Di sebuah rumah yang megah. Seorang wanita berada di kamarnya. Masih bermalasan. Kerena hujan pagi ini membuat ia begitu malas.
Sang suami yang seharusnya berada di dalam selimbut. Telah pergi. Alasannya ada pertemuan tentang pustakawan di sekolahnya.
Wanita itu dengan malas beranjak di kasur yang empuk. Dan menuju ke luar kamar. Rambut sebahu terlihat acak acakan. Rumah terlihat lenggang tidak ada siapa siapa didalam rumahnya.
Di ruang tamu terlihat Dio adiknya sedang membaca buku entah karya siapa. Pria 27 tahun itu begitu asyik, tanpa menyadari kedatangan kakaknya.
Dia pernah menikah. Tapi istrinya meninggal akibat keguguran. Istri Dio pendarahan hebat, akibat terjatuh dari tangga.
Wanita itu langsung duduk di sisi kanan adiknya.
"Mbak Rina, tumben." Kata Dio saat tahu kakaknya duduk dipinggir nya.
Ia menyimpan buku yang dibacanya.
"Dio, kamu merasa nggak sih kalau suami kakak kayanya ada wanita lain." Ungkap Rina memandang wajah adiknya.
"Maksudnya?"
"Maksudnya, kalau Rey selingkuh." Kata Rina seperti pikirannya ke jauh entah kemana.
"Ah! Kakak, jangan curiga kaya gitu. Kalau misal mas Rey selingkuh yang beneran bagaimana?" Kata Dio menggoda kakaknya.
Rina tidak merespon candaan adiknya. Wanita 29 tahun itu mendesah saja. Ada sesak dalam hatinya.
Permasalahan rumah tangga hanya satu. Belum adanya momongan. Ia capai, kalau mendengar ocehan tetangga yang begitu sinis padanya.
Apalagi, kata kata tetangga kalau rumah tangga ia belum di kasih momongan kerena merebut pacar orang. Ia bukan pelakor atau perebut suami orang. Tapi kenapa tetangga menuding dirinya merampas Rey.
Tapi, ibunya tidak pernah mengubris. Kata kata yang terlontar oleh tetangga, malah ibunya menuduh suaminya mandul.
Sedangkan kata dokter mereka sehat. Ia dan suaminya pernah memeriksakan diri. Tapi, ibunya menuduh Rey mandul. Apa tuduhan ibunya itu membuat Rey menjauh darinya?
Rey jarang pulang ke rumah. Rina tidak tahu keberadaan Rey. Pagi Rey pergi tanpa sarapan. Pulang sore hari atau malam itu juga langsung tidur.
Rina pernah minta jatah. Tapi Rey selalu menolak. Rey menolak kerena lelah. Kecewa? Ya Rina sangat kecewa sama Rey yang selalu menolak ajakan dirinya.
Kadang Rey lebih memilih tidur di kursi depan. Atau kamar tamu yang ukuran cuma 3x3m², sedangkan kamar lainnya berukuran 5x5m². Termasuk kamar mereka sendiri. Kalau diikuti oleh Rina, Rey kadang marah dan tidak mau di sentuh sama sekali.
Rina butuh komunikasi dengan Rey. Tapi Rey sering menutup diri sendiri. Apalagi kalau ibunya sudah ikut campur. Rina kadang memilih diam dan menghindar.
Ya, apa yang dirasakan Rey sama. Ia tidak betah tinggal di rumah. Tidak nyaman kalau tiap hari, harus diceramahi soal anak. Ingin ia rasanya mengaku pada mertuanya kalau ia telah punya anak dari Rani. Tapi kata kata itu tidak pernah terungkap sama sekali.
Pulang dari sekolah. Ia lebih banyak di sekolah. Kadang ia sore atau malam pulang ke rumah untuk menghindari bertemunya dengan mertua.
Rey tahu kalau Rina baik, pengertian, tapi jujur ia tidak tertarik pada Rina. Mungkin 5 tahun sudah di jawab kalau hati Rey hanya menganggap sahabat saja.
Malah Rey mengaggap, Rina seperti adiknya sendiri. Tapi entah kalau Rina pada dirinya.
Dio merasa prihatin sama kakaknya. Ia punya suami, tapi seperti tidak punya suami. Tiap malam kakaknya tidur sendiri, sedangkan suaminya datang setelah seisi rumah tidur lelap. Dan besoknya, Rey telah hilang.
Dio melihat semuanya.
Rina langsung beranjak pergi ke kamarnya kembali. Ia merebahkan badannya untuk tidur kembali. Tapi ia tidak bisa memejamkan matanya. Pikiran melayang, hatinya mulai curiga pada Rey.
Dalam hatinya ia berjanji akan ikut ke sekolah bersama Rey.
Sebelum ayam jantan berkokok. Rey telah meninggalkan rumah mewah itu. Ia memakai baju putih dan hitam, tangannya mengambil tas punggung.
Rina yang sudah bagun mengikuti suaminya. Pagi udaranya begitu dingin sekali. Lampu lampu pun belum ada yang dimatikan, beberapa rumah jendelanya masih tertutup rapat. Tandanya sang pemilik rumah masih terbuai mimpi indah.
Rey mengunakan mobil. Ia menyetir dengan hati hati. Rina mengikuti dengan mobil ibunya.
Rina tidak habis pikir. Se agi itukah sang suami berangkat? Kenapa? Ada apa? Pertanyaan dalam hati tidak bisa dijawab olehnya.
Rey langsung masuk ke SMP. Rina pun mengikutinya. Di sekolah begitu sepi, kerena jam masih menunjukan pukul 05.30.
Rey juga tidak menyadari kalau Rina mengikutinya. Akhirnya Rina pulang dengan pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh diri sendiri.
