Rani mendesah.'kenapa sih kalau ada apa apa harus diketahui oleh Dio,' bisik Rani. Rina yang melihat Rani termangu, langsung melihat apa yang terjadi. Ia mengerti, disana ada Dio. Rina langsung menghampiri Dio. Dio hanya diam melihat kakaknya menghampirinya.
"Kenapa kakak kesini?" Tanya Dio.
"Nggak kakak hanya pengen ketemu sama Rani," dusta Rina.
Rani yang masih berdiri melangkahkan kaki tanpa memperdulikan mereka. Rani langsung masuk ke ruangan perpustakaan.
Dio mengejarnya. Rina termangu melihat Dio yang mengejar Rani menuju perpustakaan. Ia baru menyadari kata kata Dio tentang wanita yang pernah mengisi hati adiknya, dugaannya jatuh pada Rani.
Rina akhirnya gagal untuk meminta bayi yang akan dilahirkan Rani. Sebenarnya ia berharap Rani memberikan bayi itu untuk dirinya. Rina rindu tiga hal dari diri wanita. Hamil, melahirkan dan menyusui.
Ia tidak tahu bagaimana rasanya hamil. Kata orang hamil itu indah, bisa merasakan gerak janin di dalam rahim. Bisa dimanja sama suami, mau apa apa juga dilayani sama suami.
Melahirkan? Proses yang dinanti setiap wanita. Kata orang biarpun proses melahirkan sakit, tapi banyak wanita mengharapkan melahirkan apalagi melahirkan normal.
Ya ini kata yang pernah melahirkan normal. Melahirkan penuh perjuangan kerena kita akan merasakan sakit saat prosesnya. Ada 10 tahapan pembukaan yang wajib dialami wanita yang melahirkan.
Pembukaan pertama, wanita yang akan melahirkan itu akan merasakan sakit di ************ kerena ada penekanan kepala bayi yang akan menuju jalan lahir.
Ah! Saat membayangkan Rina hanya mendesah. Semuanya hanya keinginan saja. Ia sudah menikah tapi ia belum hamil.
Tiba tiba ia mengusap perutnya. Keinginan punya bayi kuat sekali. Apalagi kalau melihat Rani, timbul iri hati. Kenapa bukan dirinya yang hamil, apalagi tadi ia melihat Dio seperti melindungi Rani.
Rina tersiksa oleh kerinduan hamil. Tapi ia tepiskan begitu saja, percuma di hayalan pun tidak akan pernah terjadi. Mungkin semuanya keinginan dirinya saja.
Rina langsung meninggalkan tempat itu, kalau saja Dio tidak mengejar Rani mungkin ia bakal mendatangi Rani di ruangannya. Tapi niat itu ia urungkan saja, akhirnya ia menuju tempat parkir dan meninggalkan sekolah dengan perasan tidak menentu sama sekali.
Dio langsung melihat ke ruangan perpustakaan. Ia melihat Rani sedang membaca buku. Ia mendekati Rani dan duduk di samping wanita itu.
Rani hanya diam saja. Ia juga sebenarnya menyadari kedatangan Dio.
"Aku setuju pendapatmu, kamu tegas menolak kakak yang meminta bayimu." Ujar Dio sambil menyentuh bahu Rani.
"Kamu mendengarkan?" Kata Rani tanpa memalingkan wajahnya ke Dio.
"Dengar. Tadi aku nyari kamu, mau ngasih tahu kalau," kata Dio.
Tapi sebelum Dio meneruskan kata katanya. Tiba tiba Rey melempar buku yang ada di tangannya ke arah Rani.
Rani dan Dio yang sedang berbicara langsung kaget menerima lemparan buku buku dari Rey.
"Rey apa apaan sih kamu. Main lempar saja!" Kata Rani marah.
Untung saja, perpustakaan sepi. Kerena para siswa siswi telah masuk ke kelas masing masing.
"Kalian yang apa apa? Bukannya kerja ini berduaan di ruangan kosong." Teriak Rey marah sambil melempar buku bacaan ke arah Rani.
Rani langsung menghindar. Dio yang melihat itu langsung menghampiri Rey. Dan tanpa ba bi bu lagi Dio menunju wajah Rey dengan keras. Bibir Rey berdarah. Rey yang akan membalas pukulan tidak jadi kerena Rani langsung melempar buku yang dilempar oleh Rey.
"Rey kalau kamu mau jadi ribut. Lebih baik kamu pergi dari sini." Teriak Rani menatap tajam ke arah Rey yang masih berdiri.
Rey bukannya pergi. Ia langsung menghampiri Rani dan mendorong tubuh Rani dengan keras. Rani terjatuh, ia langsung memekik kesakitan. Perut sebelah kanannya terbentur.
Rey yang tidak menduga terkesiap. Awalnya ia ingin menolong Rani, tapi Dio langsung menarik tangan Rey untuk menjauhi Rani.
Dio mendekati Rani. Rani hanya meringis. Dio melihat Rani menangis menahan sakit. Tanpa menunggu lama Dio membawa Rani ke puskesmas Angsana.
Rey yang melihat itu hanya mematung saja. Ia tidak menduga kalau melakukannya bakal membuat Rani kehilangan janin yang ia kandung.
Rey di ruangan perpustakaan terpekur. Masih terbayang wajah Rani yang kesakitan di perut bagian kanan yang terbentur.
Rey hanya bisa mendesah saja. Ia ingin menyusul Dio tapi diurungkan niatnya. Ia tidak ingin Rani marah sama dirinya.
Dio membawa Rani ke puskesmas Angsana. Ia begitu khawatir melihat Rani kesakitan. Sampai di PKM Angsana, Rani langsung di periksa oleh bidan yang bertugas disana.
Dio bernafas lega saat salah seorang bidan menerangkan kalau Rani baik baik saja. Hanya butuh istirahat yang cukup, apalagi kandungannya masih berada trisemester. Rawan keguguran.
Setelah istirahat 1 jam di PKM Angsana. Dio langsung membawa Rani pulang, awalnya Rani ingin membawa tas dan motornya. Tapi diao tidak mengizinkan, ia takut kalau terjadi apa apa pada Rani. Mendengar itu Rani mendesah.
Setelah mengantarkan Rani, Dio langsung menuju sekolah lagi untuk mengambil tas dan motor Rani.
Ia langsung menuju rumah Rani kembali. Mobil yang tadi dipakai mengantarkan Rani, Dio titipkan mobilnya ke penjaga sekolah.
Dengan mengunakan motor ia mengembalikan milik Rani. Rani berterimakasih pada Dio.
"Kamu pulang pakai apa?" Kata Rani.
"Tenang aja. Jalan juga nggak apa apa kok!" Ujar Dio santai.
"Maafkan aku, aku?" Kata Rani.
"Sudah. Kalau bukan kerena Rey mungkin kamu nggak sampai kejadian seperti ini. Kamu tidak salah," bela Dio sambil menepuk tangan Rani lembut.
"Kalau sakit, telpon aku aja ya. Jangan segan segan." Kata Dio kembali.
"Kamu istirahat saja, aku pulang ya." Ucap Dio. Ia sebenarnya tidak tega meninggalkan Rani sendirian.
Apalagi Zoya masih ada ekstrakulikuler di sekolahnya.
"Terimakasih ya Dio." Ujar Rani tulus.
Dio mengangguk berat. Dio berjalan ke luar teras. Tapi, ia malah duduk di kursi yang ada di teras. Lalu masuk lagi ke ruangan keluarga. Rani menatap heran.
"Aku temani kamu ya. Aku nggak tega meninggalkan kamu," ujar Dio akhirnya.
"Kamu kenapa sih! Dio. Aku nggak apa apa kok ditinggal juga." Kata Rani heran.
"Nggak ah! Aku temani kamu saja. Aku khawatir terjadi apa apa pada kamu." Tolak Dio sambil duduk di samping Rani.
"Ya udah kalau kamu nggak mau pulang. Aku masakin kamu makanan ya, masalahnya tadi pagi nggak keburu masak. Kita makan bareng," ajak Rani sambil beranjak dari duduknya.
"Kamu istirahat saja. Aku beli nasi Padang ya buat kita makan," kata Dio. Ia tidak tega melihat Rani yang lagi sakit masak untuk mereka. Dio berinisiatif untuk beli makan saja. Akhirnya Rani mengangguk saja.
Setelah Dio pergi. Rani terpekur. Mengingat kebaikan Dio pada dirinya. Perhatian, cinta, sayang, kalau ingat itu Rani hanya bisa menghela nafas dalam dalam.
'Kenapa bukan Rey yang begitu ya Allah, kenapa harus Dio. Dio baik, perhatian, nggak pantas mendapatkan cinta dari wanita kotor seperti ku,'' bisik hati Rani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Nindira
Rey cemburu nih sama Rani
2022-12-09
0
Nindira
Rina aku juga kalau lihat bayi suka pengen punya bayi
2022-12-09
0
Nindira
Masya Allah itu benar2 sungguh nikmat, walaupun sakit tapi bikin mau lagi
2022-12-09
0