NovelToon NovelToon

Gadis Polos Kesayangan Tuan Al

01# Delisa

Delisa adalah seoarang gadis yatim piatu yang sangat cantik dan juga ramah. Di usianya yang masih delapan belas tahun dia telah menjadi primadona di desanya.Walaupun hidupnya sangat susah tapi banyak pria yang memperebutkan hatinya.

Namun, Delisa tidak pernah memikirkan tentang kehidupannya yang telah remaja. Dia hanya pokus bekerja di perkebunan peninggalan ayah dan ibunya untuk membiayai kehidupan kedua adiknya yang masih kecil.

Ayu adik Delisa yang berumur delapan tahun yang kini duduk di bangku kelas dua SD dan Nana adik Delisa yang kini berumur lima tahun yang telah duduk di bangku TK. Biaya sekolah dan juga biaya sehari hari yang begitu mahal membuat Delisa tidak pernah kenal lelah untuk bekerja.

Bahkan setelah kedua orang tuanya meninggal Delisa memutuskan untuk berhenti sekolah dan memilih bekerja di perkebunan peninggalan kedua orang tuannya.

Setiap pulang dari kebun Delisa dan kedua adiknya mandi di sungai samping di kebunnya. "Na, Ayu ayo kita mandi. Lihat hari sudah sore" ucap Delisa duduk di gubuk terbuka tempatnya menghilangkan lelah setelah bekerja.

"Kak, nanti masak sayur ini ya" ucap Nana memetik sayur bayam yang sengaja Delisa tanam untuk sayur mereka sehari hari.

"Ia, kalian petik saja. Tapi, jangan terlalu banyak karna akan layu jika tidak langsung di masak" ucap Delisa tersenyum sambil meminum air mineral untuk menghilangkan dahaganya karna sudah menghabiskan tenaga untuk bekerja.

"Siap, Bos" ucap Ayu tertawa. Melihat sikap kedua adiknya Delisa langsung saj tersenyum sambil mengelengkan kepalanya.

Delisa langsung saja membereskan barang barangnya lalu mengambil piring kotor bekas makan siangnya dan kedua adiknya untuk di cuci di sungai. Beserta pakaian ganti untuk mereka setelah selesai mandi.

"Sudah, ayo kita mandi. Kalian pasti akan mandi sangat lama, nanti kita kemalaman pulangnya" ucap Delisa mengingat kedua adiknya sangat suka main air saat mandi.

"Siap Kak. Nana taruh sayurnya di gubuk ya" ucap Nana langsung saja meletakkan sayuran yang baru dia petik ke barang barang mereka yang telah di simpan rapi oleh Delisa.

Mereka bertiga langsung saja berjalan ke sungai tepat di pinggir perkebunan mereka. "Nana, Ayu jangan ke tengah, sayang." ucap Delisa ketika melihat kedua adiknya itu langsung bermain air.

"Ia kak. Kami hanya di pinggir" ucap Nana dan Ayu. Sungai itu memang tidak terlalu besar namun Delisa khawatir jika kedua adiknya tergelincir di batu batuan yang ada di sungai itu.

Delisa langsung saja mencuci pakaian dan juga piring kotornya sambil terus memantau kedua adiknya. Hingga akhirnya mereka selesai Delisa langsung saja menyimpan piring dan juga pakaian yang baru dia cuci.

"Kak itu apa?" ucap Ayu ke Nana karna melihat sesuatu di pinggir sungai tak jauh dari tempat mereka mandi.

"Gak tau, Dik. Ayo kita lihat" ucap Nana langsung saja menuntun adiknya mendekati benda yang di lihat Ayu.

"Kak, Kakak" teriak Nana dan Ayu histeris.

Mendengar suara adiknya Delisa langsung saja berlari mendekati mereka. " Ada apa?" ucap Delisa panik.

"Kak, itu Kak"

Delisa langsung saja menatap ke arah yang tunjukkan oleh kedua adiknya. Dia langsung saja membulatkan matanya terkejut melihat seorang pria berbadan tegap sedang telungkup tak berdaya di tepi sungai.

Delisa mencoba untuk mendekatinya lalu memeriksa keadaan pria misterius itu. Delisa langsung saja merasa lega karna melihat denyut nadi pria itu masih ada.

Delisa menatap wajah pria itu. Sangat tampan walaupun dalam keadaan pingsan dan wajahnya yang pucat karna terlalu lama di air. Delisa juga melihat ada luka di tubuh pria itu walapun tidak parah tapi masih mengeluarkab darah segar.

Tak banyak pikir Delisa langsung saja meminta bantuan kepada orang orang yang melintas. " Pak. Tolong" teriak Delisa ketika melihat beberapa orang hendak pulang dari kebun mereka masing masing.

"Ada apa, Neng?" mereka langsung saja menghampiri Delisa dan juga kedua adiknya.

"Ini, Pak. Kami menemukan pria ini. Tolong bawa dia ke rumahku, Pak" ucap Delisa khawatir.

"Baik, Neng" ucap para pria langsung saja memapah tubuh pria yang di temukan Delisa.

******

"Kamu yakin mau merawat pria itu?" ucap bu Marni tetangga Delissa.

"Ia, Bu. Saya akan merawatnya sampai sembuh" ucap Delisa menatap pria yang tergeletak tak berdaya di atas kasur mereka.

"Kamu sangat baik, Nak. Sama seperti mendiang ayah dan ibumu" Bu Santi tersenyum melihat ketulusan hati Delisa. Walaupun hidup kekurangan tapi Delisa terkenal dengan kebaikannya yang suka menolong dan juga suka berbagi kepada orang orang sekitarnya.

"Itu sudah kewajiban kita sebagai umat manusia, Bu"

"Ya sudah. Ini ada obat obatan tradisional coba kamu gunakan untuk mengobatinya" Bu Mirna langsung saja memberikan obat obatan tradisional yang biasa dia pakai saat sakit. Bu Mirna juga tabib di desa mereka namun walaupun sudah ada tabib tapi, mereka juga mengunakan jasa bidan desa untuk membantunya.

"Terimakasi, Bu"

"Nanti Ibu akan memangil bidan desa untuk memeriksa keadaannya"

"Ia, Bu. Semoga dia cepat sembuh ya, Bu. Pasti keluarganya sedang menghawatirkannya"

"Amiin. Ya sudah kalian istirahatlah. Ibu pulang dulu ya"

"Ia, Bu" Setelah melihat bu Mirna telah pergi. Dalisa langsung saja menutup pintunya. Di gubuk kecil yang hanya ada dua kamar dan juga ruang tamu yang sempit Delisa merawat pria yang tidak dia kenal dengan sangat baik.

Delisa mencoba mengusapkan obat obatan tradisional ke pria itu dengan harapan pria itu lekas sembuh dan bisa segera sadarkan diri.

"Kalian tidurlah. Besok kalian harus sekolah" ucap Delisa menatap kedua adiknya yang sedari tadi memperhatikannya.

"Ia, Kak" Nana dan Ayu langsung saja pergi ke kamar lalu menghistirahatkan tubuh mereka.

Setelah kedua adiknya pergi, Delisa langsung saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar pria itu yang dulunya adalah kamar mendiang orang tuanya, lalu pergi ke kamarnya dan kedua adiknya. Di kamar yang sempit itu Delisa dan kedua adiknya tidur dengan lelapnya karna seharian lelah bekerja di kebun.

*****

"Dia sudah lebih membaik. Tapi, untuk sadar Bibi tidak tau sampai kapan" ucap bidan Nita sahabat mendiang ibu Delisa.

"Tapi, dia bisa sadarkan, Bi?"

"Kita berdoa saja. Semoga dia lekas sadarkan diri. Obat obatan yang di berikan Bu Mirna terus saja kau oleskan di tubuhnya. Bibi akan memberikan bantuan imfus kepadanya agar nutrisinya bisa terpenuhi"

Mendengar ucapan Bidan Nita, Delisa langsung saja menatap pri itu dengan penuh kesedihan.

"Kamu dapat uang darimana untuk merawat pria ini, Del?"

"Aku pinjam dari pak Somat yang selalu membeli hasil kebun, Bi" ucap Delisa jujur. Karna walaupun hanya mengunakan obat tradisional. Tapi, Delisa juga membelinya dari Bu Mirna walaupun tidak semahal obat rumah sakit.

Delisa juga tau jika bu Mirna juga membeli sebagian bahan bahan yang dia olah menjadi obat obatan tradisional. Karna itulah dia meminjam dari pak Somat untuk membeli obat tradisional dari Bu Mirna.

Bersambung....

02# Ahmad

Sudah seminggu Delisa merawat pria itu. Namun, pria itu tak kunjung sadarkan diri. Di waktu shubuh Delissa dan kedua adiknya mencoba Sholat shubuh di kamar pria itu. Karna hanya kamar yang di tempati pria itu yang agak luas dan menyisakan sedikit tempat sholat untuk mereka.

Delisa mengaji dengan begitu khusuknya di ikuti oleh kedua adiknya. Namun, Ayu tak sengaja melihat tangan pria yang tergeletak di atas kasur sempit itu mulai bergerak.

"Kak, lihat" ucap Ayu menunjuk ke tanggan pria itu yang mulai bergerak. Melihat itu Delissa langsung saja menyudahi mengajinya lalu meletakkan Al-qur'an yang mereka pakai di meja dekat kasur pri itu.

Delisa dan kedua adiknya langsung saja mendekat ke arah pria itu. Berlahan pria itu membuka matanya lalu menatap ke ara Delissa dan kedua adiknya.

"Na, ayu cepat panggil Bu Marni" ucap Delissa tersenyum.

"Baik, kak" Nana dan Ayu langsung saja berlari menuju rumah bu Marni yang tak jauh dari rumah mereka.

"Sini biar aku bantu" ucap Delisa melihat pria itu hendak duduk.

"Minum, aku mau minum" ucap pria itu dengan suara seraknya sambil terus menatap kearah Delisa.

"Tunggu, biarku ambilkan" ucap Delissa langsung saja berlari ke arah dapur untuk mengambilkan minum untuk pria itu. Tak menunggu lama Delisa langsung saja kembali dengan segelas air di tangannya.

"Ini" Delisa langsung saja memberikan air minum ke pria itu. Dengan cepat pria itu langsung saja menerimanya lalu meminumnya sampai habis.

"Kak, ini bu Mirna dan bi Nita sudah datang" ucap Nana datang bersama bu Mirna dan juga bidan Nita.

"Biar Bibi periksa dulu ya." Bidan Nita langsung saja mendekati pria itu lalu mencoba memeriksanya.

"Alhamdullillah dia sudah sembuh. Hanya saja luka di tubuhnya belum terlalu kering" jelas bidan Nita setelah selesai memeriksa keadaan pria itu.

"Kakak tampan, nama kakak siapa?" ucap Nana dan ayu mencoba mendekati pria itu. Pria itu sangatlah tampan tubuh tegap berotot di padukan dengan kulit putih bersih membuat aura ketampanannya semakin terpancar.

"Nama?" ucap pria itu binggung.

Melihat reaksi pria itu semua orang yang di sana langsung saja saling lempar tatapan. Bidan Nita langsung saja mendekati pria itu lalu mencoba melemparkan pertanyaan yang sangat mudah tentang jati diri pria itu. Namun, pria itu tidak mampu menjawabnya lalu melempar balik pertanyaan yang di ajukan bidan Nita.

"Sepertinya dia hilang ingatan, Del" jelas bidan Nita menatap Delisa.

Mendengar peryataan bidan Nita, Delisa langsung saja menatap pria yang sedang kebingungan mencoba terus mengingat siapa dirinya.

"Kah Ahmad. Mulai sekarang nama kakak Ahmad. Kakak boleh tinggal di sini sampai ingatan kakak pulih" ucap Delisa tersenyum mencoba menenangkan Ahmad yang sedari tadi kebingungan.

"Ahmad?" ucap Ahmad menatap Delisa.

"Ia, mulai sekarang nama kakak Ahmad. Kakak tidak usah berpikir terlalu keras nanti kedaan kakak semakin parah"

''Jadi kak Ahmad akan tinggal bersama kita kak?" ucap Nana penuh semangat.

"Ia" Delisa tersenyum.

"Ya sudah. Ini resep obat untuk Ahmad. Kamu beli di apotik ya, Del. Kamj juga boleh memakai obat tradisioanal milik bu Mirna agar tidak terlalu mahal" jelas bidan Nita.

"Baik, Bi"

"Kalau begitu kami pamit dulu ya Del. Nana sama Ayu nanti pergi sekolah sama Ibu saja. Karna ibu juga mau kepasar untuk membeli rempah rempak untuk obat nak Ahmad" ucap bu Mirna tersenyum.

"Baik, Buk. Sekali lagi terimakasi ya Bu, Bi" Delissa langsung saja mengantar bu Mirna dan bidan Nita keluar.

Setelah kepergian bu Mirna dan bidan Nita, Delissa langsung kembali ke kamar Ahmad. Dia tersenyum ketika Ahmad dan juga kedua adiknya sedang mengobrol dengan akrabnya.

"Na, Ayu ayo mandi. Nanti kalian terlambat"

"Siap, kak. Kak Ahmad kami siap siap pergi sekolah dulu ya. Nanti setelah kami pulang sekolah kita akan cerita lagi" ucap Ayu tersenyum ramah ke Ahmad.

"Ia, sudah kalian mandi dulu. Nanti kalian terlambat" ucap Ahmad tersenyum.

Ayu dan Nana langsung saja berlari keluar dari kamar Ahmad. Melihat sikap kedua adiknya yang gampang akrab dengan Ahmad, Delissa langsung saja tersenyum.

"Terima kasih" ucap Ahmad menatap lekat wajah Delisa.

"Sama sama, Kak. Aku kedapur dulu ya mau masak"

Mendengar ucapan Delisa, Ahmad langsung saja tersenyum menganguk. Setelah Delisa keluar dari kamarnya Ahmad memperhatikan tubuhnya yang kini memakai celana pendek dan juga baju kaos biasa bekas mendiang ayah Delissa.

Tak lupa Ahmad juga menatap kamarnya yang sempit tapi masih menyisakan sedikit ruang. Dari sana Ahmad langsung bisa menebak jika rumah yang dihuni Delissa dan kedua adiknya hanyalah gubuk sederhana yang kecil.

Karna bosan di kamar Ahmad langsung saja keluar lalu berjalan ke arah dapur. Matanya langsung saja bergenti mentap Delissa yang sedang memasak mengunakan kayu bakar. Terlihat Delisa mencoba meniup bara api dengan susah payah.

Ahmad langsung saja mentap haru gadis sederhana itu "Apa yang bisa Kakak bantu?" Ahmad mencoba mendekati Delisa.

"Tidak, Kak. Kakak duduk saja. Lagian masakannya juga mau selesai"

Mendengar ucapan Delisa, Ahmad langsung saja duduk di kursi kayu di depannya. Ahmad terus saja memperhatikan keadaan dapur yang sempit dan juga di penuhi asap. Namun karna jendela dan pintu yang di buka Ahmad tidak terlalu sesak berada di sana.

Ahmad melihat Nana dan juga Ayu yang begitu mandiri. Mereka berdua menyiapkan keperluan sekolah mereka masih masih tanpa merepotkan Delissa.

"Kak, ayo kita makan" ucap Delisa mulai membawa makanan yang baru dia masak ke ruang tamu.

"Mau di bawa kemana sayurannya?" ucap Ahmad membantu Delisa.

"Ke ruang tamu, Kak. Kalau kita makan di sini terlalu sempit"

Mendengar ucapan Delisa, Ahmad langsung saja menatap dapur Delisa yang begitu sempit lalu melangkahkan kakinya mengikuti Delisa sambil membawa sayur yang baru di masak Delisa.

Setelah selesai menata makana mereka di lantai ruang tamu, mereka langsung saja duduk bersiap untuk sarapan bersama. Ahmad menatap nasi putih, sayur bayam rebus dan juga sambal tempe tahu yang di masak Delissa.

"Ini, Kak. Maaf cuman ada ini" ucap Delisa menyerahkan piring yang sudah dia isi dengan nasi putih dan juga lauk pauknya.

"Terima kasih" Ahmad langsung saja menerima piring pemberian Delisa. Lalu dia menatap ke arah Nana dan ayu karna bingung harus makan seperti apa.

"Kakak cuci tangan dulu di sini" ucap Nana memberikan air gobokan untuk cuci tangan ke Ahmad.

Ahmad langsung saja mencuci tangannya lalu mulai mengikuti cara Delisa dan juga kedua adiknya yang makan mengunakan tangan mereka tanpa memakai sendok.

Bersambung....

03# Jalan Kaki

Setelah Ayu dan Nana pergi ke sekolah. Delisa langsung saja bersiap siap. Melihat Delisa yang sudah rapi Ahmad langsung saja mendekatinya.

"Kamu mau kemana, Del?"

"Aku mau ke apotik, Kak"

"Ngapain? kamu sakit?"

"Tidak, Kak. Aku tidak sakit. Tapi aku ke apotik mau menebus obat Kakak. Kakak mau ikut?"

"Ia deh. Lagian Kakak bingung mau ngapain di rumah sendirian"

"Ya, sudah. ayo" Delisa dan Ahmad langsung saja berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar Ahmad tidak melihat satupun kendaraan yang bisa mereka pakai untuk pergi.

"Kita naik apa, Del?"

"Jalan kaki"

"Jalan kaki?" ucap Ahmad refleks.

"Ia, jalan kaki. memangnya kenapa, Kak? lagian jalan kaki di pagi hari kan baik untuk tubuh kita"

"Ya, sudahlah. ayolah kalau begitu" ucap Ahmad langsung saja melangkahkan kakinya mengikuti Delisa.

"Del, ayah sama ibu dimana? kok kakak tidak melihatnya sejak kakak sadar?"

Mendengar ucapan Ahmad, Delisa langsung saja menghentikan langkahnya sambil menarik napasnya pelan. Melihat reaksi Delisa, Ahmad langsung saja merasa tidak enak.

"Apa kakak salah bicara?" ucap Ahmad menatap lekat wajah Delisa.

"Tidak. Kakak tidak salah bicara. Ayah dan Ibu sudah meninggal satu tahun lalu" jelas Delisa mencoba tersenyum.

Mendengar ucapan Delisa, Ahmad langsung saja menganguk mengerti. Ahmad langsung saja melirik ke arah Delisa. Ntah mengapa Ahmad bisa melihat dari senyuman keceriaan Delisa ada tersimpan kesedihan dan juga beban yang sangat berat tersimpan di belakangnya.

"Satu tahu lalu Ayah meninggal karna sakit yang dia derita selama bertahun tahun. Setelah beberapa bulan kematian Ayah, Ibu juga menyusulnya. Ibu terlena TBC karna terlalu lelah bekerja. Dokter bilang ibu bisa sembuh dengan menjalani perawatan di rumah sakit. Karna kami tidak punya uang ibu memilih untuk di rawat di rumah dan menggunakan obat obatan tradisioan. Namun, ibu tidak pernah memperlihatkan sakitnya kepada kami sehingga kami kira ibu baik baik saja. Namun, suatu hari ibu batuh darah. Aku yang melihat itu langsung saja membawanya ke rumah bidan Nita. Tapi, sayang nyawa ibu tidak bisa diselamatkan" jelas Delisa sambil meneteskan air matanya.

"Kamu yang sabar yan, Del. Kakak janji akan menjadi Ayah dan juga Kakak yang baik untuk kalian. Kakak akan membantumu untuk membesarkan Nana dan Ayu" Ahmad mencoba untuk menyemangati Delisa.

Mendengar ucapan Ahmad, Delisa langsung saja tersenyum. Ntah mengapa walaupun tidak tau asal asul Ahmad, tapi Delisa merasa sangat nyaman bersamanya.

"Tapi, kita jalan sudah cukup jauh. Kok kita tidak sampai sampai?" ucap Ahmad sudah merasa lelah.

"Kita baru jalan lima ratus meter kak. Sedangkan apotinya satu kilo meter dari rumah" ucap Delisa tersenyum melihat keringat Ahmad yang sudah bercucuran membasahi baju kaosnya.

Delisa memberikan baju Almarhum Ayahnya untuk di gunakan Ahmad. Kebetulan sekali almarhum Ayah Delisa memiliki badan sama seperti Ahmad sehingga semua pakaiannya pas di tubuh Ahmad.

"Ha... jadi kita harus jalan lima ratus meter lagi, Del?'' ucap Ahmad tak percaya. Karna lelah Ahmad memilih untuk duduk di tepi pasar yang sempit itu.

"Kalau kakak lelah kita berhenti di sana saja" ucap Delisa menunjuk ke ara jembatan beton dimana ada tempat duduk di sana bisa di gunakan untuk mereka istirahan.

"Baiklah" Ahmad langsung saja berdiri lalu melangkahkan kakinya yang sudah sangat pegal.

Sesampainya di jembatan Delissa dan Ahmad langsung saja duduk sambil menatap ke arah aliran sungai di bawah mereka.

"Kakak mau minum?" Delisa mencoba memberikan botol minum yang dia sediakan dari rumah.

"Kamu minum saja dulu"

"Tapi aku lihat kakak sangat lelah" Delisa mencoba mengambil sapu tangan di dalam tas kecil usangnya lalu mengelap wajah tampan Ahmad yang di penuhi keringat.

Ahmad menatap kagum kecantikan Delisa yang begitu alami. Tak ada sedikit polesan bedak di sana. Kecantikan Delisa sangatlah alami.

"Terima kasih, Del"

Delisa hanya tersenyum lalu meminum air mineral dari botol minumnya. Karna tengorokannya sudah kering karna berjalan sejauh lima ratus meter dan ada jalan sepanjang lima ratus meter lagi yang bersedia menanti mereka.

"Apa di sini tidak ada angkutan umum, Del?" ucap Ahmad mulai melangkahkan kakinya lagi mengikuti Delisa.

"Kalau angkutan umum adanya di jalan besar tepat di simpang mau masuk ke desa ini kak. Biasanya orang desa yang tidak mempunyai kendaraan memangil ojek ataupun becak untuk keluar. Tapi, ongkosnya mahal, Kak"

"Jadi Ayu sama Nana ke sekolah bagaimana?"

"Kalau Ayu dan Nana mengunakan becak tapi barengan sama teman temannya yang lainnya. Jadi, ongkosnya agak murah dan bayarnya perbulan"

Mendengar penjelasan Delissa, Ahmad langsung saja menganguk mengerti. Ahmad mencoba terus melangkahkan kakinya walaupun terasa sangat pegal. Beda dengan Ahmad yang kelelahan Delissa malah berjalan dengan girangnya sesekali gadis cantik itu juga berlari kecil ketika melihat binatang binatang cantik yang mereka lewati.

"Kak, lihat burung itu. Cantik sekali kan?" ucap Delisa menunjuk ke arah burung yang sedang hingap di atas dahan pohon.

Tak terasa akhirnay mereka sampai juga di apotik, Delissa langsung saja memberikan resep yang di berkan bidan Nita.

"Kak, aku mau beli resep obat ini"

"Tunghu sebentarnya" pemilik apotik itu langsung saja menerima resep obat yang Delisa berikan. Sambil menungu Delisa mengajak Ahmad untuk duduk di kursi tunggu.

"Delisa?" beberapa orang gadis berseragam abu abu datang menghampiri mereka.

"Hai.. kalian kok sudah pulang sekolah?" ucap Delisa melihat teman temannya yang pulang sekolah lebih awal.

"Kami pulang lebih awal karna hari ini pembagian no ujian. Kamu tau gak semenjak kamu berhenti sekolah keadaan kelas sangat sepi lho tanpa kamu" Mendengar ucapan teman temannya Delisa langsung saja tersenyum terpaksa.

"Eh, ngomong ngomong cowok tampan yang bersamu siapa, Del?" ucap teman teman Delisa menatap kagum ketanpanan Ahmad.

"Oh ia. Kenalkan dia kak Ahmad. Kak kenalkan mereka teman teman Delisa" Delissa langsung saja memperkenalkan Ahmad kepada teman temannya.

"Tampan sekali. Tangannya juga sangat halus" ucap teman teman Delisa bersorak gembira karna bisa bersalaman dengan Ahmad.

"Mbak. Ini obatnya" ucap pemilik apotik memecahkan obrolan para chiby chiby itu.

"Semua berapa, Mbak?"

"Semuanya jadi seratus tujuh puluh ribu, Mbak"

Ana langsung saja mengambil uang di tasnya. Ahmad menatap Delisa dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Kami pulang duluannya" pamit Delisa kepada teman temannya.

Teman teman Delisa langsung saja menyetujuinya walupun Delisa harus melayani obrolan mereka terlebih dahulu.

"Mereka teman teman sekolah kamu, Del?" ucao Ahmad.

"Ia, kak. Tapi setelah Ayah dan Ibu meninggal aku memilih untu berhenti sekolah agar bisa membiayai sekolah Ayu dan Nana" Jelas Delisa jujur

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!