Hari ini Nadia datang lebih awal karena piket. Nadia duduk di ayunan seperti biasanya sambil mengajari anak-anak mengaji. Kala itu hujan rintik membasahi di pagi hari. Tak lama Doni berhenti di depan gerbang bersama Ay di atas sepeda motor. Nadia tersenyum mengembang melihat kedatangan mereka. Doni berusaha menahan degupan jantungnya begitu juga dengan Nadia. Nadia segera mendekati mereka.
"Aduh... Tiap hari pakai sandal," ucap Nadia. Ay turun dari sepeda motornya memegang pisang.
"Assalamu'alaikum Ibu," ucap Doni.
"Wa'alaikum salam," ucap Nadia. Ay menyalam Nadia. "Ayo Nak, rintik hujan." Nadia meletakkan telapak tangannya ke atas kepala Ay. Doni tersenyum melihat pemandangan itu. "Oiya, belum salam ayah. Tumben gak naik mobil kalau hujan."
"Iya Ibu, mobilnya lagi di bengkel," ucap Doni sambil menyerahkan tas Ay dan Nadia menerimanya. "Terima kasih yah Ibu."
"Iya Pak," ucap Nadia. "Ayo Nak, oiya salam ayah dulu Nak." Ay pun menyalam ayahnya. "Dadah ayah."
"Dadah," ucap Doni tersenyum melihat mereka.
Saat belajar mereka menyenangkan karena mereka membuat kelinci dari kertas origami. Anak-anak merasa senang begitu juga dengan Nadia.
Saat pulang Nadia mendapati Ay yang lams sekali dijemput. Nadia sengaja meledek Ay.
"Hayo... Ay gak dijemput. Ay udah dilupakan sama ayahnya," ucap Nadia.
"Ibu... Ay mau pulang," ucap Ay merengek. Nadia tertawa semakin menyenangkan menggoda Ay.
"Ayah Ay lupa kalau punya anak," ucap Nadia.
"Ibu..." Ay merengek lagi.
"Kita telfon ayah?" tanya Nadia.
"Iya Ibu," ucap Ay.
Nadia pun menghubungi ayah Ay dengan perasaan berdebar. Nadia menyerahkan ponselnya pada Ay. Ternyata diangkat.
"Assalamu'alaikum Ibu," ucap Doni tersenyum di seberang.
"Ayah... Kenapa belum jemput Ay? Ay mau pulang. Lama kali Ay dijemput," ucap Ay.
"Iya bentar lagi dijemput tante," ucap Doni.
"Siapa ayah? Siapa yang jemput Ay? Gak kedengaran ayah," ucap Ay.
"Hayo... Ay gak dijemput," ucap Nadia kembali meledek. Doni terkekeh di seberang. "Nah... Itu udah datang menjemput. Udah dijemput tante."
Ay pun menyerahkan ponselnya.
"Udah Nak?" tanya Nadia. Ternyata ponsel masih menyala. "Sudah... sudah dijemput Pak."
"Sudah Ibu? Makasih yah Ibu," ucap Doni.
"Iya Pak, Assalamu'alaikum," ucap Nadia.
Doni menghela nafas mendengar suara Nadia di seberang.
"Wa'alaikum salam, ibu," ucap Doni. Nadia pun mematikan ponsel secara sepihak.
***
Pagi ini Nadia datang agak lama walau pun belum masuk. Seperti biasa dia di ayunan mengajari anak-anak mengaji. Satu per satu anak-anak mulai berdatangan. Nadia menyambut mereka. Saat Nadia menenteng tas seorang anak di bahunya, mobil putih itu terparkir.
"Nadia... Ada yang datang," ucap salah seorang guru sambil tersenyum.
"Siapa?" tanya Nadia membalikkan badan melihat mobil putih terparkir.
"Biasa..." ucapnya meledek Nadia.
"Oh... My princess, My baby," ucap Nadia tersenyum membuka pagar. Doni tersenyum menanggapi membuka pintu mobil di belakang menenteng tas Ay kemudian membuka pintu Ay. "Cinta, manja, mengkek Ibu."
"Iya Ibu," ucap Doni.
"Aduh... Kenapa digigit Nak?" ucap Nadia melihat Ay menggigit jilbabnya.
"Ih... Kotor Ay. Jangan digigit Nak," ucap Doni. "Salam Ibu Nak." Ay menyalam Nadia.
"Assalamu'alaikum cantik," ucap Nadia tersenyum menatap Ay.
"Wa'alaikum salam, Ibu," ucap Doni menanggapi. "Nih, tas nya Ay." Nadia pun meraih tas Ay. Doni agak lama memegang tas Ay hingga tangan mereka bersentuhan. Dasar modus. Batin Nadia. "Ini sandalnya Ay, pegang." Ay pun memegang sandalnya. "Salam ayah." Ay pun menyalam ayahnya. "Makasih yah Ibu."
"Iya Pak," ucap Nadia.
Doni menutup pintu depan, namun Nadia dan Ay belum beranjak dari sana karena ada murid yang baru datang. Doni menjulang di depan Nadia menatapnya dengan tersenyum. Nadia yang menyadari itu, sehingga wajahnya memerah menahan malu. Doni semakin gemas melihatnya. Nadia pun segera beranjak menyambut murid yang baru datang. Doni menghela nafas dan memilih untuk pergi.
Saat pulang anak-anak dijemput satu per satu oleh orang tuanya. Saat Nadia mengantar salah seorang murid, Ay menutup pintu gerbangnya dan mengerjai Nadia. Maka Nadia pun berganti mengerjai Ay.
"Dadah Ibu Nadia, gak boleh masuk," ucap Ay.
"Aduh... Kasiannya Ay belum dijemput ayahnya, ayahnya sudah lupa kalau punya anak. Kasian... deh loe..." ucap Nadia tertawa.
"Ibu... Telfon ayah..." ucap Ay.
Nadia tertawa dan membuka gerbangnya.
"Kita telfon ayah?" tanya Nadia.
"Iya," ucap Ay.
Sampai di kelas Nadia dan Ay duduk kemudian, Nadia menghubungi ayah Ay dan me-loudspreaker kan nya.
"Assalamu'alaikum sayang," ucap suara di seberang.
Deg!
"Ayah... Kenapa Ay belum dijemput?" ucap Ay merengek. Nadia pun tersenyum menanggapi.
"Iya, bentar lagi yah sayang yah. Nanti yang jemput eyang yah sayang," ucap Doni.
"Siapa ayah?" tanya Ay.
"Eyang Nak, bentar lagi, oke sayang," ucap Doni.
"Ayah bilangin yah jemput Ay," ucap Nadia.
"Ay tinggal sendiri di kelas ayah, temennya semua udah pulang, bilang gitu Nak," ucap Nadia tertawa kecil yang terdengar oleh Doni. Doni tersenyum menanggapi.
"Iya sayang, iya... bentar lagi yah Nak," ucap Doni.
"Iya ayah," ucap Ay.
"Udah yah Nak, ayah tutup yah Nak," ucap Doni.
Tak lama eyang Ay pun menjemput.
"Maaf yah Ibu lama dijemput. Ayahnya terlambat memberitahu," ucap eyangnya.
"Iya eyang gak papa. Kalau saya tidak masalah eyang, yang kasian Ay nya," ucap Nadia. "Karena semua temennya udah pulang."
"Iya Ibu, salam Ibu nya Nak," ucap eyang Ay.
Ay pun menyalam Nadia dan menyalam Mala yang ada di sana.
"Aduh... eyang cantik," ucap Mala.
Nadia pun tersenyum menanggapi. Mereka pun berlalu.
"Kak, tadi kan Ay telfon ayahnya, trus kan aku loud speaker kan dijawab ayahnya, iya sayang," ucap Nadia.
"Hah... ayahnya bilang sayang samamu atau sama Ay?" tanya Mala menggoda.
"Yah sama Ay lah, gak mungkin lah sama aku kak," ucap Nadia.
"So sweet banget yah ayah Ay," ucap Mala. Nadia tersenyum menanggapi.
Sementara Doni tersenyum sendiri saat menerima telfon tadi. Kebetulan tadi lagi rapat ada telfon dari Nadia, Doni ingat bahwa Ay belum dijemput. Maka Doni meminta eyangnya Ay menjemput Ay. Doni juga mengatakan sayang ditelfon. Doni juga me-Loud speaker ponselnya. Sehingga peserta rapat yang hadir tersenyum mendengar pembicaraan Doni dan putrinya. Namun saat Nadia berbicara di seberang, para peserta rapat juga mendengarnya. Mereka juga tersenyum dan saling berbisik satu sama lain. Doni tidak ingin Nadia ditanggapi yang aneh oleh peserta rapat sehingga Doni segera menyudahi pembicaraannya dengan Ay.
Hm... sayang... Kapan aku benar-benar bisa mengatakan kata-kata sayang itu yah secara langsung padanya. Batin Doni tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments