"Siapa?" tanya Nadia.
"Ehm... Ayah Ay," jawab suara di luar.
Deg. Nadia merasa berdebar dan langsung memakai jilbabnya kembali. Nadia membuka pintu, Doni menunggu dengan tidak sabar. Pria jangkung itu menjulang di depan Nadia. Nadia tidak berani menatap hanya menunduk. Nadia menatap bungkusan plastik di tangan kanan Doni.
"Sudah tidur?" tanya Doni melongok ke dalam. Nadia memberi celah, jarak mereka begitu dekat membuat Nadia berdebar. Doni sengaja melakukannya.
"Sudah Pak," ucap Nadia. Doni tersenyum kembali menatap Nadia yang masih terus menunduk dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Ini..." ucap Doni menyerahkan bungkusan itu ke arah Nadia.
"Ini apa?" tanya Nadia mengerutkan keningnya, mengintipnya sedikit kemudian tersenyum. Doni beranjak dari situ. "Tunggu." Doni berbalik. Kali ini Nadia dengan berani menatap Doni. "Terima kasih... Pak."
Nadia segera berbalik, masuk ke kamar dan menutup pintunya dengan hati yang berdebar.
Kenapa kamu begitu menggemaskan? Batin Doni tersenyum yang masih mematung di tempatnya.
Sementara itu Santi dan Wulan kepo mengintip ke arah mereka. Sebenarnya mereka yang memaksa Doni untuk menyerahkan bungkusan itu pada Nadia. Bungkusan baju tidur, baju ganti untuk besok dan peralatan mandi.
"Bener kan mereka ada chemistry," ucap Santi.
"Liat mereka tadi San, aku yang jadi deg-deg an," ucap Wulan.
Keesokan harinya Nadia bangun seperti biasa melaksanakan sholat Subuh dan mengaji di aplikasi ponselnya. Sementara Ay terbangun dan mengucek matanya melihat Nadia yang sedang mengaji. Nadia melirik ke Ay.
"Kenapa Nak?" tanya Nadia.
"Pipis Ibu," ucap Ay.
"Bisa sendiri?" tanya Nadia.
"Bisa Ibu," jawab Ay.
Nadia pun melanjutkan mengajinya. Ay keluar dari kamar mandi dan duduk di sebelah Nadia memperhatikan Nadia.
"Ibu mengaji?" tanya Ay. Nadia menyudahi kajinya.
"Iya, Ay mau ngaji juga?" tanya Nadia. Ay mengangguk. "Sholat subuh dulu yah? Mukenah nya ada kan?"
"Ada Ibu, kan sering Ay pakai kalau sekolah di hari Jum'at," ucap Ay.
"Oh iya Ibu lupa. Ayo ambil wudhu dulu," ucap Nadia.
Kemudian Nadia mengajari Ay cara berwudhu, sholat, dan terakhir mengaji. Setelahnya, Nadia mengajak Ay mandi, berganti pakaian sekolah dan menyiapkan bekal untuk di bawa ke sekolah dan sarapan di rumah.
Sementara itu, Doni sudah selesai berpakaian untuk bekerja. Doni menuruni tangga dan mendapati Nadia sudah berada di ruang makan mempersiapkan sarapan. Doni tersenyum melihat Nadia yang sudah mengenakan pakaian gamis yang diberikannya semalam. Nadia menatap ke arah tangga dan langsung merasa gugup karena kehadiran Doni di sana. Nadia berusaha menetralkan jantungnya.
"Ay mana?" tanya Doni mencari topik.
"Oh... m... bangunin eyangnya," ucap Nadia menunduk.
"Wah... kamu masak sarapan, Na?" tanya Santi.
"Ayah..." Ay langsung memeluk laki Doni.
"Iya Ibu, hanya nasi goreng aja kok," ucap Nadia.
"Kenapa repot-repot Nak?" ucap Santi. "Ibu jadi gak enak."
"Gak papa ibu, kebetulan Ay bilang tadi lapar," ucap Nadia.
"Ya udah, ayo kita makan," ucap Santi.
Mereka pun sarapan bersama.
"Enak ayah," ucap Ay memakan nasi gorengnya. "Bu Nadia nanti Ay bawa bekal ini yah. Masakan ayah gak enak. Masakan Ibu enak." Mereka pun tertawa mendengar celotehan Ay.
"Ay... gak boleh bilang gitu," ucap Nadia. "Nanti Allah marah lho!"
"Maaf ayah," ucap Ay. Doni pun tersenyum
menanggapi begitu juga dengan yang lain.
"Bijaknya Ay," komen Wulan.
"Hm... sekarang minta maaf nanti Ay ulang lagi," ucap Santi.
"Ayah... tadi Ay sholat dan ngaji sama ibu Nadia," ucap Ay.
Doni tersenyum namun dalam lubuk hatinya merasa bersalah. Dia bersyukur ada Nadia yang membimbing Ay.
"Pinternya cucu eyang, makasih yah Nadia," ucap Santi. Nadia tersenyum.
Selesai sarapan Nadia, Doni, dan Ay berada di dalam mobil yang sama. Ay memaksa Nadia untuk duduk di bangku depan untuk memangku Ay. Nadia merasa gugup sekali. Sementara itu Wulan masih menemani Santi.
Nadia dan Doni mendengar ocehan Ay. Sesekali mereka menanggapi, tersenyum, tertawa bersama, dan saling pandang. Saat sampai di gerbang sekolah. Mereka pun turun.
"Makasih yah Pak," ucap Nadia.
"Sama-sama Ibu," jawab Doni.
"Salam ayah Nak," ucap Doni. Ay mengabaikan Doni malah memilih mencium tangan Nadia. Nadia pun gemas dibuatnya dan mencium Ay. Doni tersenyum melihat mereka.
"Salam ayah Nak," ucap Nadia. Ay pun menyalam ayahnya dengan malas. "Ay kenapa? Merajuk yah?"
"Gitulah Ibu, Ay nya memang suka bercanda kok Ibu," ucap Doni.
"Hm..." Nadia hanya menanggapi dengan senyuman.
"Ayah pergi yah Nak, sudah terlambat," ucap Doni.
"Iya ayah," ucap Nadia. Sementara Ay mengabaikan ayahnya.
"Makasih yah Ibu," ucap Doni.
"Iya ayah," jawab Nadia.
Doni pun berlalu dengan perasaan yang bahagia.
"Ibu nanti kita sekelas lagi?" tanya Ay.
"Iya sayang, nanti kita sekelas lagi, hore..." ucap Nadia. Ay pun merasa senang.
Hari ini mereka praktek sholat. Setelahnya mereka makan bersama. Ay semangat makan nasi gorengnya dan memamerkan pada teman-temannya Nadia tidur dan masak nasi gorengnya. Tidak seperti biasa kali ini makanan Ay habis.
"Hm... Senenglah yah," ucap Mala dan ditanggapi guru yang lain. "Kami tunggu undangannya lho."
"Apa sih kak?" ucap Nadia malu karena diledekin.
"Asalkan kamu bahagia, kami juga bahagia dek," ucap Mala. Nadia pun tersenyum penuh arti.
Saat pelajaran usai Nadia dan guru lainnuya menunggu anak-anak dijemput. Sementara Nadia memilih duduk di ayunan. Tiba-tiba ayah Ay jemput. Ay segera berlari dan memeluk kaki ayahnya.
"Salam Ibu Nak," ucap Nadia.
"Salam Ibunya Nak," ucap ayahnya. Ay malah menyalam ayahnya. "Ibunya Nak."
Nadia memilih berjongkok meraih tangan Ay. Ay pun mencium punggung tangan Nadia.
"Cium dulu yah," ucap Nadia mencium Ay kemudian membetulkan jilbab Ay. Doni pun tersenyum. "Ibu Mala Nak, Ibu Mala gak disalam?"
"Ibu Mala Nak," ucap ayahnya.
"Gemesnya..." ucap Nadia membelakangi Doni. Ay berlari menyalam Mala.
"Siapa yang jemput Ay?" tanya Mala.
"Ayah ganteng," ucap Ay.
"Hm... Ayah ganteng," ucap Nadia.
Doni merasa malu.
"Bangga kali si Ay nya yah Pak, selalu bilang ayah ganteng," ucap Mala.
Doni pun merasa malu.
"Dadah Nak, besok datang yah," ucap Nadia.
"Iya ibu," ucap Doni.
"Ibu Nadia gak ikut pulang? Ayo Ibu," ajak Ay.
"Gak dulu yah sayang, Ibu lagi ada kerjaan. Kapan-kapan lagi yah Nak," ucap Nadia melirik ke arah Doni.
"Tapi Ay mau makan masakan Ibu, nanti Ay gak mau makan," ucap Ay.
"M... besok Ibu masakin deh buat Ay, gimana?" ucap Nadia mencoba bernegosiasi.
"Janji yah Ibu," ucap Ay.
"Iya sayang, Ibu cium lagi yah." Nadia pun mencium Ay lagi.
"Makasih yah Ibu," ucap Doni.
"Iya ayah," ucap Nadia.
"Iya Pak," ucap Mala. "Kau dek."
"Udah terbiasa jadinya kak," ucap Nadia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments