Bunda Ay

Hari libur, Nadia lebih memilih untuk membereskan kos nya. Saat sudah selesai, bibinya mengirim pesan untuk datang ke rumahnya. Nanti dia dijemput sepupunya, Udin. Saat Nadia selesai berkemas, Udin muncul depan kosnya. Nadia bergegas keluar dan mengunci kosnya.

"Eh...pendek... Lama banget sih. Jamuran aku nungguin kamu," ucap Udin merepet.

"Eh...tiang listrik kalo nggak ikhlas buat anterin gak usah datang. Udah pergi sana! Males," ucap Nadia walaupun dia tetap naik ke atas keretanya.

"Disuruh pergi tapi dia malah duduk di belakang," ucap Udin ngedumel sambil menyerahkan helm pada Nadia.

"Gak usah banyak cerita, ayo jalan!" ucap Nadia tertawa.

Udin masih mengumpat namun tetap melajukan keretanya.

Mereka melaju dengan kecepatan sedang. Udin singgah ke supermarket sebentar beli minuman. Nadia menunggu di parkiran. Tiba-tiba mobil putih terparkir di sebelah Nadia. Doni keluar dari mobil itu dengan kaos ngepas di badannya dan celana jeans serta mengenakan kacamata hitam menunjukkan ketampanannya. Nadia terpesona sejenak. Namun segera sadar.

Ayah Ay, batinnya. Doni menatap ke sebelah kemudian melepas kacamata hitamnya dan tersenyum melihat Nadia kemudian mendekatinya.

"Assalamu'alaikum Ibu... Ngapain di sini? Sama siapa?" tanya Doni penasaran.

"Wa'alaikum salam, Pak. Saya ke sini sama..."

"Ayo pendek..." ucap Udin menarik tangan Nadia. Sebenarnya Udin sudah melihat dari dalam Nadia berbicara dengan Doni.

"Tunggu... Hei..." ucap Nadia menarik tangannya. "Maaf Pak! Kami duluan," ucap Nadia pada Doni sambil tersenyum.

Doni hanya mengangguk menatap Udin tidak suka. Mereka saling melempar pandangan menantang satu sama lain. Kereta mereka pun melaju dari hadapan Doni.

***

Sampai di rumah bibinya Nadia mengabaikan Udin dan langsung masuk sambil memberi salam ke rumah bibinya. Nadia merasa kesal karena Udin berlaku tidak sopan pada orang tua muridnya. Udin memilih untuk pulang ke rumahnya.

"Sudah datang Na?" tanya bibi. "Mana Udin?"

"Nggak tau Bi, mungkin pulang. Nadia males diantar Udin Bi," ucap Nadia.

"Kalian kan emang gitu, mulai kecil berantem aja," ucap Wulan. "Kamu nginap di sini kan?"

"Nggak Bi, Nadia pulang aja nanti naik ojol," ucap Nadia.

Kemudian mereka berbincang, ke kebun, bertemu dengan kerabat lain sampai sore. Nadia pun pamit.

"Beneran kamu nggak mau di antar Udin," tanya Wulan.

"Nggak usah Bi," ucap Nadia.

Tak lama ojol pun datang. Kereta merekapun melaju. Saat di tempat sepi tiba-tiba keretanya mogok. Nadia mulai khawatir dan berfikir yang tidak-tidak. Ojol itu melirik-lirik ke arah Nadia. Nadia pun berdo'a dalam hati semoga tidak terjadi apa-apa. Tak lama mobil putih berhenti di sana. Ternyata Doni sengaja mengikuti Nadia. Namun dia berputar-putar di sekitaran jalan itu. Doni turun dari mobil dan menghampiri mereka.

"Ada apa Bu?" tanya Doni. Nadia merasa kaget sekaligus lega.

"Ini ojolnya mogok," ucap Nadia.

Ojol pun pura-pura membetulkan keretanya dan menstaternya kembali.

"Keretanya sudah bisa Bu. Ayo naik," ucap ojol itu.

"Bagaimana kalau Ibu saya antar saja," tawar Doni. "Khawatirnya ojolnya mogok lagi di jalan bisa bahaya."

"Kalau begitu bayar dua kali lipat," ucap ojol itu kesal.

"Baik, berapa?" tanya Doni.

"Gak usah Pak, biar saya saja," ucap Nadia.

Namun Doni sudah memberikan dua lembar merah kepada ojol tersebut. Ojol tersebut pun berlalu.

"Ini Pak, saya ganti," ucap Nadia.

"Gak usah Ibu," ucap Doni.

"Saya nggak enak Pak," ucap Nadia.

"Traktir saya makan aja," ucap Doni.

Nadia pun mengangguk tersenyum membuat Doni berdebar. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Mereka memilih makan malam di sebuah restoran menengah.

"Ay nakal nggak di sekolah Ibu?" tanya Doni memulai pembicaraan karena tidak tau harus memulai dari mana.

"Nggak Pak, Ay itu..." Nadia mulai menceritakan tentang Ay begitu antusias sehingga Doni merasa senang perbincangan mereka begitu hangat.

Tanpa terasa sudah menjelang maghrib. Nadia dan Doni menyepakati untuk singgah di sebuah Mesjid. Nadia dan Doni melaksanakan Sholat Maghrib di sana. Selesai sholat Doni pun mengantar Nadia ke kos nya.

"Terima kasih Pak, titip salam buat Ay dan Ibu," ucap Nadia.

"Iya Bu, hati-hati," ucap Doni menatap sekeliling kos Nadia. Sampai Nadia masuk ke kos nya Doni pun pergi dari sana.

***

Keesokan paginya, Nadia terlambat bangun karena semalam perutnya terasa sakit ternyata datang bulan. Nadia sampai di sekolah dengan tergesa. Kemudian Nadia mengajak anak-anak yang datang mengaji dan membaca. Nadia memilih di ayunan bersama anak-anak. Tak lama Ay dan Doni datang. Ternyata Doni memarkirkan mobilnya di seberang karena ada orang tua murid yang berkumpul di depan gerbang. Terpesona dengan ketampanan Doni.

"Ayshila Husna," sapa salah satu guru.

"Tas baru yah?" ucap Nadia tersenyum.

Doni langsung mengedarkan pandangannya pada Nadia dan tersenyum. Tas baru Ay seperti koper yang ada rodanya. Nadia mendekati mereka. Orang tua murid yang lain saling berbisik dan menatap Nadia dan Doni.

"Assalamu'alaikum," ucap Nadia pada Ay. Saat Nadia ingin mencium Ay Doni menyahut.

"Ibu..." panggil Doni. Nadia menatap Doni tanpa maskernya kelihatan begitu tampan. "Buku Iqro' Ay ada ketinggalan nggak?"

"Nggak, Pak," ucap Nadia.

"Nggak yah? Okelah Ibu biar nanti dibeli lagi," ucap Doni.

"Jadi nggak tau nanti kaji nya Pak sampai mana," ucap Nadia.

"Iya Ibu gak apa-apa," ucap Doni menatap Nadia sambil tersenyum. "Baju orange nya Ay sudah ada ibu?"

"Belum, Pak," ucap Nadia.

"Belum ada yah?" ucap Doni. Nadia mengangguk.

"Iya Pak, belum ada," ucap Nadia menyentuh kepala Ay bersamaan dengan Doni yang menyentuh kepala Ay, sehingga tak sengaja tangan mereka bersentuhan.

Nadia dan Doni saling merasa gugup dan saling menarik tangan mereka. Nadia merasakan tangan Doni yang dingin. Sementara Doni merasa tangan Nadia yang hangat.

"Ehm... Ayo Ay salam ayah," ucap Doni menutupi kegugupannya.

"Salam ayah Nak," ucap Nadia. Ay pun menyalam Doni. Doni pun berlalu dari sana. "Ayo Ay kita mengaji."

Ay pun menyeret kopernya.

***

Keesokan harinya, Doni dan seorang wanita datang mengantar Ay ke gerbang. Wanita itu terlihat begitu cantik mengantar Ay dan kopernya.

"Assalamu'alaikum, cantik," ucap Nadia tersenyum sambil menyalam kemudian mencium Ay. Wanita itu tersenyum.

Saat Nadia ingin mengambil tas Ay, wanita itu mengulurkan tangan.

"Salam kenal ibu," ucapnya tersenyum. Cantik sekali. "Saya bunda nya Ay."

Nadia tetap tersenyum sambil melirik ke arah Doni yang sedari tadi hanya terdiam di atas kendaraannya merasa gugup. Sesekali dia melirik ke arah bunda Ay dan Nadia. Nadia melirik ke arah Doni, keduanya saling berpandangan sejenak.

"Bu..." ucap Doni tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Nadia pun tersenyum dan mengangguk. Bunda Ay melihat gelagat Nadia dan Doni yang tidak biasa namun dia tetap bersikap ramah.

"Permisi yah Ibu, makasih yah Ibu," ucap wanita itu.

"Iya Ibu, hati-hati di jalan," ucap Nadia.

Doni dan bunda Ay memasuki mobil yang berbeda terparkir di depan. Doni mengangguk begitu juga dengan bunda Ay ke arah Nadia. Dibalas Nadia dengan anggukan sambil tersenyum.

Perempuan tadi siapa? Cantik sekali. Apa dia mamanya Ay? Nanti tanya Ay lah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!