Menginap

Doni menjemput Ay tepat waktu. Mala dan Nadia sudah ada di sana juga. Mala begitu banyak mengoceh membuat Doni pusing, namun dia tetap merasa senang dapat mencuri-curi pandang ke arah Nadia yang tersenyum dan tertawa serta bercanda dengan Ay.

"Ay nya boleh dibawa pulang gak ayah?" tanya Nadia. Doni merasa terkejut. "Biar rame ada yang temani Ibu, mau yah?" Doni tersenyum penuh arti.

"Tapi Ay bilang, nggak boleh Ibu, nanti ayah ganteng marah," ucap Mala. Nadia pun tersenyum mengangguk. Doni merasa malu.

"Dadah Nak, dadah Sayang," ucap Nadia yang tidak rela melepas Ay.

"Dadah ibu," ucap Ay. Doni tersenyum. Mereka pun berlalu.

"Kak, aku disuruh bibi ke alamat ini," ucap Nadia menunjukkan alamat yang diberikan bibinya melalui ponsel.

"Tapi kakak gak bisa Na, kakak ada pertemuan di sekolah anak kakak," ucap Mala.

"Ya udah deh kak, aku naik ojol aja, lagian dekat kan tempatnya," ucap Nadia.

"Maaf yah Na," ucap Mala.

"Iya kak, gak papa," ucap Nadia.

Nadia pun memesan ojol. Tak lama ojol pun muncul. Mereka pun berjalan dengan kecepatan sedang. Saat di lampu merah, kendaraan antri. Ay melihat-lihat ke arah luar.

"Ibu Nadia... ayah... itu ibu Nadia," ucap Ay semangat.

Doni langsung mengarahkan pandangannya ke arah perempuan cantik yang memakai helm di belakang ojol entah kenapa dia merasa cemburu. Padahal Nadia meletakkan tasnya di antara mereka agar berjarak. Lampu hijau menyala Nadia dan ojolnya segera berlalu. Doni mengikuti dari belakang. Entah kenapa dia merasa bertanggung jawab. Sampailah mereka di perumahan elit. Nadia turun dan memberikan ongkos. Sementara Doni memarkirkan mobilnya di garasi mobil. Beberapa orang sudah ada yang datang.

Lho, ternyata tujuannya sama. Mau apa dia ke rumahku? Batin Doni. Ay segera turun dan berlari mengejar Nadia tanpa bisa Doni cegah.

"Ibu Nadia," panggil Ay memeluk kaki Nadia.

"Hai anak cantik, ngapain di sini? Mana ayah?" tanya Nadia berjongkok sambil melihat kedatangan Doni ke arah mereka.

"Ini rumah Ay ibu," ucap Ay tersenyum.

Deg. Rencana apa ini ya Allah. Batin Nadia berusaha berfikir positif.

"Nadia... sudah datang?" ucap Santi menyambut Nadia sambil memeluknya. Nadia ingat Santi adalah teman bibinya. Nadia menyalam Santi. Kemudian berganti Doni menyalam Santi.

Deg. Kali ini Doni merasa ada sesuatu.

"Bibi mu ada di dalam, ayo masuk Nak," ucap Santi menarik tangan Nadia.

"Ay eyang," celetuk eyangnya.

"Duh... anak pinter sini Ibu gendong," ucap Nadia menggendong Ay dan menciumnya.

Doni tersenyum penuh arti. Santi menatap Doni dengan tatapan mengartikan, namun Doni tak faham.

"Jadi Nadia gurunya Ay?" tanya Santi.

"Iya Ibu," ucap Nadia gugup.

"Doni... ini lho keponakan sahabat mama, namanya Nadia, kenalan dulu donk," ucap Santi.

"Ayah dan Ibu Nadia sudah saling kenal eyang. Mereka sering ketemu saat ayah antar Ay ke sekolah," ucap Ay polos.

"Hah... iya?" Santi tampak terkejut dan membulatkan matanya.

"Iya kan ayah? Iya kan Ibu Nadia?" tanya Ay. Keduanya merasa gugup.

"Sudah sampai Na?" tanya Wulan pada Nadia. Nadia menyalam Wulan. Kemudian dilanjut Doni.

"Kalian kok kompakan?" ucap Santi tersenyum penuh arti kepada Nadia dan Doni.

"Em... Ma... Bi... Doni ke kamar dulu yah," ucap Doni. "Bu..." Sambungnya mengangguk pada Nadia. Nadia mengangguk gugup.

"Ayah... Ay ikut..." Ay turun dari gendongan Nadia mengekori ayahnya.

"Aduh... bener-bener anak itu," ucap Santi gemas. "Jadi, Nadia sudah sering ketemu Doni?"

"Sudah Ibu," ucap Nadia.

"Menurut kamu Doni bagaimana?" tanya Santi penasaran.

Deg... Maksudnya apa? Batin Nadia. Nadia hanya tersenyum tak menjawab.

"Jangan senyum aja. Gini Nak, Bunda dan Ayah Ay sudah lama bercerai. Jadi, Ibu sedang cari calon untuk anak Ibu. Ibu merasa Nadia cocok buat Doni apalagi Nadia dekat dengan Ay kan?" ucap Santi berterus terang.

"Aduh Ibu... saya..."

"Kenapa? Kamu sudah punya calon?" tanya Santi penasaran.

"Bukan begitu Ibu, Nadia belum punya calon. Tapi Nadia... malu Ibu," ucap Nadia.

"Kenapa malu Nak. Kamu sayang gak sama Ay?" tanya Santi.

"Sangat sayang Ibu, Nadia sangat menyayangi Ay," ucap Nadia jujur.

"Alhamdulillah... Kalau begitu sudah oke," ucap Santi semangat. "Kita akan besanan Lan." Santi dan Wulan saling berpelukan.

Sementara itu Doni berbaring di tempat tidurnya dengan perasaan berdebar tidak karuan. Wajahnya terus tersenyum penuh arti.

"Ayah..." panggil Ay.

"Apa sayang?" tanya Doni memeluk dan mencium Ay.

"Ayo turun... di bawah ada Ibu Nadia. Ay mau main sama ibu Nadia," rengek Ay.

"Ganti baju dulu yah cantik," ucap Doni.

"Ay... Ayah bisa minta tolong?" tanya Doni.

"Minta tolong apa ayah?" tanya Ay polos.

Kemudian Doni mengatakan sesuatu kepada Ay membuat Ay mengangguk.

"Oke ayah..." ucap Ay tersenyum menampakkan giginya yang rapi.

Wirid berlangsung dengan khidmat. Nadia dan Ay saling bermain sambil bercanda dan tertawa. Santi, Wulan dan Doni melihat dengan senang keakraban mereka. Tidak ada kepura-puraan dan tidak ada kemunafikan yang ditunjukkan di sana. Semuanya sangat natural yang dilakukan oleh Nadia kepada Ay. Satu per satu orang yang datang pun pulang. Tinggallah Nadia, Wulan, Santi, Doni dan Ay.

"Ibu pulang dulu yah Nak?" ucap Nadia pada Ay. Ay tampak mengantuk dan mengucek-ucek matanya. "Jangan dikucek Nak, nanti merah." Nadia memegang tangan Ay.

"Ay ngantuk Ibu, Ay mau tidur," ucap Ay menguap.

"Ya udah tidur di kamar," ucap Nadia.

"Gak mau Ay maunya tidur sama Ibu," ucap Ay. Deg. Nadia merasa berdebar.

"Ya udah nginap aja di sini Nadia," ucap Santi. "Wulan juga."

"Aduh... gak usah ibu, nanti ngerepotin," ucap Nadia.

"Iya Na... Udah malem. Bibi nginep di sini aja mau nostalgia sama Santi," ucap Wulan semangat. Nadia melongo.

"Atau kalau mau pulang biar diantar Doni aja," ucap Santi tersenyum. "Anak gadis gak baik malem-malem diantar ojol laki-laki nanti ada apa-apa di jalan."

Ayah Ay kan juga laki-laki ibu. Batin Nadia menggigit bibir.

"Ayo ibu... Ay udah ngantuk. Tadi ayah bilang Ay harus bilang sama Ibu Nadia agar nginep di sini," ucap Ay merengek.

Deg. Ay... Ya Allah polosnya anakku. Batin Doni malu.

Santi dan Wulan saling berpandangan. Nadia semakin tidak enak dan merasa malu. Dengan langkah berat Nadia melangkah menuju kamar Ay dengan tarikan tangan mungil Ay di genggamannya.

Kamar Ay bernuansa pink khas kamar anak-anak. Tersusun rapi dan harum. Nadia membawa Ay ke kamar mandi yang ada di kamar itu untuk buang air kecil, cuci kaki dan tangan, sikat gigi dan berganti pakaian. Setelahnya Nadia membimbing Ay baca do'a kemudian tak lama Ay pun tertidur.

"Duh... pulesnya anak Ibu tidur. Lucu banget sih. Pengen dicium terus. Gemes," ucap Nadia.

Tok...tok...tok...

Nadia kaget ada yang mengetuk pintu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!