TRAUMA

POV

Disaat malu setengah mati seperti ini, otakku tak bisa diajak mikir cepat. Hanya ada satu cara, yaitu kabur...

Aku berbalik ke belakang, membuka kunci lalu segera keluar dan berjalan cepat menuju kamar yang semalam aku tiduri.

Sesampainya dikamar, aku mematut diri dicermin. Aku cantik, bodi seksi, rasanya mustahil Biru tak akan tergoda padaku. Lebih baik, sekarang aku tidur, biar entar malam bisa mulai beraksi menggoda Biru.

Aku merebahkan diri diatas kasur sambil memikirkan aksi apa yang akan aku lancarkan nanti malam sampai tak terasa jika udah sampai dialam mimpi.

Tok tok tok

"Cal..bangun. Callista, bangun."

Mendengar suara Biru dan ketukan pintu aku gegas bangun. Kulihat jam dinding, ternyata sudah pukul 8 malam. What, lama juga aku tidur, perasaan tadi, sekitar jam 2 siang tidurnya.

"Cal....kamu sudah bangun?"

"I, iya Biru, aku sudah bangun." Sahutku dari dalam. Segera aku merapikan daster motif bunga yang tadi pagi aku beli. Setelah itu merapikan rambut lalu keluar.

Ceklek

Aku pasang senyum selebar mungkin untuk Biru. Tapi anehnya, dia terlihat seperti menahan tawa. Jangan jangan...jangan bilang jika ada sesuatu yang salah.

"A, ada apa?" Aku mulai merasa panik.

"Gak ada apa apa kok." Jawabnya sambil menahan tawa. Kalau sudah seperti ini, aku jadi tak percaya padanya. Aku kembali masuk kamar lalu bercermin.

Oh..tidak. Aku menutup mulutku yang menganga dengan telapak tangan sambil menatap pantulan wajahku dicermin. Pantas saja Biru tertawa. Wajahku udah mirip badut. Area mataku hitam karena eyeliner dan maskara yang berantakan. Nasib, beginilah kalau pakai make up murahan. Selain itu, tadi aku tak membersihkan wajah dulu sebelum tidur. Selain tak ada micelar water, aku juga malas ke kamar mandi.

Setelah wajahku bersih, aku kembali keluar menemui Biru.

"Mau makan dulu apa mandi dulu?" Tanyanya.

Aroma gulai ikan yang baru dipanasi benar benar mengundang selera. Membuatku tak ingin melakukan apapun selain makan.

"Malan dulu gimana?" Tawarku sambil memegang perut biar tampak seperti orang kelaparan.

"Yakin mau makan dulu?"

Aku seketika mengangguk cepat.

"Ya udah kita makan dulu."

Kami berdua segera menuju dapur. Sesampainya disana, kulihat Lisa tengah asik memakan seekor ikan yang diletakkan diatas piring khususnya. Lagi lagi, kucing itu selangkah didepanku. Aku masih kelaparan, eh...dia udah enak enakan makan.

Tak mau bad mood gara gara Lisa, aku segera menarik kursi lalu duduk. Didepanku, sudah terhidang nasi plus gulai ikan.

Tiba tiba terbesit ide untuk melayani Biru. Ya, benar, aku harus menjadi istri yang bisa membuat Biru terkesan.

"Aku ambilin ya?" Ujarku sambil meraih piring didepan Biru dan hendak mengisinya dengan nasi lengkap dengan lauknya. Tapi baru saja aku memegang centong nasi, dia sudah menahan tanganku.

"Tak perlu repot repot. Pernikahan kita hanya formalitas. Hanya untuk memberikanku tempat terteduh. Jadi kamu tak perlu melayaniku seperti suami."

Seketika aku lemas mendengarnya. Apakah ini artinya, aku tak ada harapan? Enggak enggak, gak boleh menyerah sebelum berperang.

"Aku sama sekali tidak merasa repot kok." Aku lanjut mengambilkannya nasi dan lauk lalu menyerahkannya pada Biru.

"Kita punya waktu lima bulan, jadi biarkan aku melakukan apa yang aku bisa selama lima bulan ini." Lanjutku sambil mengambil nasi dan lauk untukku sendiri.

"Baiklah kalau itu maumu. Oh iya, meskipun pernikahan kita hanya formalitas, kamu gak perlu khawatir, aku akan tetap menafkahimu."

Huk huk huk

Aku seketika tersedak mendengar dia akan menafkahiku. Biru segera mengambil air dan memberikannya padaku.

"Ja, jangan salah paham dulu. Nafkah yang aku maksud, hanya nafkah lahir. Jadi kamu tak perlu khawatir aku akan berbuat macam macam."

Apa! hanya nafkah lahir, hanya. Lalu nafkah batin?? Boleh gak sih aku protes? Memalukan gak kalau aku bilang aku bersedia jika dia mau memberikan nafkan batin.

"Cal, em...." Biru tampak ragu ragu untuk berbicara. Mau ngomong apa sih dia sebenarnya? Jangan jangan mau bertanya apakah aku bersedia dinafkahi batin atau tidak? Ayo Biru ngomong...jangan ragu ragu, aku bersedia kok.

"Iya, ngomong aja." Ujarku yang mulai tak sabar.

"Besok malam, aku udah harus kembali melaut. Kamu gak papakan kalau aku tinggal sendirian?"

Glodak. Jadi ini yang mau dia omongin. Kirain...

Baru juga menikah hari ini, besok dia udah mau kerja. Gak ada bulan madu apa?

"Calista gitu loh. Beranilah." Jawabku sok sok an.

"Baguslah kalau begitu." Dia terlihat lega.

"Emang nyari ikannya harus malam ya? gak bisa pagi atau siang gitu?" Tanyaku.

"Cuaca lagi bagus. Saat seperti ini, mencari ikan tengah malam akan lebih banyak hasil tangkapannya."

"Oh.." Tiba tiba terbesit suatu ide dikepala.

"Boleh aku ikut?" Tanyaku.

Biru mengerutkan kening sambil menatapku.

"Gak boleh ya?"

"Bukan, bukan masalah itu."

"Lalu?"

"Kamu tidak trauma dengan laut?"

Trauma, apakah itu mungkin? Rasanya aku biasa saja. Tapi kalau ingat kejadian itu, mengerikan sekali.

"Gimana kalau besok pagi aku ajak kamu jalan jalan kepantai. Semoga saja kamu memang tak trauma dengan laut. Soalnya Gani sampai sekarang tak berani berenang dilaut karena dulu pernah tenggelam saat masih kecil."

Aku mengangguk. Saat ini memang terasa biasa saja, semoga saja aku benar benar tak mengalami trauma.

...****************...

Pagi ini, Biru mengajakku ke pantai. Ternyata jaraknya sangat dekat dengan rumah Biru. Pantesan saat malam hari suara ombak terdengar sampai rumah.

Indah sekali pemandangan matahari terbit dilihat dari atas sini. Ya, kami masih berada lumayan jauh dari bibir pantai.

Sayang aku sedang tak pegang kamera atau ponsel, jadi tak bisa selfie untuk dipajang di medsos. Jadi kangan dengan benda pipih bernama smart phone. Kira kira, kapan aku bisa memegangnya lagi?

"Kamu baik baik saja?" Tanya Biru yang berdiri disampingku.

"Ya, aku baik baik saja." Jawabku sambil terus memperhatikan matahari yang bergerak naik.

"Kalau begitu, kita maju yuk."

Aku mengangguk lalu berjalan beriringan dengan Biru mendekati bibir pantai.

Tapi saat kaki telanjangku menyentuh pasir yang basah, aku mulai sedikit gemetar. Perasaan apakah ini? Pantai adalah tempat yang paling aku sukai, tak mungkin aku takut dengan pantai.

"Cal, kamu baik baik saja?" Biru tampak khawatir.

Aku mengangguk meski ada sedikit rasa takut.

Biru tiba tiba menggenggam jemariku. Saat itulah, rasa takut itu perlahan sirna. Setelah aku tak lagi gemetar, Biru lalu mengajakku melangkah lebih maju.

Tapi saat kakiku terkena sapuan ombak, bayangan menakutkan itu kembali hadir. Bayangan saat aku yang hampir mati karena tenggelam. Kakiku terasa lemas, aku meremat tangan Biru dengan sangat kuat sambil memejamkan mata. Aku mengalami tremor, dan saat itu, tiba tiba Biru meraih bahuku dan membawaku dalam dekapannya.

"Aku takut Biru, aku takut." Cicitku dengan suara bergetar dan mata yang tetap tertutup.

"Tidak ada apa apa Cal. Semuanya baik baik saja. Kamu sudah selamat, kamu sudah aman."

Aku mendadak merasa sesak. Aku seperti kembali pada peristiwa itu. Tubuhku terasa makin lemah. Aku kesulitan bernafas, tubuhnya terasa lunglai. Dan ketika aku hampir terjatuh, dengan sigap Biru mengangkat tubuhku dan membawaku naik ke atas menjauh dari bibir pantai.

"Cal, kamu baik baik saja?" Tanya Biru setelah menurunkan tubuhku diatas bangku kayu yang lumayan jauh dari bibir pantai. "Wajah kamu pucat sekali Cal."

"Ada apa?" Tanya seseorang. Aku mengenali suara itu. Safa, kenapa tiba tiba dia ada disini?

"Safa, beruntung kamu ada disini. Bisa tolong jaga Calista sebentar, aku mau mencarikan dia minum?" Tanya Biru.

"Tentu saja. Pergilah, biar aku yang menjaganya." Jawab Safa dengan lembut. Cih, berbeda sekali dengan caranya bicara padaku kemarin.

Setelah Biru pergi, Safa menyeringai kearahku.

"Jadi, kamu takut dengan laut?" Tanyanya masih dengan seringai yang tak kunjung hilang. Darimana dia tahu? Jangan jangan dia sudah memperhatikan aku dan Biru dari tadi.

"Sadarlah nona amnesia. Kamu sama sekali tak layak untuk Biru. Biru adalah seorang nelayan yang kesehariannya selalu berada dilaut. Dia butuh istri yang bisa mendukungnya, bukan istri lemah yang akan gemetaran saat kakinya tersapu ombak."

Terpopuler

Comments

fitriani

fitriani

mulutnya safa rasanya pgn aku sumpel pake pasir pantai itu🙄🙄🙄🙄😏😏😏😏

2024-09-17

0

kezia desta

kezia desta

pen nabok safa pake bantalan rel

2023-12-20

0

♥(✿ฺ´∀`✿ฺ)Ukhti fillah (。♥‿♥。)

♥(✿ฺ´∀`✿ฺ)Ukhti fillah (。♥‿♥。)

pngen nya sih cpet ya cal gk sabar bnget kyk nya. nih mentang di depan nya cwok cakep 😂😂😂

2023-09-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!