PETAKA TISU

POV BIRU

Aku syok melihat apa yang saat ini aku pegang. Bahkan tanganku rasanya sedikit gemetaran. Sepupuku ini memang akhlakless. Bisa bisanya barang seperti ini yang mereka berikan padaku. Jujur, aku malu sekali pada Calista. Semoga saja dia tidak berpikiran yang macam macam. Aku menikahinya hanya untuk menolongnya, bukan mengambil keuntungan dari wanita lemah yang kehilangan ingatannya

"Udah tahu cara penggunaannya belum? Apa perlu aku ajari dulu?" Goda Gani sambil menyeringai. Makin tak karuan aja omongan anak satu ini.

"Buat kamu aja." Aku menarik tangan Gani lalu meletakkan benda itu ditelapak tangannya.

"Aku gak butuh yang kayak gini." lanjutku.

"Cieee....tersinggung nih kayaknya?" Ledek Gani. Sebenarnya bukan tersinggung, melainkan emang gak butuh. Orang aku gak mau ngapa ngapain habis ini.

"Aku tahu kalau abang Biru sang pengantin baru ini perkasa. Sehat jasmani rohani dan mampu memberi nafkah batin berkecukupan, lebih lebih bahkan. Iya gak sayang?" Gani menoleh kearah Santi sambil mengedipkan mata.

"Betul betul betul." sahut Santi.

Hadeh, dasar pasangan kompak.

"Hanya saja, biar lebih afdol. Biar keturutan ngidam sepuluh rondenya." Lanjut Gani sambil tertawa lalu menarik tanganku dan meletakkan benda itu ditelapak tanganku. Kulirik wajah Elsa terlihat memerah. Dia pasti ikutan malu melihat aku diledekin seperti ini.

Sudahlah, lebih baik aku terima saja. Entah nanti berakhir di tong sampah atau dimanapun, terserah.

"Biru, Cal, yuk kedepan dulu mantennya. Para tamu mau pamit." Ujar Bu De yang baru datang.

Beruntung Bu De datang, sehingga aku dan Calista bebas dari bullian Gani dan Santi.

Aku dan Elsa beranjak dari duduk dan berjalan kedepan. Tapi lagi lagi, si Santi bikin ulah. Dia menarik tanganku dan Elsa lalu menyatukannya.

"Digandeng dong istrinya, udah sah, udah halal. Entar ditikung orang, berabe loh."

Aku menatap Elsa, takutnya dia keberatan. Tapi ternyata, dia malah tersenyum sambil menautkan tangannya dilenganku. Waduh, kalau gini aku yang jadinya deg degan.

"Waduh, dah kayak pengantin yang mau menuju pelaminan pas resepsi aja." Cibir Gani sambil cekikikan. Ya Allah, kapan kedua manusia itu pulang? Aku bisa kena darah tinggi kalau terus terusan bersama mereka.

Malas menanggapi ocehan unfaedahnya, aku segera melenggang kedepan bersama Elsa alias Calista.

Satu persatu tamu mulai bersalaman lalu pulang. Aku dan Elsa sebisa mungkin terus tersenyum pada mereka.

"Selamat. Semoga sakinah mawaddah warahmah." Ucap Pak RT sambil menyalamiku. Belum juga kujawab, tiba tiba map yang dia pegang jatuh. Tak pelak aku segera menunduk untuk membantu mengambil beberapa kertas yang berserakan. Takutnya ada yang penting. Begitu pula Pak RT, beliau juga ikutan menunduk untuk mengambil.

Plug

Betapa terkejutnya aku saat kado sialan dari Gani jatuh dari saku kemejaku. Bodoh sekali aku karena menyimpannya disaku kemeja. Cepat cepat mau kuraih benda itu, tapi kabar buruknya, Pak RT lebih dulu meraihnya dari pada aku.

"Waduh! tissu mag*g." Ujar Pak RT dengan lantang. Alhasil semua perhatian seketika tertuju kearah kami. Bahkan tamu yang udah sampai pintu berbalik kembali demi memastikan ucapan Pak RT.

Aku menelan saliva dengan susah payah. Rasanya ingin sekali menyembunyikan wajahku dibagian bumi paling dasar saking malunya.

"Persiapannya boleh juga."

"Dapat istri cantik, harus kuat dong."

"Wah, bakalan gak keluar kamar sehari semalam ini nanti."

"Siap siap besok pagi pengantin wanita gak bisa jalan."

"Wes, alamat lembur."

Dan masih banyak lagi ledekan yang membuatku malu setengah mati. Pak RT memegang benda itu sambil geleng geleng dan tersenyum. Dan yang bikin aku makin darting, kudengar Gani malah ketawa. Awas kamu Gani, aku akan membalas semua ini.

"Sudah sudah. Mantennya sampai merah tu wajahnya." Ucap Pak RT sambil mengembalikan benda itu kedalam kantung kemejaku.

"Persiapan boleh saja. Tapi ingat, gauli istri kamu dengan lembut dan sesuai syariat agama. Udah hafal belum doanya? Mau gituan juga ada doanya loh? Jangan lupa juga sholat sunah dua rakaat dulu. Jangan mentang mentang pengantin baru dan udah kebelet, terus terburu buru sampai lupa."

"Hahahaha..." Ucapan Pak RT disambut tawa oleh para tamu yang belum pulang.

"Kalau istrinya secantik itu, doanya langsung lupa pak. Apalagi mau sholat dulu. Udah gak tahan....iya gak?" Ujar Gani.

"Betul betul." Sahut beberapa orang.

"Udah udah, kasian,mantennya malu." Ucap Pak Ustad. "Jangan diledekin mulu. Mending kita segera pulang biar mereka bisa segera sunah Rasul."

"Hahaha..."

Astaga, pak ustadpun ikut meledekiku. Besok saat aku mulai kelaut, pasti bakal diledekin habis habisan sama mereka. Siapkan mentalmu Biru.

...****************...

POV CALLISTA

Setelah semua tamu pulang. Bu De dan Santi serta beberapa tetangga membantu membereskan rumah. Sebelum pamit, Santi mendorongku masuk kedalam kamar Biru.

"Duduk disini." Dia mendorongku hingga terduduk ditepi ranjang. "Jangan dilepas dulu kebayanya. Nanti akting kesusahan pas buka, biar dibantuin Biru. Setelah itu, bikin adegan slow mo pas ngelepas kayak di tipi tipi. Dijamin deh, Biru makin gak tahan." Dia sok sok an jadi suhu yang ngajarin anak amatiran. Aku pura pura menurut saja. Biarlah Santi pikir kami memang akan melakukan ritual pengantin baru.

Setelah Santi keluar, aku hendak meninggalkan kamar Biru. Tak enak kalau ketahuan Biru aku ada dikamarnya. Nanti dikiranya aku minta di ituin. Hari pertama menikah, harus jaim dulu. Selanjutnya, usaha dikit dikit. Wkwkwk.

Saat tanganku hendak meraih gagang pintu, pintu itu lebih dulu dibuka dari luar. Dan...

"Aww..."

Aku hampir saja terjatuh saat tubuh Biru meringsek kearahku karena didorong Santi. Beruntung dia reflek memegang pinggangku hingga aku tak sampai terjatuh. Posisi kami sudah mirip adegan di sinetron.

Untuk beberapa saat, kami berdua saling bertatapan. Oh my God...tampan sekali suamiku ini. Apakah aku bisa mempertahankan keperawananku kalau dihadapkan dengan makhluk seperti dia? Bahkan sehari semalampun, aku rela dikurung dikamar bersamanya.

"Hem hem."

Suara deheman Santi membuatku dan Biru salah tingkah. Dia cepat cepat membantuku berdiri lalu menjauhkan tangannya.

"Gak sabaran banget. Masih ada orang nih. Hehehe...ya udah aku pergi dulu." Ucapnya sambil menutup pintu.

Sekarang tinggallah kami berdua didalam kamar? Kira kira, aku mau diapain ya? Duh....kok deg degan gini sih.

"Em....kamu mau istirahat disini apa dikamar sebe_"

Ceklek.

Omangan Biru terpotong karena pintu yang tiba tiba dibuka. Tampak Santi melongokkan kepalanya dari pintu yang terbuka setengah.

"Hehehe...sory. Cuma mau ngingetin aja. Jangan lupa besok sprei yang ada bercak darahnya, tunjukin ke aku. Udah gitu aja. Buruan gih lanjutin." Ucapnya sambil cengengesan lalu menutup pintu kembali.

Suasana canggung antara aku dan Biru kembali tercipta. Didalam kamar berdua seperti ini setelah akad sungguh menegangkan. Kira kira, itunya Biru ikut tegang gak ya, atau cuma suasananya aja yang tegang?

Otak, otak, tolong jangan mulai mikir yang menjurus.

"Kalau kamu mau tidur disini, gak papa. Aku ti_"

Ceklek.

Ya Allah Ya Rob, si Santi kembali muncul.

"Eh maaf, udah mau mulai ya?"

Aku mendengus kesal karena ulahnya itu.

"Cuma mau ngingetin, gulai ikannya nanti malam jangan lupa dipanasin. Jangan orangnya aja yang pemanasan mulu." Ya udah, silakan dilanjutkan." Dengan wajah tanpa dosanya, dia kembali menutup pintu.

Aku dan Biru sama sama menghela nafas.

"Emm....ini kan kamar kamu. A, aku tidur di_"

Ceklek.

"SANTIIII." Pekikku saking geramnya.

"Kok tahu kalau aku yang buka pintunya?" Tanyanya dengan wajah sok polos.

Aku tak menjawab, hanya memelototinya sambil mengatur nafas yang memburu akibat emosi.

"Cuma mau ngasih ta_"

"Ngasih tahu apa? Gulai, nasi, sayur, tempe, tahu, atau apalagi yang perlu aku panasin?" Tanyaku geram.

"Enggak, cuma mau ngasih tahu. Pintunya jangan lupa dikunci. Udah sampai mana tadi? Udah mulai ya?" Tanyanya sambil nyengir.

"Gimana mau mulai kalau kamu ganggu terus." Sinisku.

"Hehehe maaf. Makanya, pintunya dikunci."

Setelah Santi menutup kembali pintunya, buru buru aku kunci dari dalam, biar aman.

Disaat aku bernafas lega karena Santi tak akan bisa mengganggu lagi. Justru Biru menatapku dengan dahi mengkerut.

"Ngapain pintunya pakai dikunci?"

Astaga Calista.....begooo kok dipelihara. Ngapain juga pintunya kamu kunci, emang kamu dan Biru mau ngapain? Kalau ginikan, jadinya kayak kamu ngajakin Biru ngapa ngapain.

Terpopuler

Comments

Sitina Hana89

Sitina Hana89

sakit perutku😄

2024-01-27

0

Esther Lestari

Esther Lestari

dasar Santi🤣🤣🤣

2023-12-09

0

♥(✿ฺ´∀`✿ฺ)Ukhti fillah (。♥‿♥。)

♥(✿ฺ´∀`✿ฺ)Ukhti fillah (。♥‿♥。)

emng iya kan mau nya sih gtu dlm pikiran Callista kan mau aj di apa2in sm Biru 🤣🤣🤣

2023-09-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!