Sampai ke rumahnya Rina, masuk kamar. Sedangkan adiknya yang berada di ruang tamu tidak mengubris kedatangan kakaknya. Ia lebih asyik menyelesaikan beberapa novel untuk di kirim ke penerbit.
Rina menghempaskan tubuhnya ke sofa yang tidak jauh dari jendela. Ia mendesah. Ada beban dalam hatinya.
Nun jauh di sana.
Rey, berjalan menuju ruang perpustakaan. Matanya mencari sosok Rani tapi nihil.
Rey bertanya sama siswa yang ada disana. Tapi siswa yang ada di perpustakaan mengatakan tidak tahu. Akhirnya Rey menuju ruang guru. Dari salah satu guru, kalau hari ini Rani tidak masuk kantor.
Rey akhirnya meninggalkan kantor menuju ke suatu tempat. Tepat saat itu istrinya Rina yang akan ke daerah Munjul melihat mobil Rey keluar.
Tanpa panjang lagi. Rina mengikuti suaminya. Mobil Rey meluncur ke arah Panimbang dengan kecepatan sedang. Rina mengikutinya, ia tidak mau kehilangan jejak suaminya.
Mobil Rey lurus ke jalan Sukajadi. Dan, berhenti di depan JNE yang berada di kp pasar Kramat. Sedangkan mobil Rina masih berada diantara tikungan Panimbang dan Sukajadi.
Dengan kepala sendiri, Rina melihat Rey keluar dari dalam mobil. Dan berjalan menuju salah satu rumah yang sederhana. Rumah milik Rani!
Rani yang mendengar ketukan pintu, langsung membuka pintu rumahnya. Ia terhenyak saat tahu Rey yang datang. Awalnya Rey mau masuk. Tapi Rani langsung keluar, ia duduk di teras rumahnya.
Melihat itu Rey ikut duduk di dekat Rani.
"Mau apa kesini?" Tanya Rani sinis.
"Kenapa tidak masuk?" Tanya Rey tanpa menjawab pertanyaan Rani.
"Percuma dijelaskan juga. Kamu nggak bakal ngerti. Lebih baik kamu pulang atau kamu ke kantor lagi, aku lagi nggak fit." Kata Rani yang akan beranjak dari duduknya
Tapi, Rey langsung memegang tangan kiri Rani dengan cepat. Rani hanya memandang tangan Rey. Lalu tangan kanannya berusaha melepaskan tangan Rey dari tangannya.
"Oh! Pantes ya kamu pergi pagi ke kantor nggak tahunya pulangnya kesini," sebuah suara mengagetkan Rani dan Rey.
Wajah Rey pucat! Saat tahu siapa yang datang. Rina. Rani hanya menatap Rey dan Rani bergantian satu sama lainnya. Tapi hatinya menduga wanita yang ada di hadapannya adalah istri Rey.
Rani beranjak dari duduknya.
"Maaf mbak, kami hanya..." Kata Rani menatap wajah Rina dengan seksama.
"Sudah berapa lama kalian selingkuh?" Sembur Rina menatap wajah Rani.
"Mbak, saya dan suami mbak tidak selingkuh!" Bela Rani.
"Bohong! Lalu sekarang apa? Seharusnya Rey ada di kantor mengerjakan tugas!" Damprat Rina gusar.
Rina langsung menghampiri Rani. Dan tanpa di duga sama Rani, Rina langsung mendorong tubuh Rani sampai Rani terjatuh ke lantai. Dan punggungnya terbentur meja yang ada di belakangnya.
Rani yang tidak menduga sama sekali. Langsung meringis kesakitan. Rina belum puas langsung memukul Rani dengan tas yang dibawanya.
Rey yang melihat itu. Langsung menarik tangan Rina untuk masuk ke dalam mobil. Rina, meronta ingin melepaskan dari ngenggaman tangan Rey suaminya tapi tidak bisa.
Ngenggaman tangan sang suami terlalu kuat untuk dilepaskan. Rey langsung membawa Rina pergi dari tempat itu. Menggunakan mobil Rina. Mobil yang
dibawa Rey di tinggalkan begitu saja.
Rani hanya bisa menangis. Perutnya sakit. Tadi ia tidak ke kantor juga perut bagian bawah kram. Ia mencoba istirahat. Tapi keburu Rey datang.
Rani, meringis. Ia mengusap perutnya dan pungungnya yang terbentur.
Tidak lama kemudian. Rey datang. Menghampiri Rani yang masih terduduk di teras rumahnya.
"Ada yang sakit?" Tanya Rey sambil memegang pundak Rani.
"Kamu sengaja kan bawa dia kemari. Hanya untuk?" Kata Rani tertahan.
"Aku tidak tahu masalah Rina yang datang ke sini?"
"Bohong! Aku nggak percaya! Ujar Rina menghindar dari tangan Rey yang akan akan menyentuhnya.
"Ran! Buat apa coba aku bohong sama kamu. Aku kesini?" Kata Rey marah kerena Rani tidak percaya sama dirinya.
"Kamu ingin melihat aku kesakitan. Dan biar supaya aku gugurkan janin ini. Tidak, aku tidak akan." Kata Rani cepat.
"Ran!" Teriak Rey.
"Apa? Benarkan kataku,"pojok Rani.
"Terserah padamu, Ran. Aku hanya tidak tega lihat kamu kesakitan, apalagi dokter bilang kandunganku lemah." Kata Rey lembut.
Rani hanya diam saja.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
👑Ria_rr🍁
udah kaya jelangkung yaa, gedek aku tu
2022-12-10
0
👑Ria_rr🍁
sabar yaa🤧
2022-12-10
0
Nindira
Cinta segitiga antara Rani Rina dan Rey
2022-12-04
1