Dua puluh

"Tolong menikahlah denganku!" Entah sudah berapa kali Rangga mengajukan lamaran tapi hati Alexi masih tetap tidak goyah dan melunak terhadapnya.

Alexi hanya diam tidak menjawab, tangan wanita itu ikut mengelus lembut perutnya yang kini semakin membesar. Hati Alexi pun sebenarnya gusar memikirkan nasib calon anaknya kelak bila dia melahirkan tanpa seorang suami.

Alexi menatap Rangga yang sejak tadi menantikan jawabannya. Wanita itu menelan ludah dengan berat.

"Ngga, aku,-"

Ucapan Alexi terhenti di udara saat tangannya merasakan pergerakan dari dalam perut. Matanya berkaca-kaca penuh haru, hati Alexi menghangat dengan perasaan bahagia yang menggebu.

Begitu pun dengan Rangga, pria itu sedang tersenyum lebar dengan dada yang berdetak kencang, bahagia bisa merasakan pergerakan anaknya untuk pertama kali.

"Aku mohon Lex, demi dia tolong menikahlah denganku!"

Senyum Alexi surut, tidak siap dengan lamaran Rangga di situasi seperti ini.

"Aku,-"

"Demi dia Lex, apa kamu tega dia lahir tanpa status yang jelas? Please!" Rangga memohon dengan suara yang sangat lembut membuat Alexi luluh seketika dan hanya mengangguk kecil.

"Yes!"

Rangga bersorak seraya menganggkat kedua kepalan tangannya di udara. Lalu mengecup kening dan perut Alexi secara bergantian.

"Makasih Sayang, secepatnya aku urus rencana pernikahan kita," ucapnya dengan begitu bahagia. Alexi yang melihatnya hanya tersenyum kecil saja.

***

Alsava sedang membilas pakaian di sumur dekat rumah nenek Iroh yang sekarang dia tempati saat ada orang yang meneriaki namanya dari jauh.

"Alsava!"

Seorang wanita paruh baya berbadan gempal dengan daster motif kupu-kupu mendekat dengan teegesa. Dia sedikit mengangkat daster agar tidak kena cipratan air dari kran yang masih terbuka.

"Apaan?" Alsava mematikan kran lalu meletakkan baju yang sudah dia bilas di ember. Tangannya yang basah diusapkan ke belakang baju yang dia kenakan, beringsut mendekat mencari tahu apa yang membuat salah satu tetangganya itu menghampiri dengan tergesa.

"Itu Va," ucap wanita paruh baya bernama bu Tini sedikit terbata.

"Ada apa bu Tini?" tanya Alsava lagi.

Dari dalam rumah Roman keluar saat mendengar ada orang yang meneriakkan nama Alsava. Pria itu berjalan tertatih tanpa tongkat lalu berdiri di ambang pintu belakang rumah.

"Itu Dea dibawa ke rumah sakit," ucap bu Tini masih terbata berlomba dengan napasnya yang masih pendek-pendek karena berlari.

"Kok bisa Bu? Bukannya masih tujuh bulan, udah mau lahiran emangnya?"

Alsava mengerutkan dahi lalu melirik matahari yang sudah mulai meninggi. Lalu melirik sebentar ke arah Roman yang berdiri di ambang pintu.

"Bukan mau lahiran, itu katanya bertengkar sama Bahri lalu dia kedorong dan jatuh dengan posisi perut di bawah. Detik itu juga dia mengalami pendarahan." Bu Tini berusaha menjelaskan dengan detail informasi yang telah terjadi.

Alsava yang mendengar itu membelalakkan matanya. Merasa iba sekaligus khawatir pada adik tirinya--Dea. Walau bagaimana pun mereka pernah hidup bersama beberapa tahun selama Bapak Alsava masih ada.

"Dibawa ke rumah sakit mana Bu Tini?" tanya Alsava panik.

"Rumah sakit umum di kabupaten," jawab bu Tini dengan lugas dan masih menampilkan wajah tegang sejak tadi.

"Ya sudah makasih ya Bu informasinya."

Setelah memgatakan itu Alsava bergegas masuk ke dalam rumah lalu berganti pakaian dengan sedikit rapih dan tertutup. Karena tadi dia mencuci baju hanya menggunakan piyama celana selutut dengan lengan pendek.

"Mau kemana Va?" tanya Roman seraya melangkah perlahan mendekati Alsava yang sedang menyisir rambutnya di kamar.

"Katanya Dea dibawa ke rumah sakit karena pendarahan," jawab Alsava tanpa menghentikan kegiatannya.

Roman sedikit menghela napas kasar melihat istrinya masih saja mengkhawatirkan orang yang bahkan tidak pernah memperdulikannya, yang ada selalu menyusahkan dan buat orang jengkel saja, Roman hanya bisa mendumel dalam hati.

"Tapi Dea,-"

Alsava mengerjapkan matanya bingung lalu menjatuhkan diri di pinggir kasur. Gadis itu secara perlahan mengeluarkan sebuah cincin emas dari dalam dompet kecil yang dia pegang sejak tadi.

"Aku mau jual cincin buat bantuin biaya rumah sakit dia Bang."

Menjeda kalimat lalu mendengus sinis menertawakan diri sendiri. Karena setelah perlakuan adik tirinya selama ini dia masih saja peduli.

"Padahal cincin ini perhiasan satu-satunya yang aku punya setelah dua minggu yang lalu ada yang nyuri gelang dan uang tabunganku di dalam lemari."

Menjelaskan dengan nada lesu dan kepala menunduk.

Roman mendekat lalu ikut duduk di samping Alsava, pria itu merangkul istrinya dan menenggelamkan tubuh kurus Alsava dalam pelukannya. Meski keluarga tirinya sudah memperlakukannya dengan buruk tapi Alsava masih saja peduli.

Dua minggu yang lalu Alsava dan Roman memang sedang pergi ke dokter untuk pemeriksaan rutin kaki Roman, saat pulang pintu rumah sudah dalam keadaan terbuka dan kondisi lemari di dalam kamar juga terbuka dengan sebagian isinya berantakan di luar.

Alsava yang kaget langsung berlari dan memeriksa perhiasan dan tabungannya dalam lemari. Tubuh Alsava luruh begitu saja ke lantai rumah yang terbuat dari papan, tatapan matanya kosong mengetahui kalau perhiasan dan tabungannya sudah hilang entah kemana.

Melihat kondisi rumah yang berantakan sudah pasti Alsava mengira kalau ada maling yang masuk, tapi apa masuk akal kalau ada maling yang mengincar rumah reyot yang hampir rubuh seperti rumah Alsava? Masuk akal saja kalau malingnya sudah tahu kalau ada perhiasan dan tabungan di dalam rumah.

Apa mungkin orang yang maling adalah orang terdekatnya? Atau salah satu dari keluarga tirinya? Alsava tidak bisa menuduh begitu saja tanpa bukti. Akhirnya meski sedikit sedih Alsava merelakan perhiasan dan tabungan yang susah payah dia kunpulkan itu.

Padahal itu buat nyicil hutang aku sama Bang Roman.

"Va!"

Roman menggoyangkan pelan pundak Alsava yang terlihat melamun. Beban berat Alsava selama ini membuat gadis itu sering melamun dan tidak fokus. Tubuh Alsava semakin hari semakin kurus, gadis itu suka lupa makan bahkan terlihat tidak memperhatikan dirinya sendiri.

Yang dia tahu hanya kerja, kerja dan kerja. Roman menatap sendu istrinya itu, gadis yang rela mendampinginya dalam keadaan terpuruk. Merawatnya tanpa mengeluh sedikit pun, dan bertanggung jawab penuh atas semua kebutuhannya selama ini.

"Makasih sudah mau mendampingi Abang selama ini."

Roman menunduk seraya mencengkram paha kirinya. Kakinya sudah membaik dan sudah bisa berjalan tanpa tongkat.

Sebentar lagi, ya sebentar lagi aku bisa berjalan normal, gumam pria itu dalam hati. Setelah sembuh Roman berjanji dalam hati akan mengambil alih tanggung jawab yang selama ini istrinya pikul.

"Kenapa Bang?" tanya Alsava bingung karena melihat Roman yang melamun setelah memanggilnya tadi.

"Kamu jadi mau ke rumah sakit?" tanya Roman pelan seraya menunduk. Alsava terlihat menghela napas kasar.

"Entahlah,"

"Kak! Kak sava!'

Alsava dengan tergesa berlari ke pintu depan rumah setelah mendengar suara Tedi memanggilnya dengan memberikan gedoran pada daun pintu.

"Kenapa Dek?" tanya Alsava gusar, jujur sekarang hatinya pun sedang merasa khawatir akan kondisi Dea yang katanya dibawa ke rumah sakit.

Tampak wajah Tedi sudah menegang dengan sedikit jejak air mata di pipinya.

"Apa Dek, ayo jelasin ke kakak ada apa? Jangan buat kakak makin parno." Kekhawatiran yang Alsava rasakan semakin besar saat melihat ekspresi di wajah Tedi.

"Tolong ka Dea Kak," ucap Tedi lirih seraya menunduk.

Tanpa pikir panjang Alsava menarik Tedi keluar rumah, lalu menyuruh Tedi untuk segera membawanya ke rumah sakit menggunakan motor miliknya yang terparkir di halaman rumah, tanpa berpamitan pada Roman yang sejak tadi hanya menatap keduanya dalam diam.

"Kamu memang gadis yang baik Va, abang janji suatu hari nanti bakal bahagiain kamu," gumam Roman lirih seraya menatap pundak Alsava yang semakin menjauh dari pandangannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!