Hari ini Nadia sengaja mengelak dari Doni karena kejadian semalam, Nadia merasa malu. Nadia memilih duduk di dalam kelas. Ternyata Ay terlambat datang. Saat mereka sudah masuk kelas, Ay datang bersama bundanya.
"Maaf yah Ibu, Ay terlambat karena semalam sama saya, nanti ayahnya antar tas nya yah ibu," ucap bundanya.
"Iya Ibu, gak papa," ucap Nadia dan Mala.
Saat pembelajaran sedang berlangsung Ay nya kebelet pipis, maka Nadia mengantar Ay ke kamar mandi. Tapi Ay malah pipis di celana. Saat sudah selesai Ay keluar. Saat Nadia masih di kamar mandi terdengar suara Doni memanggil Ay. Kebetulan memang hari ini sekolah digembok selama pelajaran berlangsung untuk menghindari penculikan. Nadia melihat Doni di pintu gerbang menenteng tas Ay. Nadia segera membuka pintu gerbang. Nadia yang sedari tadi pagi menghindari Doni malah bersua kembali dengan Doni.
"Ay nya pipis di celana Pak," ucap Nadia.
"Kok bisa Ibu?" tanya Doni heran.
"Karena udah kebelet tadi, Pak," ucap Nadia.
"Ya Allah Ay, nyusahin aja Nak," ucap Doni. "Kalo kebelet dibilang yah Nak."
"Ada pakaian gantinya, Pak?" tanya Nadia.
"Ada Ibu di dalam tasnya," ucap Doni. "Makasih yah Ibu." Doni menatap Nadia. Nadia hanya menundukkan wajahnya dan meraih tas Ay.
"Iya Pak," ucap Nadia kembali mengunci pagarnya tanpa menoleh ke Doni.
Doni masih terus menatap Nadia dan Ay sampai ke kelas. Kemudian Nadia kembali ke kamar mandi membersihkan bekas pipis Ay.
***
Keesokan harinya Nadia datang lebih cepat karena piket harian. Nadia masih berusaha mengelak dari Doni. Saat Ay dan Doni datang. Nadia masuk ke dalam kelas. Namun Doni dan Ay belum juga beranjak dari sana. Terpaksa Nadia mendekati mereka. Ay malas memegang tasnya karena tempat makannya menjuntai ke lantai.
"Minta tolong, bilang Nak," ucap Nadia meraih tas Ay. Lagi-lagi tangan mereka tak sengaja bersenggolan. Tangan Doni terasa dingin.
"Makasih yah Ibu," ucap Doni.
"Iya," jawab Nadia singkat. Doni merasa heran menatap punggung Nadia yang terlihat cuek padanya.
Saat sedang bermain Ay mendekati Nadia dan berbaring di sebelahnya.
"Kenapa Nak?" tanya Nadia.
"Ay sakit perut Ibu," ucap Ay.
"Kenapa? Belum makan tadi pagi?" tanya Nadia.
"Belum Ibu," ucap Nadia.
"Ayo, kita makan yah," ucap Nadia membawa Ay ke kelas.
Ay tidak mau memakan bekalnya. Dia lebih memilih makan nasi putih itu pun hanya satu suap.
"Roti Ay mau?" tanya Nadia.
"Mau Ibu," ucap Ay.
Nadia setengah berlari membeli roti dua untuk Ay. Ay melahap satu rotinya kemudian minum. Namun Ay masih merasa perutnya sakit. Nadia pun mengambil minyak zaitun dan mengurut punggung Ay sampai merah. Ternyata Ay masuk angin, pikir Nadia. Kemudian Nadia mengurut kepalanya dan perutnya sambil membaca do'a. Perutnya terasa panas, namun tangannya terasa dingin. Terakhir Nadia mengurut bagian betis Ay sampai Ay kesakitan.
"Udah Ibu, sakit," ucap Ay.
"Tahan bentar yah Nak, ini betisnya tegang makanya sakit perut, nanti setelah buang angin lega rasanya," ucap Nadia. Ay tertawa karena mendengar kata buang angin.
Setelahnya Nadia mengajak Ay berjemur di depan kelas, Ay gak mau. Ikut baris, Ay juga gak mau. Nadia meninggalkannya sebentar kemudian membasuh tangannya. Nadia masuk lagi ke dalam kelas.
"Ay mau makan roti lagi Ibu," ucap Ay.
"Tunggu yah, Ibu bukain," ucap Nadia. "Sudah buang angin Nak?"
"Sudah Ibu," ucap Ay memakan rotinya.
"Kalau mau pup bilang yah," ucap Nadia. Ay mengangguk.
"Sakit lagi perut Ay," ucap Ay.
"Ibu kasih minyak lagi yah ke perutnya," ucap Nadia. Ay mengangguk.
"Semalam ayah marahi Ay?" tanya Nadia.
"Iya Ibu, ayah marahi Ay makanya Ay sakit perut," ucap Ay.
Nadia mengirim pesan ke Doni Ay sakit perut tapi gak mau pulang.
Tiba-tiba Doni datang menatap Nadia dan Ay di kelas.
"Ay," sapa Doni.
"Ay nya gak mau pulang ayah," ucap Nadia.
"Ay gak mau pulang," ucap Ay duduk di kursi sebelah Nadia.
Sementara Doni duduk di depan pintu menatap punggung keduanya.
"Sini Ay," ucap Doni. Ay mendekati Doni dan duduk di pangkuannya. Nadia masih tetap duduk di kursinya.
"Ay mau pup?" tanya Doni.
"Nggak ayah," ucap Ay.
"Masih sakit perutnya?" tanya Doni.
"Nggak ayah," ucap Ay.
"Sudah saya urut tadi Pak!" ucap Nadia. "Sudah buang angin dia tadi."
"Perutnya diurut?" tanya Doni.
"Nggak, perut gak boleh diurut. Ini punggung sama betisnya tadi saya urut. Betisnya tadi tegang, punggungnya merah semua," ucap Nadia.
"Masuk angin dia ini," ucap Doni mengurut punggung anaknya.
"Iya Pak," ucap Nadia. "Tadi Ay gak mau makan nasi, makanya saya kasih roti biar mau makan."
"Jadi pulang kita Nak?" tanya Doni.
"Nggak mau ayah, Ay mau sekolah," ucap Ay.
"Tadi Ay cerita Ayah, ayah marah-marah aja semalam sama Ay," ucap Nadia.
"Marahlah, gak mau makan," ucap Doni. Nadia tersenyum.
"Ya udah Pak, biar aja Ay sekolah aja nanti kalau ada apa-apa saya kabari. Lagian badannya gak panas kok Pak, cuma perutnya tadi yang panas, tangannya dingin. Sesudah saya urut sudah normal lagi," ucap Nadia.
"Baik Ibu, nanti kabari yah Ibu kalau Ay nya kenapa-kenapa," ucap Doni bangkit dari duduknya karena satu per satu murid masuk ke kelas selesai baris.
"Iya Pak, nanti saya kabari," ucap Nadia tersenyum.
"Ayah kerja yah Nak, nanti kasih tau ibu kalau mau pup yah," ucap Doni.
"Iya ayah, dadah ayah, bilang Nak," ucap Nadia.
"Dadah ayah," ucap Ay.
"Makasih yah Ibu," ucap Doni tersenyum.
"Iya Pak," ucap Nadia tersenyum.
Doni berlalu dari situ dengan hati bahagia. Sudah tidak ada keraguan dalam hatinya untuk menikahi Nadia namun yang membuat dia dongkol bunda Ay yang tiba-tiba saja sok peduli dan perhatian pada Ay yang membuat Doni jengah.
"Hm... Lama kali tadi ayah ganteng di sini, dek, ngapain aja?" tanya Mala menggoda Nadia.
"Aduh... gak tau lah kak, makin pusing aku, padahal aku sengaja menghindar tapi tetap aja ketemu juga," ucap Nadia.
"Itu namanya jodoh, Dek," ucap Mala meyakinkan. "Siapa tau kalian memang jodoh Dek."
"Gak tau lah kak, udah ku coba menghindar tapi toh tetap aja karena Ay kami selalu ketemu. Padahal aku udah menghindar terus Kak," ucap Nadia pusing mengurut keningnya. Nadia dan Mala memperhatikan Ay yang sudah mulai bermain bersama teman-temannya dan tertawa.
"Percayalah Dek, kakak yakin kalian berjodoh, Allah menjodohkan kalian melalui perantara anak ya Ay. Kalo gak percaya liat aja nanti dek. Percayalah sama kakak," ucap Mala. Nadia tampak memikirkan apa yang diucapkan Mala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments