Rencana

"Ay mau main dulu yah ibu," ucap Ay. Nadia pun menurunkan Ay. Saat pulang Ay dijemput oleh tantenya. Ayahnya tidak bisa menjemput.

Keesokan harinya

"Ayah, Ay mau sekolah," ucap Ay pada ayahnya.

"Tapi tangan ayah sakit Nak, ayah gak bisa anter, gak ada yang bisa anter Ay," ucap Doni.

"Tangan ayah sakit gara-gara Ay semalam?" tanya Ay menangis sesenggukan.

"Gak papa Ay, udah jangan nangis lagi yah anak cantik ayah. Senyum donk!" ucap Doni. Ay pun tersenyum memeluk Doni.

"Nanti ke dokter yah ayah," ucap Ay.

"Baik tuan putri," ucap Doni. Ay pun tersenyum.

Sementara itu, Nadia merasa gelisah menunggu kedatangan Ay yang tak kunjung datang. Mungkin terlambat. Batin Nadia. Sampai selesai baris, senam dan do'a. Ay dan ayah gantengnya tak kunjung datang.

"Kenapa gelisah dek?" tanya Mala melihat gelagat Nadia.

"Gak ada kak," ucap Nadia.

"Gelisah yah karena Ay gak datang?" tanya Mala. Nadia mengangguk. "Gelisah karena gak jumpa Ay nya atau gak jumpa ayah gantengnya?" goda Mala.

"Ah... Kakak ini," ucap Nadia malu.

"Hm... mungkin tangannya masih sakit Na," ucap Mala mengingatkan kejadian semalam.

"Iya yah Kak," ucap Nadia ingat kejadian semalam. Tiba-tiba wajahnya memerah karena malu mengingat kejadian semalam.

Tet... tet...

'Assalamu'alaikum Ibu, Ay izin yah Ibu gak masuk, karena gak ada yang anterin.'

Nadia tersenyum melihat pesan yang masuk.

"Siapa dek?" tanya Mala penasaran. "Hm... Ayah ganteng yang kasih kabar yah?" goda Mala. Aku hanya tersenyum

Nadia merasa gelisah tidur malam karena tidak bertemu dengan Ay, lebih tepatnya sekalian dengan ayahnya. Hahaha. Begitu juga Doni merasa gelisah tidur malam itu.

Keesokan harinya Nadia piket. Maka Nadia hadir lebih cepat dari yang lain. Seperti biasa Nadia duduk di ayunan menunggu siswa-siswa yang hadir. Saat siswa hadir, Nadia mengajari mereka mengaji dan membaca, begitu juga dengan kelas yang lain. Tiba-tiba saja Ay dan ayahnya sudah muncul di gerbang sekolah. Nadia masih fokus mengajari siswa di depannya sehingga tidak menyadari kehadiran mereka. Sementara Doni lama menatap Nadia yang begitu serius mengajari siswanya. Saat Nadia menoleh ke gerbang, Nadia langsung tersenyum dan turun dari ayunannya.

"Ay... Ya Allah... Cantik kali Nak," ucap Nadia mendekat. Ayahnya tersenyum. "Rindu kali Ibu Nak, kenapa semalam gak datang?" Ay turun dan Nadia memeluk Ay. Ay juga memeluk Nadia. Sementara Doni tersenyum senang.

"Iya Ibu, semalam Ay gak ada yang antar," ucap Doni mengambil bekal dan tas Ay dan Nadia mengambilnya dari tangan Doni. Nadia merasa gugup masih ada perban di sikunya.

"Ay rindu gak sama Ibu?" tanya Nadia. Ay melepaskan pelukannya dan tertawa menatap ayahnya. Ayahnya tersenyum begitu juga dengan Nadia yang memperlihatkan giginya yang tersusun rapi menambah pesonanya di pagi itu. "Ayo Nak," ajak Nadia. "Oiya, salam dulu ayah Nak."

Doni pun menyerahkan tangannya dan Ay mencium tangan ayahnya.

"Ayah kerja dulu yah Nak," ucap ayahnya.

"Iya ayah, dadah ayah," ucap Nadia.

"Makasih yah Ibu," ucap Doni.

"Iya ayah," ucap Nadia berbalik. Doni tersenyum mendengar ucapan Nadia.

Doni menatap mereka sampai ke kelas.

"Ay rindu gak sama Ibu?" tanya Nadia.

"Rindu Ibu," ucap Ay tersenyum. Nadia pun memeluk Ay dengan gemas dan menciumnya.

"Lucu banget sih, boleh Ibu culik gak bawa pulang?" tanya Nadia.

"Jangan Ibu, nanti ayah ganteng marah," ucap Ay. Nadia pun semakin gemas memeluk dan mencium Ay.

Saat bermain Ay mendekati Nadia.

"Ibu mau beli es krim gak? Saya jualan es krim," ucap Ay menghayati perannya sebagai penjual es krim.

"Boleh Nak, minta satu yah," ucap Nadia. Ay menyerahkan bola kecil sebagai es krimnya.

"Uangnya bu, mana?" tanya Ay. Nadia pun berpura-pura memberikan uangnya.

"Uangnya pas yah bu," ucap Ay. Nadia pun tertawa melihat kelucuan Ay berpura-pura jualan es krim.

Keesokan harinya Nadia datang agak terlambat karena hari itu tidak piket. Nadia memilih untuk duduk di ayunan sambil menghidupkan lagu anak-anak dari aplikasi merah. Hari ini Mala yang piket. Saat baris-berbaris Mala memberi kode pada Nadia ada murid yang datang. Nadia memperhatikan mobil terparkir di depan gerbang. Nadia mendekati gerbang itu dan Doni keluar dari mobil. Nadia tersenyum senang dan berusaha menahan debaran jantungnya. Nadia membuka pagar sedikit.

"Hai..." sapanya.

"Assalamu'alaikum Ibu," sapa Doni membuka pintu sebelahnya dan menyembul kepala Ay kemudian turun dari mobil.

"Wa'alaikum salam, cantik," ucap Nadia meraih tangan mungil Ay dan Ay pun menciumnya. "Cium dulu sayang." Doni tersenyum. "Duh... gemesnya."

Nadia mensejajarkan dirinya di depan Doni. Keduanya saling melirik dan membuang muka merasa malu satu sama lain.

"Ini Nak, air minumnya ambil," ucap Doni menghilangkan kegugupannya.

Nadia meraih tas dan botol minum Ay. Doni tersenyum kikuk begitu juga dengan Nadia.

"Ibu... Ibu... M... Nanti Ibu di kelas yang sama sama Ay?" tanya Ay. Nadia dan Doni gemas mendengar pertanyaan Ay.

"Nggak sayang," ucap Nadia lembut. Doni merasa berdebar menatap Nadia sebentar kemudian beralih ke Ay. "Kita pisah dulu yah Nak." Nadia bernada sedih seolah menangis. Doni nyaris tertawa melihat Nadia yang menjawab seperti itu terlihat begitu menggemaskan. Nadia merasa malu. "Sampai... Ibu Rani sehat, oke." Doni tersenyum melihat keduanya secara bergantian. Sudah dua hari ini Nadia mengganti Rani yang sakit.

"Udah yuk, masuk... eh... salam ayahnya dulu Nak," ucap Nadia.

Ay pun menyalam Doni.

"Dadah ayah... bilang lah Nak," ucap Nadia.

"Dadah ayah..." ucap Ay.

"Dadah..." ucap Doni. "Makasih yah ibu."

"Iya ayah..." jawab Nadia.

Doni semakin merasa berdebar. Seharian dirinya merasa senang bahkan di tempat bekerja dia merasa tenaganya bertambah mengingat momennya bersama Nadia, Guru dari anaknya. Tapi, dia belum berani mengambil keputusan. Perasaan takut ditolak karena dia pernah gagal menikah dan berakhir dengan perceraian.

Sementara eyangnya Ay juga terus mendesaknya agar segera mencarikan calon pengganti untuk ibu nya Ay. Sampai-sampai eyang Ay merasa gemas sendiri dan ingin menjodohkan anaknya dengan keponakan sahabatnya.

Kring... kring...

"Iya Ma..." jawab Doni.

"Nak, nanti cepat pulang yah sekalian jemput Ay ada acara di rumah," ucap mamanya, Santi.

"Baik Ma," ucap Doni patuh.

Sementara itu Wulan, bibinya Nadia menghubungi Nadia untuk datang ke lokasi perwirid-an. Agar Nadia bisa bersosialisasi dengan banyak orang. Nadia menyepakati hal yang disampaikan Wulan. Wulan merasa senang dan segera menyampaikan berita gembira itu kepada Santi. Mereka sudah memiliki rencana yang akan mereka buat untuk kedua pasangan itu. Sementara tanpa mereka sadari keduanya sudah terhubung oleh Ay. ☺️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!