 3 jam yang lalu.
Ia masuk ke ruangan pengadaan. Dan duduk di kursi yang ada di ruangan itu. Ada kisi yang hilang untuk Rani. Ya, wanita itu selalu menghindar kalau ada masalah. Ia sebenarnya ingin Rani dekat dengannya.
Apalagi kalau minta bantuan. Dio ingin Rani manja, tertawa bersamanya kembali. Tapi, kini Rani menurut Dio berubah banyak sekali.
Tapi kemandirian Rani sejak dulu sudah ada. Kelambutan hatinya masih seperti dulu.
Dio mendesah ingat itu. Orang yang dipikirkan Dio, kini berada di kamar. Ya Rani berada di kamar, ingat kejadian dengan Rina.
"Kurang apa coba, Rina dibandingkan aku?" Bisik hati Rani.
Ia mengakui kalau Rina, wanita elegan, anggun, tapi Rey tidak mencintainya? Kalau memang Rey tidak mencintai kenapa ia harus melamar Rina?
Rey tidak bisa memupuk cinta pada Rina. Anak? Kalau pertanyaan tentang anak. Mereka bisa mengangkat anak orang lain. Bisakan? Jadi jangan ada alasan tidak punya anak. Memang semuanya mau punya anak kandung.
Tapi yang menentukan adalah Tuhan. Banyak pasangan suami istri yang belum dikarunia anak. Tapi mereka langeng.
Kalau memang Rey punya anak. Kenapa ia ingin mengugurkan janin yang ada di rahim dirinya. Apa kerena janin ini bukan di rahim Rina?
Rani hanya mendesah saja. Ia ingin mempertahankan janin ini, kerena ia masih mencintai Rey. Seharusnya ia tidak perlu mencintai Rey, kerena Rey telah menjadi suami orang.
Egois. Mungkin ia egois, kalau ia menyuruh Rey kembali kepadanya. Kerena kehamilan yang ia kandung itu milik Rey.
Memang kalau ia memilih. Ia ingin Rey kembali lagi dengannya. Tapi apa Rey bisa atau orang tua Rey mengakuinya? Itu yang Rani tidak inginkan. Masih untung mereka menerima, kalau tidak. Ia dan bayinya akan jadi korban.
Rani tahu, janin yang dikandung adalah miliknya. Biarpun itu benih Rey. Kalau bayi yang dilahirkan perempuan, Rey tidak akan bisa menjadi wali nikah anaknya. Kerena bayinya hanya anak biologis saja bukan anak nasab.
Biarpun Rey dan dirinya menikah juga. Bayi yang dikandungnya bernasab pada dirinya bukan pada ayahnya. Kalau bayi yang di lahirkan dirinya laki laki. Maka anak itu tidak bisa jadi wali adik perempuannya.
Miris sih! Tapi, Rani berusaha mempertahankan. Tanpa memperdulikan Rey. Rey hanya bapak biologis bukan bapak nasab janin yang di kandung dirinya.
Ia tahu. Tapi masih melakukannya. Melakukan suka sama suka tanpa memandang pahit kehamilan tanpa suami.
Rani, sebenarnya tahu kalau Dio perhatian padanya. Tapi bukannya ia tidak butuh perhatian, tapi kenapa harus Dio? Dio terlalu baik padanya.
Kenapa bukan Rey yang memberikan, perhatian pada dirinya dan anaknya. Ya biarpun bukan anak nasab dirinya.
Rani menelan ludah. Langit dan bumi, antara Rey dan Dio. Perhatian Dio tidak berubah padanya. Biarpun Rani pernah menolak Dio. Tapi, Dio baik, perhatian. Sampai Dio pernah mengajak dirinya periksa kandungan. Tapi Rani menolak..
Rey? Ia belum pernah mengajak periksa. Boro boro periksa, menanyakan kandungannya juga belum pernah. Malah Rey seperti ingin melihat ia kecapaian, atau kesakitan..
Ya sejak kehamilan, ia kalau capai atau lelah pasti perutnya sakit. Apalagi mengangkat barang yang berat seperti buku.
Rey selalu meminta mengangkat buku. Untuk dibawa ke ruangannya. Menolak? Rey marah. Tidak menolak, Rani yang jadi korban.
Dibawa sedikit. Rey marah.
Rani tidak sadar kalau ia sudah lama di kamarnya. Kalau saja Zoya tidak masuk mungkin ia tidak menyadari kalau hari itu sudah mulai sore.
"Kak, pasti kak Rey lagi?" Selidik Zoya menatap kakaknya.
"Nggak kok."
"Ceritakan." Bujuk Zoya sambil duduk diatas dipan.
"Apaan sih!" Protes Rani tersenyum..
"Kak,"
"Istri Rey tadi kesini?"
"Tapi kakak nggak apa apa?"
Rani menggelengkan kepalanya. Zoya mengambil nafas lega.
"Perut kakak nggak sakit?" Selidik Zoya.
Gadias 18 tahun itu, mengelus beberapa kali perut kakaknya. Ia begitu senang saat Rani memberi kabar kalau ia akan menjadi ateu.
"Nggak,"
Ujar Rani memengang tangan adiknya dengan penuh kasih sayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
👑Ria_rr🍁
uluuh perhatiannya Zoya 🥰
2022-12-11
0
👑Ria_rr🍁
air matanya masih. masih apa kk? pasti belum kelar ini nulisnya🤭
2022-12-11
1
👑Ria_rr🍁
asli aku hampir ketuker namanya kk, Rani Rini
2022-12-11
1