Keesokan paginya Nadia piket. Jadi Nadia datang lebih awal. Saat senam Ay datang bersama ayahnya dengan septor. Nadia menari-nari menyambut Ay yang datang. Membuat Doni terkikik geli melihat tingkah gurunya Ay.
"Ay sayang, Ay cantik," ucap Nadia menyambut Ay.
"Makasih yah ummi," ucap Doni menatap Nadia yang terlihat begitu menyayangi Ay. Nadia menerima tas Ay dari Doni.
"Iya ayah," ucap Nadia. Lama-lama jadi kebiasaan sebut ayah.
"Ayok sayang," ajak Nadia pada Ay membuat Doni agak lama menatap mereka berdua. Kemudian berlalu dari sana.
"Ibu, nanti praktek sholatnya di mana?" tanya Ay.
"Di sana Sayang," ucap Nadia.
Ay pun riang bersua dengan teman-temannya. Karena hari Jum'at kelasnya digabung untuk praktek sholat bersama. Saat makan siang Ay tidak menghabiskan makanannya.
"Kenapa gak dihabiskan Ay. Nanti ayah marah lho," ucap Nadia.
"Ay udah kenyang Ibu," ucap Ay. "Kasih teman Ay aja."
"Ya udah kalo gitu diminum yah biar gak haus," ucap nadia.
Saat pulang, Ay lama dijemput ayahnya padahal rata-rata murid lain sudah pulang. Ay merasa sedih.
"Kita video call ayah yah Nak," ucap Mala mendekati. Ay mengangguk.
"Kalo gak sini sama Ibu," ajak Nadia. Ay menggeleng dan ingin nangis.
Tak lama ayahnya datang.
"Ah...itu ayah datang, baru mau di video call tadi Pak," ucap Mala.
"Sudah merajuk Ay Pak karena lama dijemput," ucap Nadia. "Ayah gantengnya udah datang Nak, jangan merajuk lagi."
Deg. Doni melepas maskernya menunjukkan wajahnya yang ganteng. Membuat Mala menggutik Nadia. Siapa pun yang melihat terpesona dengan ketampanannya dengan tubuhnya yang jangkung. Doni pun menghampiri Ay dan menggendongnya. Nadia menepuk-nepuk punggung Ay. Doni merasa gugup berdekatan dengan Nadia. Begitu juga dengan Nadia, namun Nadia lebih memilih fokus pada Ay.
"Salim Ibunya Nak," ucap Doni. Ay menggeleng dan semakin mempererat pelukannya. "Gak boleh gitu Nak."
Nadia gak kehilangan akal Nadia berbalik menghadap punggung Doni dan menatap manis ke Ay. Nadia memberikan tangannya pada Ay. Ay pun menyambut dan menciumnya.
"Duh... gemesnya anak Ibu, ummuach." Nadia agak berjinjit untuk mencium Ay di balik punggung Doni. Doni tampak terkejut dan merasa berdebar.
"Tadi Ay habiskan makanannya Pak," ucap Nadia. "Iya kan Ay." Nadia mengedipkan mata. Doni tersenyum.
"Balik dulu yah Ibu, makasih Ibu," ucap Doni salting.
"Iya Ayah, dadah ayah..." Nadia keceplosan.
"Dadah Ay," ucap Mala.
"Dadah Ay, besok jangan jemput lama lagi yah ayah," ucap Nadia. "Besok datang lagi yah Nak. Dadah."
Mereka pun berlalu.
"Kenapa kamu bilang dadah ayah tadi dek, jadi baper ayahnya," ucap Mala.
"Keceplosan kak e..." ucap Nadia malu.
"Rasain kau dek, mulut berbisa," ucap Mala. Mereka pun tertawa. Nadia selalu berdebar.
Keesokan harinya, Nadia agak terlambat datang. Seperti biasa Nadia duduk diayunan sambil liat HP. Anak-anak mulai berdatangan dan bernyanyi seperti paduan suara. Nadia tertawa melihat anak-anak yang lucu. Tak lama Ay dan ayahnya datang dengan septor. Nadia kembali berusaha menetralkan jantungnya yang berdegub kencang. Doni menatap Nadia yang turun dari ayunan.
"Ayo mulai lagi paduan suara," ucap Nadia pada anak-anak.
Doni tertawa melihat kegugupan Nadia, walau di balik maskernya tapi masih kelihatan.
"Assalamu'alaikum, Ay. Ay cantik, Ay sayang," ucap Nadia.
Saat Nadia menarik tangan Ay, ayah Ay juga menunduk, sehingga jarak mereka cukup dekat. Membuat Nadia berdebar dan memberi celah sedikit. Kemudian, Doni memberikan tas Ay kepada Nadia.
"Makasih yah ummi," ucap Doni. Ay turun dan disambut Nadia.
"Salim ayahnya Nak," ucap Nadia. Ay menyalam ayahnya.
"Ayah pergi dulu yah, Nak," ucap Doni.
"Iya ayah, dadah ayah," ucap Nadia pada Ay. "Ayo sayang." Ajak Nadia menggenggam tangan mungil Ay.
Debaran Doni semakin tidak karuan melihat keakraban keduanya.
***
Hari ini hari libur Doni bersama Ay sedang bersantai di rumah.
"Ay..." sapa Doni.
"Iya ayah," ucap Ay.
"Hm... Ibu guru Ay siapa namanya?" tanya Doni.
"Ibu Mala dan Ibu Nadia," jawab Ay polos.
"Kenapa ayah?" tanya Ay.
"Ibu Nadia rumahnya di mana?" tanya Doni.
"Ay gak tau ayah, Ay gak pernah tanya, nanti Ay tanya sama ibu Nadia yah ayah," ucap Ay.
"Oke Nak," ucap Doni.
"Ay... Ayah mau berenang tapi dari sekolah, sama teman-teman sekolah biar rame," ucap Ay.
"Kemarin waktu renang semua guru ikut?" tanya Doni.
"Ikut lah ayah," ucap Ay.
"Ayah boleh ikut gak?" tanya Doni.
"Boleh lah ayah," ucap Ay. "Ay... Mau sekolah ayah," ucap Ay.
"Tapi ini hari minggu Nak, hari minggu gak sekolah," ucap Doni. Sementara Ay cemberut dan ingin menangis.
***
Keesokan harinya Ay sangat semangat ke sekolah. Doni juga mengantar Ay dengan hati yang berdebar. Di sana sudah berdiri sosok guru Ay yang cantik dengan jilbab hitamnya. Teduh melihatnya. Doni sengaja melepas maskernya dan turun dari septornya. Doni menjulang di depan Nadia buat Nadia salting.
"Ay sayang, Ay anak Ibu, duh... rindunya Ibu sama Ay," ucap Nadia memeluk Ay yang masih di atas motor. Ay tersenyum memeprlihatkan giginya yang tersusun rapi. Doni tersenyum melihatnya. "Assalamu'alaikum cantik." Nadia menyerahkan tangannya. "Ini kenapa tangannya ijo Nak?"
"Tadi Ay main spidol Ibu," ucap Doni.
"M... iya Nak," ucap Nadia. "Pintarnya anak Ibu."
Tiba-tiba bola menggelinding ke arah luar. Ay ingin mengejar bola itu. Nadia berlari ke arah Ay saat sebuah mobil melaju kencang. Nadia segera memeluk Ay dari belakang. Dan sebuah tangan memeluk Nadia dari depan. Kemudian Nadia tidak merasakan sakit saat dirinya terjatuh. Karena Doni memeluknya. Ay berada di tengah mereka. Sementara mobil yang menyerempet pergi begitu saja.
"Duh..." Doni meringis merasakan sakit di sikunya. Nadia merasa malu berada sedekat itu dengan Doni.
"Ma... Maaf Pak," ucap Nadia melepaskan diri.
"Duh... Kalian seperti adegan di film India," ucap Mala yang baru datang tersenyum. Wajah Nadia dan Doni memerah menahan malu.
"Ay gak papa kan Nak?" tanya Nadia.
"Ay gak papa Ibu, tapi tangan ayah..." Ay menangis sesenggukan melihat tangan Doni yang ternyata berdarah terkena aspal.
"Ya Allah Pak." Nadia dengan refleks memegang tangan Doni dan meniup-niupnya. Doni tersenyum sambil menahan meringis di tangannya. Nadia segera menyadari dan melepas tangan Doni.
"Ayo cepat obati," ucap Mala. Mereka pun menuju ke sekolah.
Nadia menggendong Ay yang masih menangis sesenggukan.
"Ayah..." ucap Ay.
"Ayah gak pa-pa Nak, ayah Ay kan ganteng, ayah Ay juga kuat," ucap Nadia. "Ay jangan nangis lagi yah anak pinter." Nadia menenangkan Ay. Doni tersenyum mendengar penuturan Nadia. Doni diobati Mala. "Ini kita cuci dulu tangannya yang ijo yah biar gak kotor." Ay mengangguk dan sudah tidak menangis lagi.
"Ayah gak apa-apa Ibu?" tanya Ay.
"Nggak sayang, ayah udah baik-baik aja kok," ucap Nadia. "Tadi yang antar Ay siapa?"
"Ayahlah Ibu, ayah ganteng," ucap Ay tersenyum.
"Bukan ayah jelek?" tanya Nadia bercanda.
"Bukanlah ibu, kalo ayah jelek yang lama jemput Ay," ucap Ay. Nadia pun tertawa lepas.
"Ya Allah Nak, lucu banget sih. Pinter banget," ucap Nadia mencium Ay.
Doni sudah selesai diobati Mala. Doni fokus kepada Ay dan Nadia yang tertawa bersama. Tanpa dia sadari ikut tersenyum. Mala berdehem, Doni pura-pura melihat ke arah lain.
"Ayah pulang dulu yah Nak," ucap Doni saat mereka mendekat.
"Iya ayah," ucap Ay. "Tangan ayah udah gak sakit?"
"Nggak Nak," ucap Doni.
"Ibu... Kapan kita berenang lagi?" tanya Ay. Sementara Doni masih di situ.
"M... Bentar lagi," ucap Nadia.
"Ayah boleh ikut?" tanya Ay.
"Boleh," ucap Nadia melirik Doni.
"Duh pinternya anak Ibu," ucap Mala.
Doni pun berlalu dari situ dengan perasaan senang.
Saat jam istirahat, Ay memegang bibirnya dan menunjukkannya pada Nadia.
"Kenapa Nak? Tertokok?" tanya Nadia.
"Iya Ibu," ucap Ay.
"Ya udah sini biar ibu obati," ucap Nadia mengoleskan minyak zaitun.
"Udah Ibu jangan sampai kena bibir nanti masuk ke mulut," ucap Ay.
"Gak papa Nak, ini minyak zaitun. Boleh kok masuk ke mulut, Ibu aja pernah minumnya," ucap Nadia. Kemudian Ay menjilati minyaknya. "Jangan dijilat lagi Nak, nanti minyaknya hilang jadi bengkak, nanti ayah marah lho." Nadia mengoles sekali lagi.
"Ayah Ay pernah minum ini juga Ibu," ucap Ay polos.
"Masa' sih?" ucap Nadia. "Minyak apalah ini namanya?" Ay terdiam. "Namanya minyak zaitun." Ay mengikuti.
"Rumah Ibu di mana?" tanya Ay.
"Ibu nge-kos di xxx, Nak, kenapa? Ay mau ke rumah Ibu?" tanya Nadia.
"Iya..." ucap Ay. "Eh... Nggak, Ay cuma tanya aja Ibu." Nadia tersenyum. "Udah lama kita gak jumpa yah Ibu."
"Kenapa Ay rindu sama ibu?" tanya Nadia menggendong Ay.
"Iya," ucap Ay memeluk Nadia.
"Ibu juga rindu sama Ay," ucap Nadia mencium Ay.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments