Hari ini Ay tidak masuk. Nadia menanyakan kabar Ay pada ayahnya.
'Assalamu'alaikum, Pak! Ay nya kenapa gak hadir Pak?'
Doni tersenyum menatap pesan yang dikirim Nadia.
'Wa'alaikum salam Ibu. Iya Ibu pagi ini Ay nya kurang sehat. Demam dia. Saya juga heran akhir-akhir ini dia sering demam.'
'Memang lagi musim sakit Pak! Teman-teman Ay sakit secara bergiliran. Semoga Ay cepat sehat yah Pak! Rindu sama Ay. Pak boleh tanya? Ay kalau pulang sekolah langsung pulang ke rumah?'
'Keseringan ke sekolah saya dulu, terus di antar ke rumah. Kenapa yah Ibu?'
'Aamiin Bu, terima kasih Ibu.'
'Mungkin Ay nya kecapekan Pak, karena kebanyakan main. Apalagi Ay nya kan aktif.'
'Mungkin juga yah Bu. Mudah-mudahan besok sudah bisa sekolah Ibu.'
'Tinggi panasnya Pak? Jadi khawatir saya.'
'Naik-turun panasnya Ibu.'
'Kasiannya Ay.'
***
Keesokan harinya Nadia membersihkan halaman bagian depan. Tak lama mobil putih terparkir di seberang jalan. Nadia menyudahi menyapunya dan menyambut Ay dan Ayahnya.
"Sudah sehat, Nak?" tanya Nadia menyentuh kedua tangan Ay.
"Sudah Ibu," ucap Doni.
"Dingin tangannya Nak," ucap Nadia.
"Iya Ibu, kena AC tadi," ucap Doni.
"Kurus kali anak Ibu," ucap Nadia mencium Ay.
"Ay nya gak mau makan Ibu," ucap Doni.
"Iya kan ayah, maunya jajan aja," ucap Nadia menggendong Ay. Doni tersenyum menatap keduanya.
"Padahal gak boleh sering kan Ibu?" ucap Doni.
"Hm..." jawab Nadia gemas memeluk Ay.
"Ay bukan bayi lagi Ibu, Ay jangan digendong. Ay udah kakak-kakak," ucapnya membuat Doni tertawa dan Nadia tersenyum.
"Iya, kakak bayi Ibu," ucap Nadia gemas memeluk dan mencium Ay membuat Doni semakin tertawa. Kemudian Nadia menurunkan Ay.
"Ayah pergi dulu yah Nak," ucap Doni. Ay tidak memperdulikan ayahnya. "Makasih yah Ibu."
"Iya Pak," ucap Nadia menutup gerbang.
"Ay jangan di situ, nanti bajunya kotor, basah," ucap Nadia saat Ay berdiri di atas genangan air.
Doni menatap keduanya. Doni merasa berdebar saat Nadia sedikit mengangkat gamisnya memperlihatkan kaki bagian bawahnya. Kemudian Nadia menggenggam tangan Ay dan membawanya. Secepatnya aku akan melamarmu. Melihatmu setiap hari membuat aku merasa gemas. Batin Doni.
Pulang sekolah Ay dijemput eyangnya.
"Kenapa eyang yang jemput?" tanya Nadia.
"Iya Na, kata ayahnya Ay harus langsung pulang ke rumah," ucap Santi.
"Naik apa Ibu ke sini?" tanya Nadia.
"Naik mobil sama supir," ucap Santi.
"Salam Ibu Nak," ucap Nadia.
Ay pun menyalam Nadia. Kemudian Nadia menyalam Santi.
"Makasih yah Na," ucap Santi.
"Iya Ibu, hati-hati di jalan, dadah cantik," ucap Nadia.
"Assalamu'alaikum Ibu," ucap Ay.
"Wa'alaikum salam," ucap Nadia tersenyum.
"Cie... Camer datang," ucap Mala berbisik.
"Apa sih kak," ucap Nadia malu.
"Hm..." ucap Mala.
"Hush Kak, banyak orang tua murid," ucap Nadia. Benar saja dari tadi orang tua murid saling berbisik.
***
Keesokan harinya, Nadia datang ke sekolah seperti biasa. Nadia memilih bermain ayunan. Saat berbaris, Nadia berada di bagian belakang. Tiba-tiba ponsel Nadia berdering. Nadia tersenyum menatap layar ponsel.
'Assalamu'alaikum Ibu.'
'Ay nya agak telat yah Ibu.'
'Karena saya ada urusan sebentar.'
Kemudian Doni mengirim foto Ay yang sudah bersiap memakai seragam. Nadia memberi balasan.
'Wa'alaikum salam, iya Pak. Cepat datang yah Cantik Ibu.'
Kemudian mereka pun melakukan senam. Saat senam kedua Nadia berpindah ke depan. Saat senam kedua hampir selesai Doni dan Ay datang dengan septor. Doni tersenyum menatap Nadia yang senam. Nadia tersenyum dan merasa malu. Nadia menyudahi senamnya dan membuka gerbang.
"Assalamu'alaikum cantik," ucap Nadia.
"Wa'alaikum salam Ibu," ucap Doni memberikan tas Ay, kemudian Nadia mengulurkan tangan meminta bekal Ay. Doni gugup menahan senyum.
"Salam ayahnya Nak," ucap Nadia. Ay menyalam ayahnya.
"Ayah kerja yah Nak," ucap Doni. "Makasih yah Ibu."
"Iya ayah," ucap Nadia menutup gerbang. Doni tersenyum senang mendengar Nadia memanggilnya ayah.
***
Hari ini Nadia menghadiri undangan di Auditorium xxx. Nadia bersua dengan teman-teman lamanya di sana. Nadia menghabiskan waktu yang lama dengan temannya di sana. Di sisi lain pria memakai masker tengah menatapnya yang asyik bercerita dan tertawa lepas bersama teman-temannya. Yang membuat pria itu tidak suka ternyata bukan dirinya satu-satunya pria yang menyukainya. Selain teman perempuannya banyak juga teman prianya yang ber-selfie ria dengannya dan saling melempar canda. Doni merasa cemburu menatap keakraban mereka. Sementara dia sendiri tidak fokus mendengarkan perkataan temannya. Saat sore Nadia dan temannya pun pulang begitu juga dengan Doni. Sampai akhir pun Doni merasa gengsi untuk menyapanya. Doni memastikan Nadia pulang dengan selamat ke kos-annya.
Di Hari Senin, Nadia datang lebih cepat dari biasanya. Nadia memilih duduk di ayunan sambil bersenandung. Satu per satu murid hadir ditemani orang tuanya. Tak lama Ay pun hadir diantar ayah gantengnya. Doni memakai masker. Nadia hanya menatap agak lama mereka dari ayunan. Setelahnya Nadia turun dan menghampiri mereka.
"Sayangku, cintaku Aysila Husna Ariantama," ucap Nadia tersenyum sambil menyalam Ay. "Assalamu'alaikum." Doni tersenyum saat Nadia menyebut nama belakang Ay yang juga nama ayahnya.
"Wa'alaikum salam, Ibu," ucap Doni hampir terjatuh dari kereta.
"Astaghfirullah," ucap Nadia spontan. Doni tersenyum dan menyerahkan tas Ay.
"Hati-hati ayah," ucap Nadia tersenyum. Doni pun tersenyum seraya mengangguk.
"Pergi yah Ibu," ucap Doni.
"Iya Pak," ucap Nadia. "Ayo Nak, kita mengaji."
Tak lama bel pun berbunyi mereka baris dan mengadakan upacara. Ay merasa gelisah di barisan.
"Kenapa Ay?" tanya Nadia.
"Ay bosen Ibu, mau ke kelas," ucap Ay.
"Ayolah," ucap Nadia.
Saat jam istirahat Ay tidak mau memakan makanannya. Nadia membelikannya wafer dan roti, Ay lebih memilih memakannya. Maka Nadia yang menghabiskan makanan Ay. Nadia mengirim foto anak-anak beserya tugasnya. Tak lama pesan masuk. Dari ayah Ay.
'Assalamu'alaikum, Ibu.'
'Kalau Ay berfoto keluar lidahnya dilarang yah Ibu.'
'Nanti kebiasaan Ibu.'
Nadia tersenyum melihat pesan itu. Kemudian Nadia membalas.
'Maaf yah Pak, karena gemas jadi saya share.' 🤭
'Iya ibu gak papa, foto lagi aja ibu, yang tadi dihapus saja.'
