Pagi itu!
Rani langsung memasangkan sticker ddc ( desimal dewey cllasifcation ) di punggung buku. Sticker sticker itu di buat oleh dirinya mengunakan kertas HVS dengan ukuran yang ia ukur dengan penggaris. Pekerjaan pustakawan memang tidak terlihat sibuk sebenarnya, tapi bikin hati enjoy saat mengerjakannya.
Ia juga sebelum menulis ddc di sticker yang ia buat, di atasnya dikasih nama lembaga dibawahnya baru nomor ddc misal buku yang akan di olah yaitu buku Teknologi Komputer, jadi ddc dari ilmu komputer itu adalah 004 dibawah nomor ddc yaitu nama satu huruf pengarang.
Contoh nya;
TBM Pustaka Cakrawala NKS ( nama lembaga )
899.221.3 ( kode desimal dewey cllasifcation untuk kesusastraan )
HAN ( Hanum Anindya-tiga huruf dari nama pengarang/ penulis/ Author )
A ( Angsa Putih yang kembali--satu huruf judul novel ).
Rani dengan seriusnya memisahkan ddc satu dengan satunya, kerena satu ddc berbeda beda dengan ddc lainnya. Ada ddc komputer, filsafat, agama, sosial, bahasa, ilmu murni, ilmu kedokteran, olahraga, kesusastraan, Geo dan sejarah.
Anak anak yang tidak ada gurunya langsung disuruh mengisi waktu di perpustakaan kerena daripada dihabiskan waktunya di kantin lebih baik di perpustakaan, hanya beberapa orang saja yang masuk ke perpustakaan sebagiannya ada di kantin, nongkrong dan lainnya.
Rani tidak menduga kalau hari itu bertemu kembali degan Rina. Ya hari Rabu Rina langsung mendatangi sekolah Rani. Ia menemui Rani tanpa permisi lagi. Anak anak yang sedang membaca langsung menatap kedatangan Rina dengan perasaaan aneh.
Vian yang berada diantara anak anak hanya menduga duga apa yang bakal terjadi, hatinya sangat berdebar kencang saat kedatangan wanita yang ia tidak kenal. Ia sangat takut terjadi apa apa pada gurunya.
"Please, Ran setelah kau lahiran bayi itu buatku. Tidak masalah kalau Rey tidak mengakuinya, aku ingin mengurusnya," ujar Rani blak blakan tanpa melihat kondisi.
Rani yang mengerjakan menempel sticker di punggung buku langsung mendelik mendengar kata kata Rina yang tiba tiba sekali, Rani langsung melirik pada beberapa siswa yang ada disana.
"Kak!" Ujar Rani berbisik.
Mata Rina langsung melirik anak anak yang sedang membaca buku. Wajah siswa yang membaca langsung menatap wajah Rani dan Rina. Ada rasa aneh yang didengar oleh anak anak.
"Kenapa suka suka aku dong mau ngomong dimana pun juga..Itu anak Rey kan, sepantasnya aku yang memilikinya bukan kamu," sembur Rina.
Ia sama sekali tidak peduli pada peringatan Rani yang bicara berbisik. Rina lakukan itu supaya siswa tahu kalau kelakuan gurunya lebih bejat daripada binatang, sedangkan siswa yang lain yang tidak tahu apa apa bisik bisik tentang Rani. Vian yang ada di ruangan itu hanya diam saja, ia sama sekali tidak ikut bisik bisik ia hanya mencerna apa yang terjadi pada gurunya.
Rani langsung beranjak dari duduk, dan langsung menarik tangan Rina, untuk menjauh dari ruangan itu. Ia tidak ingin kalau anak anak yang membaca di perpustakaan tahu apa yang terjadi, selama ini memang antara ia da Rey berusaha menutupinya dari semua siswa maupun guru yang ada di sekolah itu. Ia hanya takut menjadi buah bibir guru maupun siswa, yang terutama siswa.
Rina menghindar dari ngenggaman tangan Rani, ia berusaha untuk bicara di perpustakaan tapi terlambat. Rani bisa meraih tangan Rina, Rian akhirnya mengikuti Rani ke gerbang SMP.
Mereka berdiri saling berhadapan satu sama lainnya. Rina melirik perut Rani yang mulai kelihatan. Tiba tiba naluri seorang ibu muncul seketika juga, ia reflek mengusap perutnya. Ada rasa kecewa dihatinya saat perut nya tidak ada janin yang hidup.
"Kak, jangan asal ngomong," sembur Rani sambil menarik nafas dan menghembuskan ya kembali.
"Kakak datang datang tanpa informasi langsung bicara. Di sana banyak orang. Apa kakak ingin semuanya terbongkar," lanjut Rani sambil duduk di tempat duduk yang terbuat dari tembok.
"Aku hanya ingin bayi itu. Bayi yang kamu kandung!" Rina menjelaskan.
Rina langsung bicara kedatangan ia ke sekolah hanya ingin memliki anak yang Rani kandung. Rina menjelaskan kalau ia bakal mengurus bayi itu saat bayi itu lahir nanti, ia sama sekali tidak peduli pada Rey.
Rani mendesah. Ia mendengarkan apa yang diutarakan oleh Rina, ditatap wajah wanita yang masih berdiri dihadapannya, di bola matanya terlihat ada sebuah kerinduan yang besar sekali, tapi Rani tidak memperdulikannya ia malah bersyukur ia punya anak biarpun hasil dari perselingkuhan.
"Tidak, kak! Aku tidak akan memberikan bayi ini. Ini anakku." jerit Rani tegas sambil mengusap perutnya.
Rina melihat jelas. Ia hanya mengigit bibir bagian bawah dengan kerasnya, sebuah kerinduan yang tidak akan pernah ada ujungnya. Melihat Rani mengusap anak yang dikandung sendiri sebuah penderitaan buat diri Rina sendiri.
"Dia anak Rey." Rina dengan cepat bersuara tinggi sekali.
"Iya dia anak Rey. Tapi biarpun dia anak Rey, nggak akan aku berikan pada Rey. Rey tidak menginginkan bayi ini. Dia menyuruh mengugurkan, kak." Jelas Rani pada Rina yang masih berdiri di samping Rani.
"Ran, aku mohon. Biar aku yang mengurusnya." rengek Rina sambil duduk di samping Rani.
"Tidak kak, aku mohon. Dia anakku, dia kenangan dari Rey."
"Apa kamu menyukai Rey?" Tatap Rina tajam.
"Aku sayang Rey. Aku sudah kehilangan Rey, masa aku harus kehilangan anak Rey. "Tegas Rani.
Ia tidak menyembunyikan perasaannya pada Rina. Percuma disembunyikan juga, pasti Rina tahu itu, ya kalau memang ia tidak sayang Rey masa ia bisa hamil sama Rey mereka melakukan suka dan suka.
DEG!
Rina tertegun. Mendengar apa yang Rani katakan dihadapannya, Rina tidak menyangka kalau Rani akan mengucapkan dihadapannya. Luka dihati Rina semakin perih, tapi ia tidak menyalahkan Rani, untuk mencintai Rey. Tapi ada perasan cemburu yang dirasakan oleh Rina. Tanpa diduga sama sekali oleh kedua wanita itu, ada seseorang yang tanpa sengaja mendengarkan apa yang mereka katakan.
Bukan hanya Rina yang terpaku oleh kata kata Rani. Telinganya mendengar jelas yang diucapkan oleh Rani pada Rina. Laki laki itu hanya bisa meremas celananya dengan kuat, dan melepaskan begitu saja.
Sepasang mata milik Dio. Dio mendengarkan apa yang diutarakan oleh Rani, hatinya gerimis. Ia benar benar geram seketika kalau ingat Rey yang seharusnya mempertahankan cintanya pada Rani tapi nyatanya malah mengingkari.
'Ya Tuhan, kenapa hatinya milik Rey, kenapa bukan untukku cinta itu,' bisik hati Dio. perih.
Semilir angin pagi hari mengelus lembut. Rina dan Rani masih di gerbang sekolah tanpa menyadari tatapan mata Dio. Mata Dio ada gerimis yang siap tumpah, tapi laki.laki.iyu hanya menahan saja tidak bisa.beebiat apa apa.
"Maaf, kak. Aku tidak bisa. Dia anakku. Coba kalau kakak berada diposisi ku bagaimana rasanya?" ujar Rani beranjak pergi meninggalkan Rina.
Saat Rani akan melangkah tiba tiba ia berhenti, matanya menatap wajah Dio yang berada tidak jauh darinya.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Nindira
Sabar ya Rina
2022-12-08
1
Nindira
Hapal bener thor soal ini. aku malah gak ngerti sama sekali
2022-12-08
1
VLav
waduhh masih orok udah direbutin, gmn ntar klo ud brojol atuhh
2022-11-10
1