Kegalauan

Hari Jum'at, Nadia datang lebih cepat karena piket. Tak lama Ay datang diantar tantenya.

"Makasih Tan," ucap Nadia.

"Iya Ibu, sama-sama. Makasih Ibu," ucapnya berlalu.

"Ayah Ay kemana?" tanya Nadia. "Kenapa bukan ayah Ay yang antar Ay? Kenapa tante Ay?"

"Ayah Ay ada urusan Ibu," ucap Ay.

"Jadi tadi Ay dijemput tante dari rumah?" tanya Nadia.

"Nggak Ibu, Ay dianter ayah ke sekolah. Trus tante yang udah di sekolah anter Ay ke sini," ucapnya.

"Oh... Gitu... Em... Ay kenapa sih jelek? Ayah Ay jelek, bunda Ay cantik, Ay jelek juga," ucap Nadia mengejek Ay.

"Ibu... Ibu juga jelek," ucap Ay. Mereka saling tertawa mengejek.

Saat pulang sekolah pun tante Ay yang menjemput Ay.

"Wow, keren banget Tan kacamatanya," ucap Nadia.

"Mana? Ini Ibu?" ucap Tantenya. "Ibu mau pinjam?"

"Boleh," ucap Nadia bercanda.

Kemudian Ay menyalam Nadia, Nadia mencium Ay dengan gemas. Nadia begitu menyayangi Ay. Walau Nadia berusaha berlaku adil tapi tetap aja Nadia lebih menyayangi anak lucu dan menggemaskan seperti Ay.

Nadia mengirimkan video Ay saat memimpin do'a tadi pagi pada bunda nya.

'Kenapa Ay Ibu? Dihukum atau gimana? Ay pakai sandal yah Ibu?'

'Ay pimpin do'a di barisan waktu apel pagi bunda. Iya bunda Ay pakai sendal.'

'Astaga... Maaf yah Ibu.'

'Iya bunda sudah 3 hari Ay pakai sendal.'

'Sudah 3 hari Ibu? Ya Allah.'

'Iya Bunda. Mungkin ayahnya sibuk. Bagaimana pun bunda mereka pasti butuh tulang rusuknya.'

'Iya Ibu.' 😄😄😄

***

Keesokan harinya Nadia tidak memakai baju gamis seperti biasa. Nadia memakai baju kaos yang awalnya kekecilan ternyata kembali ngepas di badannya. Nadia memang merasakan BB nya berkurang. Bawahannya Nadia memakai celana kulot. Nadia merasa penampilannya hari ini biasa aja.

"Wow... jadi langsing Nadia hari ini yah?" ucap Mala.

"Masa' sih kak? Ini baju lama Nadia Kak, makanya Nadia pakai karena Nadia ngerasa BB Nadia sudah turun," ucap Nadia tersenyum.

Saat Nadia mengajar anak-anak mengaji tak lama Ay datang bersama ayahnya menaiki septor.

"Assalamu'alaikum anak Ibu cantik imut," ucap Nadia menyalam dan mencium Ay.

"Wa'alaikum salam Ibu," ucap Doni. Sementara itu Doni kelihatan begitu fokus menatap Nadia dari atas sampai ke bawah.

Cantik. Batinnya. Namun dia segera mengendalikan dirinya. Sementara Nadia merasa deg-deg an ditatap seperti itu oleh Doni.

"Salam ayah Nak," ucap Doni. Ay pun menyalam ayahnya. "Nah... Ini temannya datang." Doni melihat Sonia.

"Bestie..." ucap Nadia tersenyum melihat keduanya. "Ayo Nak." Ajak Nadia pada keduanya.

"Dadah Ayah," ucap Ay.

Sementara Doni masih menatap punggung mereka, tak lama Doni pun pergi ke kantornya. Bisa-bisa aku gak fokus kerja nanti. Batinnya.

Nadia memeriksa tas Ay, kebetulan hari ini ada yang ultah. Nadia tidak mendapati hadiah ataupun amplop untuk temannya yang ultah maka Nadia mengirim pesan.

'Assalamu'alaikum, Ayah Ay. Kado Ay untuk temennya yang ultah gak ada?'

'Wa'alaikum salam, Ibu. Iya nanti saya antar yah Ibu.'

'Terima kasih, Pak!'

Saat pembelajaran di kelas tak lama sosok jangkung ganteng melintas di depan kaca jendela mereka. Hari Sabtu merupakan Sabtu ceria, mereka semua berada di kelas yang sama. Sementara Doni menuju ke kelas anaknya yang biasa. Nadia dan Ay yang menyadari itu segera beranjak. Namanya pria mata mereka selalu fokus ke satu tempat tanpa melihat kiri kanan. 😄

"Ayah... Ay di sini!" teriak Ay keluar diikuti Nadia. "Ayah Ay di sini."

Ayahnya tertawa dan mendatangi Ay. Nadia juga ikut merasa geli sendiri. Kemudian Doni memberikan Ay sebuah amplop dan Ay memberikan pada Nadia. Doni menatap Nadia, begitu juga dengan Nadia yang belum hilang rasa geli nya karena ayah Ay salah tempat.

"Makasih Pak!" ucap Nadia tersenyum manis.

"Ayo... Ibu," ucap Doni yang masih tidak lepas memandang Nadia kemudian beranjak pergi.

"Dadah Ayah," ucap Ay.

"Dadah Nak," ucap Doni.

"Ayo Nak!" ajak Nadia masuk ke kelas.

***

"Assalamu'alaikum, Bi," sapa Nadia di seberang telefon.

"Wa'alaikum salam, Na. Nanti datang ke rumah yah," ucap bibi Nadia.

"Oke bibi ku sayang," ucap Nadia menyudahi panggilan bibinya.

Saat pulang sekolah, mobil putih itu terparkir di depan. Di dalam sudah ada eyang Ay dan Doni dengan stelan yang rapi. Nadia mengantar Ay ke mobil.

"Ayo, Na. Bareng," ajak eyang Ay. Doni menatap tajam ke arah Nadia dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Mau kemana ibu?" tanya Nadia.

"Ke rumah bibi kamu," ucap eyangnya Ay.

"Oh... Iya..." ucap Nadia.

"Sudah waktu pulang kan?" tanya eyangnya.

"Sudah ibu," ucap Nadia.

"Asyik... Ibu Nadia ikut," ucap Ay semangat.

"Mau nya kamu Nak," ucap Nadia menjawil gemas pipi Ay. Ay tersenyum menampakkan giginya yang tersusun rapi. Sementara Doni tersenyum samar di balik kemudinya. "Nadia pamit dulu sama guru yang lain yah Bu." Santi mengangguk.

Tak lama Nadia sudah berada di belakang Ay. Di sebelahnya Santi. Sementara Doni menatap Nadia dari spion depan.

"Hari ini belajar apa?" tanya eyang pada Ay.

"Senam eyang trus ada yang ultah teman Ay. Nih ada bingkisannya," ucap Ay.

"Oh iya bingkisan Nadia lupa," ucap Nadia sementara mobil sudah melaju.

"Mau dijemput?" Kali ini Doni buka suara.

"Gak usah deh Pak, biar saya kabari kak Mala aja untuk anak-anaknya nanti," ucap Nadia. Santi tersenyum menanggapi. Nadia segera mengirim pesan ke Mala.

"Ayah... Ay kebelet pipis," ucap Ay.

"Banyak tingkah kamu, Nak," ucap Doni.

"Singgah di kosan Saya aja nanti Pak," ucap Nadia.

"Kamu ngekos Na?" tanya Santi.

"Iya Ibu," ucap Nadia.

"Kenapa? Duh kok saya jadi khawatir yah," ucap Santi.

"Alhamdulillah sampai saat ini Nadia aman Ibu," ucap Nadia.

"Kamu kan cantik Na, Ibu khawatir," ucap Santi.

"Insya Allah ada Allah jaga saya Ibu, dan saya gak cantik kok ibu," ucap Nadia tersenyum.

"Gak cantik gimana? Cantik lah. Iya kan Doni?" tanya Santi dengan sengaja.

"Ehem..." Doni hanya berdehem menanggapi.

"Ibu Nadia jelek, Ay yang cantik," ucap Ay.

"Aysila, gak sopan. Minta maaf sama ibu Nadia," ucap Doni.

"Gak papa Pak," ucap Nadia. "Kita memang sering bercanda."

"Nggak boleh keseringan Ibu, nanti makin kelewatan Ay nya," ucap Doni.

"Ayah... Ay udah kebelet Nih," ucap Ay.

"Iya... Iya... Bentar lagi sampai," ucap Doni.

Mereka sampai di kosan nya Nadia. Nadia segera membawa Ay ke kamar mandi.

"Ibu Ay kapan-kapan boleh nginep di sini?" tanya Ay setelah menyelesaikan hajatnya.

"Em... kalau Ay ngompol, ibu gak mau," ucap Nadia.

"Kan Ay pakai pampers Ibu," celotehnya lagi

"Gak mau ah... Nanti ayah Ay marah, serem," ucap Nadia bercanda. Ay tertawa.

"Nanti Ay tanya yah Ibu," ucap Ay.

"Jangan Nak," ucap Nadia.

Mereka masuk kembali ke mobil. Mobil pun melaju kembali.

"Sudah selesai?" tanya eyangnya.

"Sudah eyang," ucap Ay. "Ayah... Ay kapan-kapan boleh nginep ke rumah ibu Nadia?"

Doni melirik Nadia dari kaca spion. Nadia tersenyum menatap Ay.

"Nanti Ay ngerepotin ibu Nadia," ucap Doni.

"Nggak ayah, Ay baik hati kok," ucap Ay.

"Hm... iyalah cucu eyang ini gak ngerepotin tapi rusuh," ucap Santi. Ay tertawa cekikikan.

"Bijaknya," ucap Nadia menjawil Ay. "Kalau Ay sudah hafal Surah Al Fatihah sampai Al Nashr, Ibu izinin Ay nginap." Doni manggut begitu juga dengan Santi. Nadia tepat dalam mengasuh anak.

"Hayo... bisa gak?" ucap Doni.

"Bisa donk ayah," ucap Ay.

Dalam perjalanan Ay pun menghafal Surah dibimbing oleh Nadia. Doni sesekali melirik ke arah kaca memperhatikan Nadia. Sementara Santi tersenyum senang melihat keakraban mereka. Santi jadi teringat dengan Bunda Ay yang beberapa hari lalu minta rujuk dengan Doni dengan alasan demi Ay. Santi mulai bingung karena Ay juga nyaman dengan bundanya akhir-akhir ini. Sementara Doni memang sudah menutup pintu hatinya. Tapi juga bimbang saat memikirkan Ay. Dia juga sudah terlanjur jatuh cinta pada guru putrinya ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!