TIGA KALI

POV BIRU

Rasanya seperti mimpi. Ruang tamu rumahku yang biasanya sepi hari ini mendadak ramai. Para tetangga datang untuk menyasikan akad nikahku dengan Elsa. Ups, Calista maksudku.

Tadi pagi, Elsa alias Calista mengatakan jika semalam dia kembali mendapatkan potongan ingatannya. Dia bilang jika ada yang memanggilanya Calista, tapi entah siapa nama lengkapnya. Jadi saat ijab kabul nanti, aku akan menyebut namanya Calista binti Yusuf. Dia masih ingat nama yang tertera dinisan ayahnya, dia bilang, tertera nama Yusuf abdullah. Sepertinya ingatannya lebih cepat kembali daripada dugaanku. Semoga saja, secepatnya dia mendapatkan kembali semua ingatannya.

"Lama sekali Santi sama Elsa?" Gerutu Bu De yang hari menjadi seksi paling sibuk didapur. Karena kedua orang tuaku sudah tiada, Bu De lah yang dengan suka rela mengurusi semuanya.

"Mungkin bentar lagi Bu De." Jawabku sambil merapikan kopiah hitamku. Jangan berpikiran jika aku berdandan seperti pengantin. Aku hanya memakai kemeja putih dan kopiah hitam. Sebenarnya ada tetangga yang menawarkan meminjami aku jas, tapi sayangnya, lenganya terlalu pendek saat kukenakan.

"Tegang?" Aku kaget saat Gani tiba tiba menyenggol bahuku.

"Biasa aja." Aku memang tak merasa tegang sama sekali. Mungkin karena pernikahan ini hanya formalitas saja. Hanya salah satu cara untuk memberikan Elsa tempat tinggal.

"Jangan jangan, yang bawah yang tegang." Ledeknya sambil cekikikan. Sepupuku yang satu itu memang selalu pro kalau masalah ngomong yang menjurus. Entahlah, ngidam apa Bu De dulu saat hamil Gani.

"Beruntung banget kamu Ru. Putus dari Safa, Eh..dapat ganti yang lebih cakep. Dilihat darimanapun, bahkan dari lubang sedotan, Elsa lebih unggul dimana mana dibanding Safa."

"Bisa diem gak!" Seruku tertahan sambil memelototinya. Kenapa juga dia harus menyebut nama Safa, bikin aku jadi galau aja. Apakah ini memang akhir dari hubunganku dengan Safa? Rasanya aku masih tak rela berpisah dengannya.

"Tuh mereka datang." Ucapan seorang warga membuatku dan Gani seketika melihat kearah pintu. Tak berselang lama, aku melihat Santi dan Elsa masuk.

Oh Tuhan....cantik sekali makhluk ciptaanmu. Saat mataku dan Elsa bersitatap, dia melemparkan senyum yang membuat kedua lesung pipinya kian terlihat jelas. Seketika jantungku berdegup kencang. Parasnya sungguh rupawan. Tubuhnya yang berbalut kebaya putih terlihat begitu anggun. Dan senyumnya, senyumnya membuat terhipnotis pada pesonanya.

Puk

Aku tersentak saat Gani menepuk bahuku.

"Biasa aja kali lihatnya." Bisiknya ditelingaku yang membuat wajahku seketika memanas karena malu.

"Jangan jangan entar malem cuma kamu lihatin aja, gak diapa apain. Hahaha." Ledeknya sambil tertawa.

"Elsa beneran cantik." Ujar Gani sambil geleng geleng. "Kalau aja aku belum nikah ma Santi." Gani tiba tiba diam sambil senyum senyum sendiri. Tanpa bertanyapun, aku langsung tahu apa yang ada diotaknya.

Plak

Aku mengeplak pelan kepalanya.

"Ngehaluin Elsa kamu?" todongku.

"Sakit begoo." gerutunya sambil mengusap kepalanya.

"Ayo, ayo, cepat duduk. Pengantin perempuannya sudah datang. Kita segerakan saja acaranya." Ujar Pak ustad.

Aku segera mengambil tempat didepan Pak ustad. Pernikahan kami hanya dilakukan secara siri karena Elsa tak memiliki dokumen apapun. Kulihat Bu De menuntun Elsa untuk duduk disebelahku. Kami semua duduk lesehan dilantai yang beralaskan karpet.

Aku yang tadinya biasa saja, mendadak berdebar debar saat Elsa duduk disebelahku. Apalagi saat tak sengaja lenganku menyenggol lenganya, rasanya seperti tersengat aliran listrik ribuan watt.

Keringat dingin mulai keluar dari pori pori kulitku. Berkali kali aku menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan untuk mengurangi ketegangan. Aku bisa mendengar kasak kusuk para tamu yang memuji kecantikan Elsa.

"Bisa kita mulai?" Tanya Pak Ustad yang segera aku jawab dengan anggukan.

"Sudah hafal?"

Mampus....tadi aku memang sudah hafal, tapi sekarang, semuanya seperti lenyap dari ingatanku.

"I, iya." Hadeh...lidahku juga kenapa mendadak gagap begini. Ayo Biru...tenang. Ini hanya formalitas.

"Wah, sepertinya pengantin pria terlalu tegang. Rileks dulu, atur nafas." Ucap Pak Ustad.

Aku menyeka keningku yang berkeringat dengan punggung tangan. Pak De mendekatiku lalu menyodorkan sebotol air mineral.

Segera saja aku buka sealnya dan minum untuk mengurangi kegugupan.

"Mantennya haus kayaknya bapak bapak." Ujar Pak Ustad yang kemudian disambut gelak tawa oleh semua yang hadir.

"Hahaha...."

Aku menatap botol yang aku pegang. Busyet, pantas saja pak ustad ngomong gitu. Ternyata aku menghabiskan seluruh isi botol.

"Udah siap?" Kembali lagi pak ustad bertanya.

"Si...ap."

"Baik, jabat tangan saya." Pak ustad mengulurkan tangannya.

"Calista binti Yusuf abdullah." Lirih Elsa mengingatkanku. Aku menoleh padanya sambil mengangguk. Tapi kabar buruknya, bukannya makin tenang, aku malah makin jantungan karena menatap Elsa.

"Baik, kita mulai."

Aku berusaha konsentrasi, semoga saja aku bisa melafalkannya dengan satu tarikan nafas.

"Saudara Sagara Biru.........tunai."

"Saya terima nikahnya Callista binti..." Aduh....kenapa aku jadi lupa begini.

"Tidak apa apa, kita ulang sekali lagi." Ucap Pak Ustad.

"Tenang Ru. Konsentrasi." Lirih Pak De yang duduk didekatku.

Pak Ustad kembali mengulangi ucapannya. Kali ini, aku gak boleh salah atau lupa. Memalukan sekali kalau sampai harus mengulang tiga kali.

"Tu...nai."

"Saya terima nikahnya Calista Binti_"

srrooott

Aku terkejut saat wajahku tiba tiba terkena semprotan air. Ternyata Galang menembakku dengan pistol airnya. Bu De dengan sigap mengambilkan tisu dan memberikannya padaku.

Beberapa undangan terlihat tertawa. Mungkin ini lawakan menurut mereka, tapi bencana menurutku. Karena aku harus mengulang untuk yang ketiga kalinya.

"Galang!. Ibuk sudah bilang jangan dipakai dulu mainannya." Santi mengomeli anaknya.

"Gak sengaja kepencet Bu." Jawab Galang dengan ekspresi tanpa dosa. Aku hanya bisa memaklumi. Padahal tadi aku sudah hampir melafalkan dengan benar.

"Santi, bawa Galang keluar." Ujar Bu De yang langsung diangguki oleh Santi.

"Anggap saja tadi itu sponsor. Iklan bapak bapak." Kata Pak Ustad dan lagi lagi disambut gelak tawa para undangan.

"Relaks, santai saja. Kali ini harus sukses. Kalau enggak..." Pak Ustad tampak sengaja menjeda ucapannya.

"Kalau enggak kenapa Pak?" Aku buru buru bertanya. Jangan jangan pernikahanku batal kalau gagal sampai 3 kali.

"Kalau enggak, ya ngulang lagi sampai berhasil."

Set dah...pak ustad bikin aku deg degan aja. Tapi, kenapa aku deg degan. Apa ini artinya, aku berharap bisa menikah dengan Elsa?

Aku menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan. Setelahnya, kujabat dengan yakin tangan Pak Ustad yang hari ini bertindak sebagai wali hakim buat Elsa alias Calista.

"Saya terima nikahnya Callista......"

"SAHHHHH"

Aku seketika bernafas lega. Akhirnya aku berhasil juga meski sedikit memalukan karena harus mengulang 3 kali.

Sesudah itu, semua mengangkat kedua telapak tangan untuk mengaminkan doa yang dibacakan Pak Ustad.

Terpopuler

Comments

Rose 19

Rose 19

hayu kita kondangan.

2024-04-04

0

🌹bunda 2A & 2S🌹

🌹bunda 2A & 2S🌹

akhirnya sah juga biru ama calista😁😁

2024-01-20

0

♥(✿ฺ´∀`✿ฺ)Ukhti fillah (。♥‿♥。)

♥(✿ฺ´∀`✿ฺ)Ukhti fillah (。♥‿♥。)

sah jg nikah nya selamat ya buat kalian berdua yg akur2 nnati di tunggu kebucinna nya 🤣🤣🤣

2023-09-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!