"Ya ampun aku ketiduran."
Alsava terbangun dengan posisi masih terduduk di kursi. Gadis itu melirik Roman yang tidur mengikuti dirinya, tubuh Roman sesekali menggeliat terlihat tidak nyaman.
Alsava masih menatap lekat pria yang orang lain tahu adalah suaminya, gadis itu melirik kaki Roman yang masih belum bisa berjalan tanpa bantuan tongkat.
Rasa bersalah karena sudah menyeret pria itu masuk ke kehidupannya yang sulit membuat Alsava tiba-tiba merasa sesak lalu meneteskan air mata.
"Maaf karena sudah membuat hidup Abang sudah," lirihnya.
Alsava menghirup napas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Pikirannya menerawang jauh tentang hutang yang dia punya pada pria asing di hadapannya ini.
Dia tahu akan sulit mencicil hutangnya yang tidak sedikit walau sudah kerja sangat keras di kampung. Uang yang dia hasilkan selama ini hanya cukup untuk makan sehari-hari dan membayar biaya sekolah Tedi.
Pernah berfikir untuk kembali ke kota dan mencari kerja, tapi melihat kondisi Roman yang belum bisa berjalan membuatnya tidak bisa leluasa bergerak. Kalau di kampung, terkadang bisa meminta salah satu anak tetangga untuk menjaga Roman saat dia harus bekerja, hanya diberi upah jajan lima ribu juga sudah beres.
Tapi kalau di kota, yang Alsava tahu semua tidak ada yang gratis dan mudah. Dengan berat hati Alsava memang harus merubah rencananya dan tinggal di kampung lebih lama, paling tidak sampai Roman bisa berjalan sendiri.
Tubuh Roman kembali menggeliat, kali ini mata pria itu sedikit terbuka, Alsava segera memalingkan wajah dan menghapus jejak air matanya. Roman tidak boleh tahu apa yang sedang dia rasakan saat ini. Dilema berat karena ulahnya sendiri.
"Kamu kebangun?" tanya Roman dengan suara yang serak.
Alsava mengangguk seraya tersenyum tipis.
"Kita pindah ke kamar ya Bang biar lebih nyaman," ajak Alsava. Roman mengangguk lalu beringsut bangkit berdiri. Dengan telaten Alsava membantu Roman berjalan lalu membantu suaminya itu berbaring di atas kasur.
"Tidur ya Bang," ucap Alsava seraya menyelimuti setengah badan Roman. Pria itu mengerutkan dahi lalu mencekal pergelangan tangan Alsava saat hendak bangkit.
"Mau kemana?" tanya Roman kurang ramah. Alsava tersenyum tipis sebagai tanggapan.
"Mau nyimpenin makanan yang tadi di kasih sama bu Tini takut di makan tikus atau di kerubutin semut."
Roman mengangguk lalu melepaskan cekalan tangannya.
Alsava dengan tenang kembali ke ruang tamu lalu mengambil bungkusan dan menuju dapur, dengan teliti memindahkan semua makanan ke dalam rantang lalu menutupnya rapat dan menyimpan di tempat yang aman. Lumayan buat sarapan dan cemilan Roman besok pagi, begitu fikirnya.
"Sudah?" tanya Roman saat Alsava masuk kembali ke dalam kamar. Rupanya pria itu masih belum tidur, ada hal yang ingin dia sampaikan pada istrinya dan tidak bisa menunggu besok.
"Kenapa Abang belum tidur?" Alsava beringsut membaringkan badan di samping Roman lalu menaikkan selimut hingga setengah badannya.
"Ada yang mau Abang bicarain sama kamu."
"Apa?" Alsava menguap dengan lebar lalu mulai menutup kelopak matanya.
Cup!
Mata Alsava terbuka lebar saat sebuah kecupan Roman berikan pada bibirnya tanpa peringatan terlebih dahulu. Wajah Alsava membeku, matanya mengerjap berkali-kali berusaha mencerna situasi.
"Abang bilang mau bicara, kenapa mau ditinggal tidur lagi?" tanya Roman santai seolah tidak terjadi apapun.
Ni laki santai bener habis nyuri ciuman pertama aku.. Oh tidaaaakkk ciuman pertama aku!
Alsava hanya bisa mencerit tidak rela dalam hati, merasa sangat lesal karena telah kehilangan ciuman pertama yang selama ini dia jaga untuk pria yang dia cintai.
"Kenapa muka kamu tegang gitu?" tanya Roman seraya mengulum senyum, Alsava hanya menggeleng pelan lalu memilih memalingkan wajah ke arah lain.
"Jangan bilang kalau itu ciuman pertama kita? Eh itu bukan ciuman tapi cuma kecupan," ucap Roman seraya terkekeh. Alsava mendelik tidak suka ke arah Roman.
"Kok marah? Kita kan udah nikah jadi nggak papa dong Abang begitu ke kamu?"
"Sudah nggak usah di bahas, Abang mau ngomong apa sampe nggak bisa nunggu besok?"
Memilih mengalihkan pembicaraan dengan yang lebih penting ketimbang membahas masalah keintiman hubungan suami istri.
Menghindar Va, inget kalian bukan suami istri beneran. Jangan terhanyut dan baper, bentar lagi ni laki harus kamu pulangin.
"Abang mau ikut cari uang," ucap Roman serius, pria itu memiring kan tubuh dan menumpukan kepala dengan sebelah tangannya.
"Mau bantu cari uang gimana caranya, udahlah Abang di rumah aja biar aku yang cari uang," ucap Alsava enteng.
Seketika itu wajah Roman berubah muram, sebagai seorang pria harga dirinya terlukai. Dia tersinggung karena Alsava seperti meremehkannya. Alsava yang melihat perubahan ekspresi wajah Roman gelapan.
"Emh.. maaf Bang bukan maksud aku gitu,-" Buru-buru memberikan penjelasan tapi tidak Roman biarkan.
"Kenapa? Sekarang kamu baru nyesel udah nikah sama pria pincang yang nyusahin?" tanya Roman tidak ramah meluapkan kekesalan yang dia rasakan.
"Nggak gitu cuma,-"
"Abang itu suami kamu, kepala rumah tangga tapi kenapa kamu seperti menyepelekan keberadaan Abang!" Suara Roman meninggi membuat Alsava menelan ludahnya dengan berat.
"Maaf Bang," ucap Alsava memelas karena melihat Roman bangkit terduduk dengan napas yang memburu, Alsava tahu pria itu sedang berusaha mengendalikan emosinya.
Dengan perlahan Alsava ikut bangkit terduduk lalu dengan ragu memeluk Roman dari belakang dan menyandarkan kepalanya di punggung pria itu.
Sejenak Alsava hanya diam meresapi hal yang tidak berani dia lakukan selama ini, ada rasa nyaman yang Alsava rasakan sekarang. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh Roman yang entah kenapa tercium enak meski tanpa parfum sekali pun.
Ya ampun, pelukable banget ni laki. Fokus Va! Fokus!
Alsava menggeleng pelan lalu secara perlahan melepaskan pelukannya setelah merasakan ritme napas Roman kembali normal.
Roman berbalik lalu merengkuh tubuh Alsava dan memeluknya erat. Pria itu menghela napas dengan kasar lalu menelusupkan kepalanya di ceruk leher Alsava membuat gadis itu merasa tegang sekaligus geli secara bersamaan.
Ah elah.. ngapain sih ni laki. Kalau aku jadi baper gimana? Coba aja ni laki beneran suami aku.
"Maaf," lirih Roman membuat pikiran Alsava kembali ke jalur yang benar. Gadis itu mengerjap berusaha mencerna ucapan suaminya.
Alsava mengurai pelukan dengan perlahan lalu tersenyum tipis ke arah Roman yang kini menatapnya lekat. Gadis itu berusaha menampilkan ekspresi wajah yang tenang.
"Buat apa Abang minta maaf, bukannya aku yang salah karena sudah buat Abang tersinggung?"
Roman menggeleng lalu menggenggam tangan Alsava dengan erat.
"Maaf karena membuatmu menanggung semua biaya hidup dan kesulitan ini sendiri. Tolong biarkan Abang ikut serta, kita berbagi beban bersama sebagai sepasang suami istri."
Dada Alsava berdegub dengan kencang mendengar ucapan Roman barusan, hati gadis itu berdesir melihat tatapan mata Roman yang seolah menghipnotisnya.
Kalau gini caranya, udah fixed aku baper!
"Iya."
Hanya kata itu yang mampu Alsava berikan sebagai respon karena otaknya mendadak kosong sekarang.
***
"Bagaimana?"
Seorang pria paruh baya sedang duduk menyilangkan kaki dan menempelkan ponsel di telinga kanannya. Dia diam mendengarkan orang di sebrang sana menjelaskan sesuatu yang ingin dia tahu dengan baik.
Ada senyuman tipis terbit di wajah mendengar hal yang ingin dia dengar dari orang kepercayaannya itu.
"Jangan dulu, sementara pantau saja dari jauh."
Pria itu berucap tenang lalu menutup panggilan secara sepihak.
"Papa telepon siapa?"
Pria paruh baya itu memutar kursi lalu menatap datar orang yang ada di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments