"Bilang aja memang maunya," ucap Mala.
"Hahaha."
"Cerita donk nginep semalam," ucap Mala penasaran.
"Hm... Mau tau aja apa mau tau banget?" ucap Nadia.
"Cerita donk dek, penasaran kakak," ucap Mala.
Nadia tersenyum penuh arti dan menceritakannya.
***
Keesokan paginya Nadia agak terlambat datang. Ternyata justru dia yang pertama datang ke sekolah. Nadia menghidupkan lagu-lagu melalui speaker sambil bermain ayunan bersama anak-anak. Kemudian, mengajari anak-anak mengaji di ayunan. Sampai jam 08.00 Ay belum juga datang. Mereka baris-berbaris dan senam sehat. Saat senam dan membaca do'a selesai barulah Ay datang bersama dengan ayahnya. Nadia menyambutnya dengan semangat.
"Kenapa datang terlambat hm?" tanya Nadia berjongkok.
"Kenapa Ay? Coba jawab," ucap ayahnya. Ay diam saja. Nadia menyalam dan mencium Ay dengan gemas. "Hari ini kami semua kesiangan Ibu." Nadia hanya tersenyum.
"Ayo salam ayahnya Nak," ucap Nadia. Ay pun menyalam ayahnya. Saat Nadia meraih pagar, Doni memanggil.
"Ibu..." Nadia berbalik menuju ke arah Doni. Nadia merasa gugup jarak mereka begitu dekat bersebelahan. "Kata eyang Ay, seragam Ay yang sepasang mau dibeli. Jadi nanti ukur aja seukuran Ay yah Ibu, nanti saya datang bayarkan bajunya." Nadia hanya mengangguk tak berani berbicara dan meninggalkan Doni. Doni menatap Nadia cukup lama. Semua mata menatap ke arah Nadia dan Doni.
"Ayah kerja dulu yah Nak, nanti ayah datang lagi ke sini bayar bajunya," ucap Doni.
"Iya ayah," ucap Nadia menutup pagar sambil tersenyum. Doni pun pergi.
"Ibu nanti kita gabung di kelas B?" tanya Ay.
"Iya sayang," jawab Nadia.
"Hm... Kalian cerita apa sih akrab banget?" tanya Mala.
Nadia hanya tersenyum sementara guru yang lain penasaran.
Hari ini ada yang ulang tahun. Ay duduk paling depan. Saat ulang tahun berlangsung, tiba-tiba ayah Ay datang. Nadia pura-pura tidak melihat, dia sibuk dengan ponselnya. Saat Doni memasuki pagar dan mendekat, barulah Nadia menoleh.
"Ay nya mana Ibu?" tanya Doni.
"Masih acara ayah," ucap Nadia. Doni tersenyum.
"Oiya, saya mau bayar bajunya," ucap Doni.
Saat itu Mala keluar dan mengarahkan Doni menuju kantor kepala. Nadia memilih mendekati Ay dan berbisik bahwa ayahnya sudah datang. Ay cepat-cepat menghabiskan makanannya dan segera minum. Saat selesai pembayaran Ay pun berlari setelah mendapatkan makanan dari yang punya hajatan. Ayahnya sendiri memilih duduk di bawah tangga memakai sepatunya. Nadia mengejar Ay.
"Ibunya udah disalam Nak?" tanya Doni. Ay menyalam Nadia. Kemudian Nadia berjongkok dan mencium Ay dengan gemas. Lalu Nadia menggendongnya.
"Ay nya boleh dibawa pulang gak ayah? Biar Ibu ada temannya," ucap Nadia.
"Boleh, iya Ay. Ay di rumah Ibu yah, mau?" tanya Doni. Ay hanya diam saja sedang berfikir.
"Ibu..." panggil sebuah suara diseberang. Doni menatap anak kecil seumuran Ay menuju ke Nadia.
"Sama siapa datang?" tanya Nadia melihat Robi keponakannya. Deg. Doni melihat Robi mirip dengan Nadia.
"Sama ayah, Ibu. Ibu dipanggil ayah," ucap Robi. "Dia siapa ibu?"
"Inilah Ay," ucap Nadia menurunkan Ay, keduanya saling tersenyum dan menatap.
"Ayo Ay!" ajak Doni menahan gundah di dadanya. Nadia dan Robi mengekor.
"Dadah Ay," ucap Robi menuju ayahnya.
"Dadah," jawab Ay.
Nadia tersenyum melihat keduanya tapi tidak dengan Doni.
"Salam Ibu Mala Nak," ucap Mala. Ay menyalam dan Mala menciumnya.
"Hari senin datang yah Nak," ucap Nadia.
"Iya umi," ucap Doni tersenyum.
"Ibu dipanggil Ayah," ucap Robi.
Nadia menuju septor ayah Robi kemudian berbincang. Doni melihat keduanya begitu akrab dan merasa hatinya panas. Saat berbalik Nadia melihat Ay masih di sana bersama ayahnya. Ayahnya melihat ke arah ayah Robi dengan tatapan tidak suka. Mereka pun melewati, namun Nadia masih sempat men-dadah Ay. Doni masih menatap ayah Robi dengan tatapan dingin sampai mereka berlalu dari situ.
Selesai pesta mereka pun beres-beres kemudian makan bersama.
"Aku suka lho gaya Ayah si Ay," ucap Rani yang baru sehat.
Nadia dan Mala saling pandang kemudian tersenyum.
"Iya kayak opa korea," ucap Nadia.
"Gak cocok," ucap Yuni.
"Gini lho, ayahnya Ay itu kan tinggi tapi gak kurus cungkring gitu," ucap Rani.
"Iya kayak opa Korea gitu," ucap Nadia tersenyum. Dia saling pandang dengan Mala. "Aduh... udah tamat kami sama ayah Ay."
"Maksudnya?" tanya Rani.
"Jadi gini, kan aku pernah tanya ke Ay,'Ay ayahnya ganteng atau jelek?' terus dijawab Ay,'Gantenglah Ibu, namanya laki-laki pasti ganteng,' itu kata Ay," ucap Nadia.
"Bijak yah," ucap Rani.
"Terus, aku sampaikanlah sama orang tuanya, eh... ayahnya malah baper, ya udah lah berlanjut," ucap Nadia.
"Hahaha... pantesan kalian akrab kali, karena setau ku ayah Ay itu kayak kulkas berjalan," ucap Rani. Mereka pun tertawa bersama.
"Btw Na, yang tadi sama Na siapa?" tanya Yuni.
"Oh...itu...itu sepupu aku sama anaknya. Kenapa? Naksir? Single parent lho dia," ucap Nadia. Mereka pun tertawa bersama meledek Yuni.
"Nggak woy," ucap Yuni malu.
***
Sementara itu Doni gelisah bolak-balik mengingat Nadia dan pria tadi begitu akrab. Ada hubungan apa mereka? Batin Doni.
"Ayah," panggil Ay mengantuk.
"Iya anak ayah," ucap Doni.
"Ay ngantuk ayah," ucap Ay.
"Ya udah tidur sana," ucap Doni.
"Tapi Ay rindu ibu Nadia ayah, Ay mau ketemu ibu Nadia," ucap Ay merengek. "Ay mau tidur sama Ibu Nadia ayah." Deg. Doni tersenyum mendengar penuturan anaknya.
Doni mem-foto Ay kemudian mengirimnya pada Nadia.
'Ay gak mau tidur ibu. Katanya mau ketemu ibu Nadia.'
Nadia menatap layar ponselnya dan membukanya kemudian tersenyum.
'Gemesnya anak Ibu. Sabar yah Nak, nanti Senin kita jumpa lagi.'
Panggilan VC berlangsung. Nadia menatap layar ponselnya lama memakai jilbabnya dan mengangkat VC nya.
'Ibu...' wajah Ay nongol di layar itu. Sementara Doni tidak kelihatan.
'Kenapa belum tidur anak Ibu? Nanti kurang tidur lho.'
'Ay gak bisa tidur Ibu, Ay rindu ibu Nadia'.
'Oh... So sweet-nya anak ibu, ibu juga rindu sama Ay'.
'Makanya ibu ke sini biar kita jumpa'.
'Hari senin aja yah Nak cantik, Nak sholehah'.
'Kami jemput yah Ibu'.
Deg..
'Senin aja kita jumpa yah Nak'.
'Ibu rindu gak sama ayah?'
Deg...
'Apa sih Nak.' terdengar suara Doni di seberang. Nadia tersenyum.
'M... Rindu gak yah?'
'Rindu apa gak Ibu?'
'Hm... sedikit'. Nadia tersenyum begitu juga dengan Doni.
'Kapan Ibu nikah sama ayah?'
'Apa sih Nak?' Doni merasa tidak enak.
'Maaf yah Ibu, Ay nya suka bercanda'. Dasar bocah, batin Ay.
'Tapi kata eyang tadi ayah sama ibu mau nikah'. Celetuk Ay polos.
Nadia tidak bisa menahan tawanya, Nadia pun tertawa lepas. Doni senang karena Nadia tidak marah atas penuturan putrinya.
'Lucu banget sih kamu Nak, gemesin, ngangenin, udah dulu yah Nak, Ibu mau beres-beres dulu. Ay tidur yang nyenyak jangan lupa buang air kecil, sikat gigi, cuci kaki dan tangan, terus baca do'a'.
'Iya ibu'. Ay mengantuk dan panggilan berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments