Enam belas

"Sebenarnya apa alasan kamu mau menikah denganku?"

Alsava menatap Roman dengan terkejut, dadanya bahkan berdebar dengan kencang.

Alsava tersenyum tipis ke arah Roman, berusaha menutupi kegugupannya.

"Abang masih butuh jawaban?"

Berusaha berputar-putar sambil berfikir jawaban apa yang bisa membuat Roman terkesan dan percaya.

"Tentu saja, kenapa kamu seakan menghindar?" tanya Roman, pria itu menatap lekat Alsava yang belum melunturkan senyum.

Alsava menelan air liurnya berat. Menghela napas lalu menyimpan kembali makanan yang sudah dia genggam.

"Aku menikah dengan Abang karena cinta. Aku ingin merawat Abang sampai sembuh, menurut Abang di kampung yang terpencil ini apa boleh perempuan dan laki-laki hidup bersama tanpa menikah? Bisa-bisa kita diarak keliling kampung karena dianggap zina. Menikahi Abang satu-satunya cara agar aku bisa leluasa merawat dan menjaga Abang tanpa takut diusir dari kampung karena berbuat maksiat." Senyum Alsava lebar sekali di akhir kalimat.

Apa dia akan percaya? Ya ampun kalau aku masuk managemen artis mungkin bisa jadi artis tenama dan jadi kaya, batin Alsava malah hilang fokus dan berfikir keluar jalur.

Roman menatap Alsava dengan lekat, hatinya menghangat mendengar pengakuan gadis itu yang terlihat tulus. Dia lalu melirik kakinya yang masih kesusahan dalam berjalan. Otak pintarnya berputar berandai-andai.

Alsava benar, mungkin kalau gadis lain akan langsung mencampakkan aku begitu tahu aku sakit, apalagi aku pria kere yang nggak punya uang.

"Kenapa sih liatin akunya begitu?"

Alsava salah tingkah dan tersipu malu, pria itu menatap lurus Alsava sejak tadi tanpa beralih sedikit pun.

"Ayo makan Bang, maaf ya cuma ini makanan tang bisa aku hidangkan," ucap Alsava sendu.

Entah kenapa setelah banyak kebohongan yang Alsava ucapkan, rasa bersalah semakin menggunung dan menghimpit dadanya. Betapa dia sudah sangat berdosa membiarkan Roman menjalani hidup susah seperti sekarang.

Mendengar ucapan istrinya yang mengandung kesedihan Roman hanya diam, dia menatap satu persatu lauk yang terhidang. Semua terlihat asing dan tidak menggugah selera, apalagi sesuatu yang seperti sambal dengan aroma aneh yang menusuk hidung. Roman tidak menyukai itu tapi perutnya sudah terlalu lama meronta minta untuk diisi.

"Nggak papa Va, segini juga sudah cukup. Makasihya sudah mau terus berada di sampingku dengan keterbatasan yang aku punya."

Roman menunduk, sebagai pria dan kepala rumah tangga harga dirinya terlukai karena tidak mampu menafkahi dan mencukupi kebutuhan rumah tangganya, yang ada malah menjadi beban untuk Alsava.

"Udah ah jangan sedih-sedih, ayo makan Bang!" ajak Alsava seraya menyuapkan nasi beserta lauk dengan lahap.

Meski enggan, akhirnya Roman memasukkan satu suapan ke dalam mulut, mengunyahnya pelan lalu meresapi setiap rasa dan tekstur makanan yang ada di dalam mulut. Setelah beberapa kali mengunyah ternyata rasanya tidak begitu buruk, Roman cukup menyukainya.

"Masakanmu enak sekali Va," ucap Roman di sela kunyahannya.

Alsava tersenyum lebar melihat tingkah Roman yang makan dengan lahap seperti orang kelaparan yang beberapa hari tidak makan.

"Aku akan masakin Abang lagi besok," ucap Alsava tiba-tiba membuat Roman mendongak lalu mengacungkan jempol.

Senyum Alsava mengembang melihatnya.

Maaf Bang, sudah membuat hidup Abang menderita.

***

"Alsava!" pekik seorang gadis muda sebaya Alsava dari kejauhan.

Langkahnya ringan meski perutnya terlihat besar membuncit. Alsava yang sedang menjemur baju menoleh ke sumber suara lalu ikut berlari mendekat seraya meringis ngilu melihat teman lamanya mendekat dengan perut yang cukup besar.

"Hati-hati, nanti kamu bisa lahiran di sini!" ringis Alsava seraya mempercepat langkah dan menahan langkah ibu hamil di depannya.

"Kamu kapan datang? Ya ampun udah lama banget nggak ketemu." Seruni, nama ibu hamil sekaligus teman lama Alsava itu terus berseru heboh bahkan memeluk Alsava erat. Sama sekali lupa kalau perutnya sudah besar. Alsava mendelik tidak suka ke arah Seruni.

"Apa sih?"

Merasa tersinggung lalu bertolak pinggang.

"Ya kangen sih kangen, tapi lihat noh perut kamu udah segede gini masih aja pecicilan kayak tadi. Bikin ngilu yang liat aja."

Kini giliran Alsava yang memeluk gadis itu lebih hati-hati.

"Bulan ke berapa?" tanya Alsava sambil mengelus perut Seruni penuh haru.

"Bulan ke sembilan," jawab gadis itu enteng.

"Eh kita duduk dulu, ayo jalan pelan-pelan! kita ngobrol di rumah nenek Iroh," ajak Alsava seraya memapah Seruni, membuat ibu hamil itu sedikit terkekeh mendapat perlakuan seperti itu.

"Aku itu hamil Va bukan sedang sakit."

Seruni terkekeh namun enggak menolak perlakuan Alsava.

"Udah, kamu duduk dulu di sini, aku ambilkan minun."

Setelah mendudukkan Seruni di kursi ruang tamu, Alsava berlari masuk ke dalam dapur, tak berselang lama dia sudah kembali seraya membawa baki berisi segelas air putih.

"Gimana rasanya hamil?" tanya Alsava seraya meletakkan baki berisi segelas air di atas meja persegi di hadapan Seruni.

"Biasa aja, ini kan kehamilan ketiga ku jadi ya udah biasa aja."

"Ketiga?"

Mata Alsava melotot terkejut. Roman yang sedang beristirahat di dalam kamar sempat terkejut mendengar pekikan Alsava yang cukup kencang. Dengan perlahan mengintip dari celah tirai yang sedikit terbuka.

"Biasa aja kali reaksinya gitu banget," seloroh Seruni seraya terkekeh.

"Ya maksudnya berarti kamu hamil setiap tahun?" tanya Alsava tidak percaya mengingat pernikahan Seruni dan Gofar baru berlangsung tiga tahun.

Seruni mengangguk pelan mengiyakan. Sementara Alsava hanya menggelengkan kepala pelan. Tidak habis fikir kenapa Seruni mau setiap tahun hamil, apa dia tidak lelah? Alsava sedikit bergidik ngeri membayangkan jika dirinya ada di posisi Seruni.

"Kamu nggak tahu aja nikmatnya nikah sama orang yang kita cinta."

Seruni terkikik geli di akhir kalimat membuat Alsava mengerutkan dahi.

"Tapi apa harus hamil setiap tahun?"

Alsava menggeleng tidak faham dengan jalan pikiran Seruni dan Gofar, padahal pekerjaan Gofar hanya seorang petani yang masih merintis lalu bagaimana mereka membiayai ketiga anaknya? batin Alsava heran sendiri.

"Banyak anak banyak rejeki," cetus Seruni seraya meneguk air hingga tandas. Mata ibu hamil itu berkeliling seperti mencari sesuatu.

"Yang benar itu, banyak anak banyak rejeki yang harus dicari!" Alsava tergelak dengan kalimatnya sendiri.

"Ini ngomong-ngomong cuma air putih? Nggak ada cemilan atau temennya gitu?" sindir Seruni yang hanya disuguhi air putih oleh Alsava.

"Nggak ada, orang baru pindah. Ada air putih aja udah syukur." Dahi Alsava berkerut melihat fokus mata Seruni yang selalu berkeliling memperhatikan setiap sudut rumah.

"Kenapa sih? Nyari apa kamu?"

"Suami kamu mana? katanya kamu baru nikah kemarin? beneran?" tanya Seruni dengan memelankan suara takut percakapan mereka di dengar seseorang. Alsava mengangguk yakin sebagai jawaban.

"Emang kamu kemarin nggak liat aku nikah?" Alsava ikut memelankan suara, Seruni menggeleng pelan. Mereka terlihat berbisik-bisik namun dengan obrolan yang tidak sebentar.

"Giamana kuat berapa ronde?" Seruni mengerling nakal membuat Alsava memukul pelan lengan ibu hamil itu dengan tersipu.

Boro-boro beronde-ronde, pemanasan aja belum.

Tanpa keduanya sadari obrolan semakin mengalir jauh, bahkan melebar kemana-mana. Tanpa beban Alsava bercerita pada Seruni tentang alasannya menikah secara mendadak, tentu tidak semua dijelaskan terurama kebenaran identitas Roman biarlah hanya jadi rahasianya.

Entah apa yang dipikirkan Alsava, dia hanya yakin kalau Seruni tidak akan pernah menceritakan hal ini pada siapa pun.

Roman dari dalam kamar semakin menajamkan pendengaran meski entah disengaja atau tidak oleh kedua gadis itu, karena setelah pekikan Alsava tadi sudah tidak terdengar lagi suara obrolannya membuat Roman itu kesal.

Menutup tirai rapat dan kembali merebahkan badan di atas kasur usang dengan sprei berwarna coklat garis-garis.

"Jadi apa rencana kamu ke depannya Va?" tanya Seruni dengan tatapan yang berubah sendu.

Alsava menggeleng pelan seraya menunduk sedih.

"Entahlah...!" desahnya lesu.

(Bersambung...)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!