Semakin Dekat

Hari ini Nadia berangkat lebih cepat. Seperti biasa berada di ayunan. Tak lama Doni dan Ay datang dengan septor.

"Ay cantik imut," ucap Nadia mendekat. Doni terlihat kaku namun sesekali melirik ke arah Nadia. "Assalamu'alaikum, apa ini yang masuk ke mulut Nak?" Ay melepeh bungkus permen dari mulutnya.

"Wa'alaikum salam Ibu," jawab Doni sembari menyerahkan tas Ay. Namun Ay cuek saja. Maka Nadia pun menarik tas Ay dari tangan Doni dibarengi dengan senyuman Doni. "Bentar Ibu," sambung Doni saat Nadia ingin mengajak Ay masuk. Doni membuka jok keretanya dan mengambil bekal makan Ay dan menyerahkan pada Nadia.

"Salam ayahnya Nak," ucap Nadia. Ay pun menyalam ayahnya. Saat Nadia mengajak Ay masuk Doni kembali menyahut.

"Ibu nanti siang saya ke sini lagi mau jemput baju seragam Ay," ucap Doni.

"Hm?" Nadia menaikkan alisnya seolah heran bukannya semalam sudah. Doni faham dan tersenyum melihat ekspresi Nadia.

"Semalam baju orange nya belum ada Ibu, katanya siang ini baru ada, jadi nanti saya..." Doni tak jadi melanjutkan karena terkesima menatap Nadia yang cantik dengan balutan jilbab hitam pada pagi itu.

"Oh...iya...iya..." jawab Nadia tersenyum. Manis sekali membuat Doni berdebar. Doni pun melajukan keretanya sambil melirik ke arah Nadia.

***

Hari ini Ay tidak masuk Nadia merasa sangat kesepian karena gak ada yang bisa ngerecokin. Nadia memberi pesan ke Doni.

'Assalamu'alaikum, semoga Ay cepat sehat yah. Udah rindu dengar celotehan Ay.'

'Wa'alaikum salam, ibu. Aamiin ya Allah. Terima kasih ibu.'

Hari kedua juga dilalui Nadia dengan rasa sepi.

Di hari ketiga, Ay diantar Doni dengan septornya. Doni melihat ke sekeliling mencari keberadaan Nadia. Nadia berada di ayunan. Nadia merasa senang segera mendekati Ay.

"Ay Love You, Assalamu'alaikum,"ucap Nadia. Doni terkejut dan tersenyum menatap Nadia. Nadia segera menggendong Ay karena rindunya. Doni merasa senang melihat kebersamaan mereka. " Udah sehat Nak?"

"Pergi yah Ibu," ucap Doni. Nadia hanya mengangguk menggendong Nadia ke dalam.

"Duh... Rindunya Ibu," ucap Nadia. "Ay rindu Ibu gak?"

"Rindu Ibu," ucap Ay.

"Kenapa gak dateng dua hari?" tanya Nadia.

"Ay demam Ibu," jawab Ay.

"Sekarang udah sehat?" tanya Nadia.

"Sudah Ibu," jawab Ay.

"Kenapa jadi sakit? Gak mau makan yah?" tanya Nadia.

"Makan, Ay makan sup, makan buah," ucap Ay.

"Udah berobat? Minum obat gak?" tanya Nadia. Ay menggeleng. "Kenapa gak suka minum obat?"

"Nggak Ibu," ucap Ay tertawa. Mungkin dia teringat drama minum obatnya. "Ay mau main Ibu." Nadia pun bermain dengan riang bersama teman-temannya.

Mendadak Nadia mendapat tugas luar dari sekolah. Ay merasa sedih karena Nadia tidak ada. Saat ayahnya datang menjemputnya, Ay tampak cemberut. Doni menatap sekeliling mencari keberadaan Nadia namun tidak ada.

"Kenapa anak ayah? Kenapa wajahnya ditekuk?" tanya Doni.

"Ay sedih ayah ibu Nadia pergi gak ajak Ay," ucap Ay yang sudah duduk di atas septor.

"Emangnya ibu Nadia kemana?" tanya Doni penasaran.

"Gak tau ayah, tadi Ibu Nadia pergi," ucap Ay.

"Besok bisa ketemu lagi kan anak ayah?" ucap Doni. "Jangan sedih yah."

***

Keesokan harinya Nadia cepat datang karena piket. Walau semalam agak lelah namun Nadia tetap melaksanakan tugasnya.

"Ay gak rewel semalam kak?" tanya Nadia.

"Rewel," ucap Mala. "Semalam ayah gantengnya yang jemput. Kalian sudah tahap mana sih?"

"Ih... Apa sih kakak ini," ucap Nadia malu.

Tak lama berbaris dan senam seperti biasa. Nadia merasa gelisah karena Ay belum datang juga. Nadia menatap ke gerbang berkali-kali dan mendatangi gerbang berkali-kali karena murid yang datang terlambat. Saat Nadia ingin menuju gerbang, mobil putih itu terparkir di sana agak lama. Nadia menatap dari jauh dan mendekati, tak lama Doni turun dari mobil. Nadia tersenyum menatap Doni. Doni terpesona dengan senyuman Nadia.

"Maaf yah Ibu, terlambat," ucap Doni membuka pintu sebelahnya.

"Cintaku, sayangku," ucap Nadia membuat Doni kaget. "Ayshila Husna," sambung Nadia. "My baby, duh cantiknya anak Ibu." Ay tersenyum dan mendekati Nadia. "Assalamu'alaikum cantik." Nadia mencium Ay. Doni tersenyum melihat mereka. Nadia tersenyum melihat Doni yang merasa ge-er. "Salam ayahnya Nak." Ay pun menyalam ayahnya. Doni menyerahkan tas kepada Ay namun Ay mengabaikannya. Nadia meraih tas Ay dan menyandangnya. Mala ikut berada di situ.

"Permisi yah Ibu," ucap Doni gugup menatap Nadia dan Mala.

Tak lama datang septor dari belakang murid mereka yang lain. Ternyata Doni dan ayah murid mereka yang lain saling mengenal. Mereka saling mengobrol. Doni menatap pandangan mata temannya itu ke arah Nadia cukup lama. Doni merasa tidak suka. Ternyata bukan hanya aku yang terpesona dengan kecantikannya, batin Doni menatap punggung Nadia yang menjauh.

Saat baris berbaris selesai semua masuk ke kelas. Ay mendekati Nadia.

"Ibu... Ibu gak akan tinggalin Ay lagi kan?" ucap Ay yang sedih dan ingin menangis. Nadia nyaris tertawa melihat ekspresi Ay yang menggemaskan.

"Nggak sayang, Ibu gak akan tinggalin Ay lagi," ucap Nadia. Ay tersenyum menampakkan gigi susunya yang tersusun rapi. "Bentar lagi kita mau wisata lho."

"Kemana Ibu? Ay ikut yah Ibu," ucap Ay semangat.

"Nanti dikabari yah Nak kalau sudah pasti," ucap Nadia. "Sekarang kita belajar dulu." Ay mengangguk patuh.

Doni tersenyum sendiri saat berada di tempat tugasnya. Dia mengingat-ingat momennya saat mengantarkan Ay. Menjadi rutinitas yang dinanti-nantikannya karena bisa menatap perempuan yang disukainya. Kapan waktunya aku bisa mengkhitbahnya yah. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya terus. Aku juga tidak suka jika orang lain menyukainya juga, batin Doni. Tapi bagaimana kalau dia menolakku karena statusku yang duda dan pernah gagal membina rumah tangga? Doni merasa galau.

***

Nadia datang agak lebih cepat hari ini. Namun perut Nadia merasa tidak enakan. Dia ingin libur namun merasa sayang. Nadia memutuskan untuk tetap masuk. Anak-anak sudah mulai banyak yang berkumpul. Nadia seperti biasa memilih di ayunan. Saat baris-berbaris Nadia belum lihat Ay muncul. Nadia memilih berbaris di dekat gerbang menghadap anak-anak. Saat tepukan semangat, Doni dan Ay datang.

Doni menatap Nadia tersenyum, kemudian mengatakan pada Ay,"Tuh liat Ay semua pada semangat."

Nadia mendekati Ay dan Doni dengan senyumannya.

"Assalamu'alaikum," ucap Nadia menyalam Ay.

"Wa'alaikumsalam, Ibu," ucap Doni. "Salam ayah Nak." Ay pun menyalam Doni. "Terima kasih yah Ibu."

"Iya ayah," ucap Nadia tersenyum sambil menutup gerbang membuat Doni baper.

"Ibu... Ibu... kapan-kapan kita pergi yah sama guru-guru," ucap Ay pada Nadia.

"Iya, sama ayah ganteng juga?" tanya Nadia.

Ay mengangguk semangat. Kemudian merekapun melaksanakan senam seperti biasa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!