Nadia pun melaksanakan perintah Doni. Memfoto dan mengirim ulang.
"Siapa tadi malam ngompol?" tanya Mala.
"Ay," ucap Ay. "Terus ayah merepet. Nyo...nyo...nyo..." Nadia pun tertawa lepas.
"Gak heran aku Kak, anak yang bijak dilahirkan oleh ayah yang cerewet," ucap Nadia.
"Iya yah Dek," ucap Mala.
"Kenapa ayah merepet Nak?" tanya Mala.
"Karena baju ayah basah semua kena ompol Ay," ucap Ay tertawa. Kami pun ikut tertawa.
Setelahnya mereka pun pulang. Ay agak lama dijemput. Ay bermain hantu-hantuan sehingga jilbabnya berantakan. Saat Nadia ingin membaguskan jilbabnya Doni datang. Mala menyambutnya. Nadia lebih memilih menghampiri Ay yang karena tidak seimbang jadi jatuh. Ay menangis. Doni memeluk Ay. Saat Nadia ingin membetulkan jilbab Ay. Doni juga bersamaan ingin membetulkannya. Sehingga lagi-lagi tangan mereka tidak sengaja bersentuhan. Nadia refleks melepaskan tangannya dan masih merasakan tangan Doni yang dingin.
"Ayah kenapa lama kali datangnya," ucap Ay.
"Di sini kan ada Ibu, kawan-kawannya," ucap Doni. Nadia masih melihat jilbab Ay masih berantakan maka Nadia menyentuh kembali jilbab Ay yang tak sengaja membuat wajah Doni terkena tangan Nadia. Untungnya Doni memakai masker. Jika tidak tangan Nadia sudah dicium Doni. Nadia segera melepaskan tangannya dari kepala Ay dan merasa gugup. Begitu juga dengan Doni. Doni membawa Ay duduk di kursi. Kemudian Nadia membuka jilbab Ay dan merapikannya kembali.
"Hm... Mentel," ucap Nadia. Doni tersenyum. "Yang mana sakit Nak?"
"Ini, jempol Ay yang sakit," ucap Ay.
"Ayo, kasih minyak, nanti bengkak lho," ucap Nadia.
"Ay gak mau dikasih minyak," ucap Ay.
"Ayolah," ajak Nadia.
"Ay gak mau," ucap Ay.
"Gak usah Ibu," ucap Doni.
Nadia pun berjongkok di sebelah Ay.
"Kalau gitu salam Ibu, Nak," ucap Nadia. Ay pun menyalam Nadia dan Nadia menciumnya. "Ibu Mala." Ay hanya menyodorkan tangannya malas bergerak.
"Hm...dah malas dia," ucap Doni. "Sana Nak, gak boleh gitu."
Nadia pun membawa Ay menyalam guru yang lain.
"Nggak cerewet lagi kata Ay Ibunya?" ucap salah seorang orang tua di sana.
Nadia menatap sekumpulan orang tua di sana. Doni tersenyum mendengarkan.
"Ay gak bilang cerewet, Ay bilang Ibu marah-marah saja," ucap Nadia tersenyum. Doni ikut tersenyum.
Seorang siswa menyalam Nadia. Kemudian Nadia mencium dan memeluknya. Doni yang melihat itu tersenyum. Ternyata memang Nadia sayang pada anak-anak. Fikirnya.
Saat Ay selesai menyalam semua, Ay menghambur ke pelukan Nadia. Nadia menggendongnya membuat Doni tersenyum.
"Nggak ada yang sakit lagi? hm..." tanya Nadia.
"Nggak ada Ibu," ucap Ay.
"Nanti bengkak lho kalau tidak dikasih minyak," ucap Nadia menurunkan Ay di depan ayahnya.
"Ayah... Ini Ay nya pilek, jadi besok pakai masker yah Ayah," ucap Nadia.
"Iya Ay? Pakai masker besok?" tanya Doni.
"Iya Ayah, tadi ingusnya keluar," ucap Nadia.
Mereka pun naik kereta.
"Dadah Nak, Assalamu'alaikum," ucap Nadia.
"Wa'alaikum salam, Ibu," ucap Doni. "Makasih yah Ibu."
"Iya Pak," ucap Nadia mereka pun berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments