Tujuh

"Lemes amat, tumben nggak semangat kerjanya," ledek Asep pada Alsava yang sedang membersihkan toilet dengan gerakan lambat. Alsava menoleh malas ke arah Asep.

"Ya ampun, kenapa mata kamu Va?" tanya Asep heran melihat lingkaran hitam di area mata Alsava. Tubuh pemuda itu sedikit terjengit karena kaget.

"Lebay!"

Alsava melanjutkan pekerjaannya tidak mau meladeni Asep.

"Ngapa sih Va? coba cerita," bujuk Asep.

Pemuda itu bukannya tidak tahu masalah yang tengah dihadapi Alsava, dia hanya ingin mendengarnya lansung dari Alsava.

"Masalah kerjaan?" tanya Asep gemas karena Alsava hanya diam tidak menanggapi.

"Ya... Salah satunya," jawab Alsava singkat demi membungkam rasa penasaran sahabatnya yang cukup cerewet hari ini.

"Salah duanya?"

Alsava menoleh malas ke arah Asep yang belum puas juga mengintrogasinya. Pemuda itu menatap antusias ke arah Alsava berharap pertanyaannya bisa memancing Alsava untuk bercerita.

"Sep, kamu tahu tempat jual jam tangan biar dapat harga mahal?"

"Ya?"

Asep bengong, dia tidak memprediksi pertanyaan yang Alsava lontarkan.

"Malah bengong, tahu nggak?" desak Alsava tidak sabar.

"Kalau jam tangannya bermerk sih harusnya ke toko yang jual merk itu kali bisa. Sama kayak jual emas, bisa dapat harga bagus apalagi kalau ada suratnya." Asep tergiring pembahasan Alsava dan melupakan misinya memancing gadis itu bercerita.

"Hmm.. Oke nanti anterin ya kesana," pinta Alsava dengan senyum yang mengembang. Asep hanya mengangguk ragu tidak begitu paham atas perubahan ekspresi di wajah Alsava.

Kenapa ekspresinya bisa berubah dengan cepat begitu? Mencurigakan!

***

"Va serius kamu punya jam tangan dengan merk toko ini?" tanya Asep sangsi.

"Udah, diem bawel!" sergah Alsava galak.

Keduanya kini memasuki sebuah toko yang menjual jam tangan mewah yang tidak pernah mampu keduanya beli dengan gajih yang mereka hasilkan.

"Bisa kami bantu?" tanya salah satu pegawai toko yang berpakaian jas rapih dan bersarung tangan.

Asep dan Alsava tidak langsung menjawab malah bengong sibuk dengan pikiran masing-masing melihat penampilan sang pegawai toko.

Gila! Jadi pegawai toko aja rapih bener penampilannya. Asep

Kira-kira berapa gaji yang bisa dihasilkan kalau jadi pegawai toko ini, ya? Alsava

"Mbak? Mas?" tegur penjaga toko itu gemas.

"Eh, hehe... maaf Mas saya sedikit tidak fokus."

Seperti biasa kalau masalah bohong Alsava jagonya. Asep mengangguk polos sebagai dukungan.

"Jadi ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai toko, berusaha ramah meski tidak sesuai dengan hati. Coba saja kalau tidak ada CCTV mungkin dia sudah berlaku ketus sejak tadi.

"Oh iya Mas, saya mau jual jam tangan ini?"

Alsava merogoh tas selempangnya, mengeluarkan jam tangan mahal milik Rafan--orang yang dia temukan tadi malam. Pegawai toko meraihnya secara perlahan, meneliti dengan jeli jam tangan yang diberikan oleh Alsava.

Jam tangan mahal yang merupakan edisi terbatas dengan jumlah terbatas pula serta grafiti inisial nama pemilik di belakangnya, membuat dahi pegawai toko berkerut dalam. Pegawai toko itu menelisik penampilan Alsava dan Asep di hadapannya. Sangat tidak mungkin kalau mereka berdua mampu membeli jam tangan mewah seperti ini.

Keraguan mulai hadir di hati penjaga toko. Dia pun melakukan pengecekan ulang memastikan jam tangan ini asli dan bukan tiruan. Saat dia sudah memastikan bahwa jam tangan ini asli, dia kembali menatap Alsava dan Asep dengan dahi berkerut.

"Maaf mbak, benar jam tangan ini milik Mbak?" tanya penjaga toko itu sangsi.

"Iya Mas, kenapa gitu?" jawab Alsava santai.

Asep yang melihat keraguan di mata penjaga toko ikut menatap Alsava dengan penuh selidik.

"Bener punya kamu Va?" tanya Asep penasaran.

"Beneran kok, eh tapi sebenernya itu punya calon suami saya."

Sudah dibilang masalah bohong Alsava handal.

"Eh... " Asep terkejut bukan main.

Bahkan ekspresinya sekarang sangat lucu hingga Alsava meledakkan tawanya. Berbeda dengan pegawai toko yang semakin tidak percaya dan meletakkan kembali jam tangan yang dia pagang di atas etalase.

"Maaf Mbak bukan maksudnya lancang, tapi kami tidak menerima barang curian." Penjaga toko berkata tegas.

"Jangan sembarangan ya, hey... Anda! calon suami saya orang kaya mana mungkin saya nyuri jam tangan calon suami sendiri. Perkara suratnya nggak ada ya ini darurat karena dia lagi sakit dan butuh biaya banyak segera, dan,-"

Bola mata Alsava bergulir ke atas, kallimatnya terhenti kala otaknya kehabisan stok kata untuk berbohong.

Kening penjaga toko dan Asep semakin berkerut. Ekspresi curiga dan tidak percaya. Alsava bergerak gelisah berusaha mencari alasan tambahan yang bisa meyakinkan dua pemuda di depannya. Alsava menghela napas kasar, pura-pura kesal.

"Jadi bisa nggak Mas? Kalau enggak saya jual ke pegadaian aja," ucap Alsava ketus.

Penjaga toko itu menghela napas lalu membawa jam tangan itu ke dalam toko untuk di periksa ke asliannya sekaligus dibuatkan nota penjualan. Masalah jam tangan ini hasil curian atau tidak itu diluar wewenang nya, setidaknya dia punya alibi karena telah memastikannya berkali-kali.

***

Alsava terkantuk-kantuk di kursi samping ranjang yang ditiduri Rafan di sebuah kamar perawatan. Setelah pulang kerja Alsava memang langsung ke rumah sakit untuk melihat kondisi orang yang dia tolong semalam.

Menurut dokter dan perawat katanya kondisi Rafan cukup stabil pasca operasi hingga dipindahkan ke ruang perawatan sebelum Alsava datang.

"Mbak Alsava?"

Alsava terbangun dengan gerakan terkejut. Matanya langsung membuka lebar, badannya berdiri dengan tergesa. Tidak lupa punggung tangannya mengelap ujung bibirnya yang ternyata sedikit basah karena iler.

"Iya kenapa Sus?" tanya Alsava linglung. Masih tidak faham situasi. Seingatnya dia sedang bermimpi menjadi orang kaya yang tidak perlu kerja banting tulang seperti sekarang.

Cuma mimpi aja enak jadi orang kaya apalagi beneran.

Alsava menatap beberapa orang dihadapannya dengan menyipitkan mata, menyeimbangkan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

Mata Alsava lincah bergulir, pertama menatap suster bermata indah sedang menatapnya. Kedua, menatap dokter yang sedang memperhatikan cairan inpuls. Ketiga, Alsava membelalakkan mata. Pemuda yang dia anggap sudah jadi mayat semalam, kini sudah membuka mata.

Dia beneran bangun kan ya?

Alsava belum mengeluarkan suara sedikit pun, masih memperhatikan dokter yang sedang melakukan pemeriksaan pada pria yang sedang duduk setengah berbaring.

Mana yang harus aku bahas dulu ya? Tentang jam tangan atau pinjaman buat bayar hutang?

Otak pintar Alsava sedang bekerja keras sekarang, bagaimana dia menjelaskan kalau sudah menjual jam tangan pria di depannya tanpa ijin. Memang sih untuk biaya operasi dan menyelamatkan dia juga, tapi Alsava juga sudah lancang menggunakan sebagian uang pria itu untuk melunasi hutang keluarga yang cukup banyak.

"Huhmm... Begini Bang, maaf eeuu..."

Setelah dokter dan perawat pergi, Alsava melangkah mendekati Rafan dan berkata canggung. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bola matanya bergulir ke sana kemari menatap apapun asal bukan mata pria yang sedang menatapnya sejak tadi.

"Kata dokter dan perawat kamu pacar saya?"

Alsava terkejut mendengar kalimat pertama dari pria berbaju pasien itu.

"Mm.. Soal itu maaf saya,-" Salah tingkah berusaha mencari jawaban yang tepat.

"Maaf sudah buat kamu khawatir dan repot."

Eh, gimana?

Belum sempat Alsava menemukan jawaban tepat, pria di depannya sudah memotong dan mengucapkan kalimat yang tidak dia mengerti.

"Waktu bangun saya bingung karena tidak ingat siapa nama dan kenapa saya bisa berakhir disini. Lalu dokter melakukan pemeriksaan dan katanya saya mengalami amnesia."

"Ohh.. Eh maksudnya?"

Awalnya Alsava kaget dan tidak mengerti, tapi seketika raut wajahnya berubah cerah mendengar informasi itu.

"Ini namanya win win solution, bukan memanfaatkan," gumamnya seraya tersenyum licik.

jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 😉

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!