Lima

"Sudah saya bilang pasti bukan mayat, kenapa pak RT masih percaya sama gadis ini?" gerutu bapak berpeci hitam dengan sarung kotak-kotak. Menatap kesal ke arah Alsava yang sedang menunduk.

"Buang-buang waktu aja Pak, ayo bubar nanti dicariin sama istri masing-masing," ajak bapak berbadan gempal berkumis tebal.

Alsava semakin menundukkan kepalanya. Pak RT menatap iba pada Alsava, dia tahu kalau yang dilakukan oleh Alsava berniat baik dan ingin membantu. Hanya saja, kejadian beberapa bulan lalu saat gadis itu bikin gaduh satu kampung dengan isu perselingkuhan salah satu warga masih membuat warga lain kesal pada nya.

"Ya sudah kita pulang," putus pak RT setelah diam beberapa saat. Dia juga khawatir kalau keluarganya akan mencari mengingat sekarang sudah larut malam bahkan sebentar lagi dini hari.

"Loh Pak, terus ini gimana?" tanya Alsava seraya menatap lurus pak RT di depannya.

"Kamu urus aja sendiri," sahut bapak berbadan gempal ketus.

"Iya, jangan terus bikin orang lain repot!" timpal bapak berpeci hitam menambahkan.

Keduanya melirik sebal ke arah Alsava. Alsava diam tidak menanggapi. Dia sendiri juga bingung harus berbuat apa. Mau tidak peduli tapi kok nuraninya tidak terima. Mau tetap tinggal pun dia tidak mau karena tidak mengenal orang yang sedang ditangani dokter di dalam.

Orang yang Alsava temukan tadi ternyata bukan mayat, melainkan orang yang diduga korban percobaan pembunuhan yang dibuang begitu saja di dekat lingkungan tempat tinggalnya. Dua bapak dan pak RT yang sedang main catur di pos kamling akhirnya memastikan dugaan Alsava dengan membawa orang itu ke rumah sakit terdekat.

Awalnya mereka juga percaya kalau orang tersebut sudah menjadi mayat, tapi saat sudah ditangani dokter mereka tahu kalau orang itu masih bernyawa.

"Jadi ini gimana Pak?" sekali lagi Alsava bertanya pada pak RT berharap memiliki solusi terbaik buat dirinya dan orang yang ada di dalam.

"Begini saja Neng, tolong jaga orang itu sampai selesai tindakan di sini. Sementara kami pulang dulu takut dicari keluarga karena menghilang begitu saja," putus pak RT yang tidak bijaksana sama sekali. Alsava hanya menghela napas kasar saja, malas berdebat dan menanggapi.

"Kalau begitu kami pamit Neng," pamit pak RT berbasa basi, sementara kedua bapak tadi hanya melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Alsava yang hanya diam tidak menanggapi.

Alsava mengedarkan pandangannya menatap lorong rumah sakit yang tidak begitu sepi meski waktu sudah masuk dini hari. Para tenaga medis masih saja berlalu lalang dan keluar masuk ruang tindakan IGD yang berada di depannya.

Aroma khas rumah sakit menguar kuat di indra penciumannya, membuat kenangan tiga tahun lalu tergambar jelas di pelupuk mata. Tubuh lemah sang ayah sedang di dorong menggunakan berangkar masuk ke dalam ruang IGD diiringi tangis pilu dirinya, ibu serta kedua adik tirinya.

Ayah Alsava memang sudah sakit sejak lama, tapi tidak melakukan pengobatan dengan tepat. Beralasan karena biaya rumah sakit mahal dan tidak punya asuransi kesehatan apapun. Saat sakitnya kambuh ayah Alsava selalu bilang kalau besok juga sembuh, cukup meminum obat paracetamol yang dijual di warung sudah cukup.

Jika Alsava membujuk untuk diperiksa ke dokter ayahnya selalu menolak. Uang dari mana buat ke dokter, mending uangnya buat makan sehari-hari. Selalu alasan itu yang Alsava dengar.

Mengingat itu hati Alsava kembali sakit, air mata luruh begitu saja melewati pipinya. Setelah satu-satunya penopang hidup keluarga tidak ada. Kehidupannya bersama ibu dan kedua adik tirinya semakin sulit sampai terpaksa berhutang pada rentenir. Bunga yang tidak masuk akal dan mencekik membuat Alsava sekeluarga menanggung hutang yang tidak pernah lunas sampai hari ini.

Bahkan beberapa bulan setelah kepergian ayah Alsava, ibu tirinya berniat menikahkan dirinya dengan sang rentenir sebagai ganti hutang yang tidak bisa terbayar. Alsava yang mengetahui akan jadi gadis pelunas hutang, tentu berontak dan tidak pasrah begitu saja. Dia lebih memilih kabur dari pada harus jadi istri kelima sang rentenir.

Hidup terlunta-lunta di jalanan kota besar ternyata jauh lebih sulit dari yang Alsava bayangkan. Tidak punya tempat tujuan dan pekerjaan yang tetap membuatnya ikut bergabung dengan beberapa orang di terminal yang sering mengamen. Hal itu pula yang membuatnya hampir jadi korban pelecehan para preman di terminal. Kalau saja tidak ada pak Wiryo yang menolongnya, entah bagaimana nasib Alsava sekarang.

"Mbak keluarga pasien yang maaih ditangani dokter?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh perawat berbadan mungil bermata indah menarik Alsava kembali pada kenyataan.

"Huhmm.. saya walinya Sus, kenapa?" jawab Alsava ragu.

"Ada hal yang ingin dokter sampaikan," ucapnya lagi seraya memimpin langkah masuk ke dalam ruang IGD.

Dengan langkah ragu Alsava mengikuti perawat tadi. Otak Alsava berfikir keras tentang kemungkinan apa yang ingin disampaikan oleh dokter nanti.

"Keluarga atau wali?" tanya dokter tanpa basa basi.

"Wali."

"Dengan Mbak... siapa?"

"Alsava."

"Jadi begini Mbak, dari hasil pemeriksaan pasien terdapat beberapa luka luar dan dalam. Terutama di area kepala dan wajah akibat benturan benda tumpul. Mmm.. maaf apa pasien habis terlibat perkelahian atau...?"

"Iya Dok," jawab Alsava cepat dan singkat. Takut ditanya lebih detail dan mempersulit dirinya nanti.

"Ohh.. begitu, pantas saja. Tadinya kalau ini kasus penganiayaan, Mbak harus lapor ke pihak berwajib," lanjut dokter lagi.

Kan.

"Nggak kok Dok, pacar saya habis berkelahi dengan temannya biasa salah faham," potong Alsava cepat.

Lancar bener ni mulut kalau bohong.

"Oke Mbak Sava, pacar Mbak harus segera mendapat tindakan operasi untuk luka dalam, terutama patah tulang di kaki kirinya. Hasil pemeriksaan rongent dan CT-scan ada beberapa luka dalam juga dibagian kepala, semoga cederanya tidak terlalu parah. Karena itu, tolong segera mengisi formulir persetujuan tindakan di bagian administrasi rumah sakit."

Setelah mengucapkan kalimat panjang yang tidak Alsava mengerti, dokter itu pun berlalu begitu saja.

"Dokter tadi ngomong apa sih, kok panjang banget." Gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal berusaha mengingat kembali setiap kata yang dokter tadi ucapkan.

"Patah tulang, operasi sama cedera kepala," beo Alsava lirih.

"Mari saya bantu Mbak," ajak perawat berbadan mungil dengan mata indah. Entah kenapa Alsava malah salah fokus dengan mata indah sang perawat. Eh.

Mata perawatnya indah banget.

"Mbak?"

"Eh gimana? Maaf Sus, saya kurang faham dengan yang dikatakan dokter tadi, jadi bisa dijelaskan ulang tentang kondisi pacar saya dan apa yang harus saya lakukan?" pinta Alsava polos membuat si perawat menyunggingkan senyumannya.

"Intinya pacar Mbak butuh penanganan lebih lanjut melalui operasi untuk mengatasi patah tulang kaki dan cedera di kepalanya. Karena itu Mbak harus mengisi formulir persetujuan tindakan dulu di bagian administrasi rumah sakit."

"Oohh.." Alsava mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti.

"Mari saya antar."

Alsava hanya mengangguk mengekori langkah perawat bermata indah itu.

***

"Jangan bercanda Rangga!" bentak paman Yo murka. Matanya merah, napasnya terengah dengan kedua tangan mengepal di samping badan.

"Rangga nggak bercanda Pa, mungkin anak manja itu kabur lagi," ucap Rangga tenang, tidak terpengaruh dengan kemarahan sang papa.

"Jaga batasanmu Rangga!" bentak paman Yo lagi dengan emosi yang meluap-luap.

"Terserah Papa mau percaya atau tidak, yang jelas supir yang nganter Rafan keluar rumah bilang, kalau dia menghilang begitu saja tanpa jejak." Gestur tubuh Rangga masih tenang saat menjelaskan perihal menghilangnya sang sepupu tadi malam.

"Tolong cari Rafan sampai ketemu, kalau bisa minta bantuan polisi mengecek CCTV jalan yang dilewati mobil Rafan tadi malam," titah paman Yo pada seseorang yang terhubung lewat sambungan telepon.

"Ck, merepotkan saja!" gumam Rangga pelan seraya keluar dari ruang kerja papanya.

terima kasih untuk yang sudah baca,,

jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya..

makasih😊

Terpopuler

Comments

yulia nisma

yulia nisma

baru mampir thor..kayaknya seru ceritanya....hayu teruslah berkarya...semangat....semangat...

2023-06-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!