Pagi hari Rani bergegas membereskan buku buku di perpustakaan, dari menyusun buku, menyusun katalog, menyusun buku pinjam, harian dan inventaris. Tanpa disadari oleh Rani Rey datang dan duduk di kursi pustakawan sambil matanya melihat Rani yang dengan gesitnya memberikan semuanya sendirian.
"Ran, ada bimtek pengolahan bahan pustaka, kita pergi yuk untuk menghadiri. Untuk dua orang?" kata Rey.
"Rey, aku nggak bisa." Kata Rani kemudian tanpa melihat Rey yang di belakangnya..
"Kenapa?"
"Perutku sakit. Gara gara kamu kemari, untung nggak ada apa apa cuma nggak boleh kerja berat dulu. Sebenarnya tadi aku nggak mau datang ke sekolah tapi aku ingat buku buku ini belum diberesin, pulang." Kata Rani akhirnya mengakui keadaan dirinya.
Ia sama sekali tidak menutupinya. Kalau saja kemarin ia bisa memberikan buku buku ini ia tidak bakal sekolah. Rani menceritakan keadaan dirinya bukan cari perhatian tapi ia hanya ingin Rey tahu saja keadaan janin yang di kandungnya itu saja.
"Kamu tahu hamil itu sakit, kenapa kamu tidak gugurkan saja, setelah gugur kamu nggak mungkin menderita!" sembur Rey sambil mengebrak meja yang ada dihadapannya dengan keras sekali.
"Rey dia nggak salah kenapa kamu harus menghilangkan? Kita yang yang salah!" teriak Rani tidak suka dengan cara Rey seperti itu.
"Aku tahu itu hanya alasan dan tak tik kamu saja, supaya kamu bebas tidak melakukan apapun di sekolah ini,"
"Rey! Keluar dari sini!" teriak Rani marah.
Dada Rani bergemuruh menahan emosi yang tiba tiba muncul di dalam hatinya mendengar pantang Rey katakan untuknya. Rani sangat kecewa sekali pada pria yang pernah ia sayangi malah tidak melakukan apa apa untuk dirinya.
Tapi Rey seperti tidak mengubris apa yang dikatakan oleh Rani. Rani menduga kalau Rey sangat ingin menghilangkan janin yang ia kandung, itu yang ia pertahankan dari dirinya. Rani mengakui kalau ia telah salah masa harus melakukan perbuatan keji lagi.
Tapi Rey sepertinya keukeuh untuk menghilangkan nya, Rani tidak bisa melakukan apa apa hanya ingin melindungi saja. Sejujurnya Rani sebenarnya sudah capai menghadapai Rey seperti anak kecil mau melakukan tapi tidak mau bertanggung jawab.
Rey langsung berdiri dan menghampiri Rani dan ia mencengkram bahu dan mengguncang tubuh Rani dengan perasaan yang tidak tidak karuan sama sekali. Rani langsung menepiskan tangan Rey. Tapi Rey memaksa.
"Cukup, jangan kau tindak aku. Kau hanya bisa menyalahkan aku tapi tidak bisa koreksi dirimu sendiri!" damprat Rani kesal.
"Bawakan aku buku ke ruangan ku sekarang, buat di periksa!" perintah Rey menetap wajah Rani.
"Rey! Kalau kamu mau angkat kardus itu. Kalau tidak mau ya udah. Aku mau istirahat." balas teriak Rani langsung menepiskan tangan Rey yang memegang bahunya.
Rani langsung meninggalkan perpustakaan menuju tempat parkiran. Tapi dengan cepat Rey memegang tangan Rani dengan eratnya, sampai Rani berontak ingin melepaskan nganggaman tangan dari Rey.
Rey menarik tangan Rani keluar dari perpustakaan menuju ruangan lab. Ia melepaskan tangannya dari tangan Rani.
"Sakit tahu,"
"Segitu saja sakit!" ejek Rey sinis.
"Kalau diperintah seharusnya menurut, jangan cuma menikmati gaji buta mu!" teriak Rey kasar.
"Gaji buta maksudmu? Apa kerena kamu menyuruhku untuk mengangkat kardus trus aku nggak mau," sinis Rani tersenyum.
"Kalau kamu mau angkat sama olehmu sendiri!" cerca Rani
Sebenarnya ia sama sekali hari itu ia tidak sekolah, sejujurnya ia menyesal untuk sekolah kerena harus bertemu dengan Rey tiap hari masih untung kalau tidak bertengkar.
Dan yang paling malasnya adalah pertengkaran dengan Rey menurutnya tidak ada gunanya sama sekali. Kalau bisa menghindar sih ia ingin menghindari pertengkaran dengan Rey tapi tidak bisa sama sekali, kerena Rey selalu mencari alasan untuk bertemu, kalau tidak bertemu pasti di telpon.
Kalau misal telponnya tidak aktif Rey langsung menyusul ke rumah ujung ujungnya malah bertengkar. Kalau suruh memilih ia ingin sekali menjauh dari Rey untuk sementara waktu ini atau selamanya tapi bagaimana Zoya?
Itu yang ia pikirkan sekarang adalah Zoya sekolah, ia bisa meninggalakan Zoya di rumah itu! Tapi ia khawatir kalau terjadi apa apa pada Zoya. Sedangkan ibu telah mempercayai dirinya untuk menjaga Zoya.
Rey yang melihat itu langsung mengejar Rani. Ia berusaha berjalan beriringan dengan Rani. Tapi, Rani keburu mengambil sepeda motor dan menghidupkan. Ia tidak memperdulikan Rey. Dalam pikirannya ia ingin sampai ke rumah, dan istirahat dengan tenang.
Melihat Rani pulang begitu saja ada perasan yang hilang dihatinya Rey, tapi perasaan itu ia tepiskan begitu saja
Rani tinggal dengan adiknya yang sekolah di SMU. Mereka tinggal di rumah peninggalan orang tuanya. Ibu Rani--Ayu berada di Serang, menempati rumah pemberian paman Rani.
Paman Rani, om Hendar kini tinggal di Kalimantan sebagai pebisnis perhutanan. Awalnya Rani dan adiknya akan ikut, tapi kerena tugas yang dilakukan Rani sebagai perpustakaan. Akhirnya Rani tidak ikut termasuk adiknya yang kini kelas 11 A IPA.
Zoya adiknya tahu kalau kakaknya hamil. Tapi, kakaknya memohon pada Zoya untuk merahasiakan pada ibunya. Akhirnya Zoya me iya kan apa kata kakaknya.
Zoya akhirnya bungkam masalah kehamilan kakaknya ke ibunya, alasan Rani tepat sekali. Zoya membeberkan alasan kakaknya, Zoya takut kalau ia memberi tahu keadaan Rani bakal terjadi sesuatu pada ibunya. Itu yang ditakutkan Zoya maupun Rani. Jadi Zoya me ia kan apa kata Rani, hanya untuk menjaga hati ibunya.
"Suatu saat nanti kakak bakal kasih tahu ini sama ibu, tapi bukan sekarang," kata Rani pada Zoya waktu ia menanyakan pada Rani tentang ibunya tahu apa tidak keadaan Rani.
"Tapi kalau ibu tahu bagaimana kak?" tanya Zoya.
"Biar kakak saja yang menghadapinya, kamu tutup mulut saja," bujuk Rani memohon.
Zoya hanya mengangguk. Ia sangat sedih mendengar keadaan kakaknya, ia janji bakal menjaga Rani dalam keadaan apapun juga.
"Seharusnya kak Rey yang bertangungjawab!" geram Zoya.
"Kakak pasrah, de," gumam Rani pasrah..
Rani berusaha untuk meluluhkan perasaan Zoya dengan mengusap ngusap tangan adiknya.
"Kak, aku harus datangi kak Rey," seru Zoya sambil beranjak dari duduknya.
Tapi Rani menahan tangan Zoya supaya tidak pergi apalagi mendatangi Rey, ia hanya takut kalau keluarga istri Rey tahu kalau Rey menghamili dirinya, Rani pasti kena damprat kaku Rey tahu semuanya apalagi istrinya Rina. Itu lah yang sebenarnya Rani tidak inginkan sama sekali masih untung kalau mereka menerima kalau tidak bagaimana?
Secara diam diam tanpa sepengetahuan Rani dihati Zoya ada perasaan benci sama Rey. Rey yang membuat kakak yang ia cintai harus menanggung semua penderitaan perbuatan dari Rey sendiri. Zoya tidak bisa berbuat apa apa untuk kakaknya, kecuali ia melindungi kakaknya. *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
👑Ria_rr🍁
jidat si Rey kampret ini minta digetok pakai palu biar sadar kalo dia itu gila, suka ngajak ribut tapi ngajak ketemu muluk😠
2022-12-03
0
Nindira
Gak ngerti deh mau nya si rey apa sih kalau gak suka ngapain ngajak ketemu melulu, kalau udah ketemu tapi ngajak ribut terus
2022-12-03
0
Nindira
Ih dasar cowok mau enaknya saja
2022-12-03
0