Sudah seminggu Nadia tidak melihat keberadaan Doni. Tiap hari Doni hanya diantar tantenya. Entah kenapa Nadia merasa kehilangan namun Nadia berusaha untuk mengabaikannya. Suatu hari Nadia bertanya.
"Ay, ayah mana? Kenapa gak pernah antar-jemput Ay lagi?" tanya Nadia.
"Ay gak tau Ibu," ucap Ay.
"Kenapa? Ayah lagi males?" tanya Nadia.
"Iya," jawab Ay.
Nadia hanya mengelus dada.
Saat di rumah Ay berkata pada ayahnya.
"Ayah... Kenapa ayah gak pernah antar-jemput Ay lagi?" tanya Nadia.
"Kenapa?" tanya Doni yang masih sibuk dengan laptop nya.
"Bu Nadia tanya," ucap Ay.
Doni segera menghentikan pekerjaannya menatap Ay. Berarti dia merindukanku, batin Doni.
"Yah... besok yah Nak," ucap Doni tersenyum.
***
Nadia tengah mengantar anak2 dijemput orang tuanya di luar pagar. Tiba-tiba datang sosok pria ganteng menggunakan sepeda motor di depannya menatap Nadia. Nadia tampak terkejut merasa malu dan langsung berbalik. Nadia berusaha menahan degup di dadanya.
"Ay..." panggil Nadia. "Ayah sudah datang Nak."
Ay setengah berlari. Doni menatap kibasan jilbab Nadia. Sosok yang begitu dirindukannya. Sudah lama dia tidak mengunjungi Nadia karena sibuk dengan pekerjaannya. Keduanya saling merasa canggung dan menundukkan pandangan.
"M... Ini obatnya Eyang Ay," ucap Nadia.
"Obat eyang?" tanya Doni menatap kresek putih diikatkan ke tas Ay.
"Maaf daunnya banyak yang kuning karena lama perjalanan jauh untuk mengirim obatnya," ucap Nadia. Doni mengangguk faham.
"Nanti kalau eyang Ay makannya dilalap aja, masih ada kok daunnya yang berwarna hijau," ucap Nadia. "Terus, nanti ditanam aja, mudah-mudahan bisa tumbuh subur." Nadia tersenyum. Doni mengangguk tersenyum menatap Nadia.
"Iya Ibu, salam Ibunya Nak." Ay mencium tangan Nadia dan Nadia mencium Ay dengan gemas. "Ayo Ay, mau pulang gak?" tanya Doni.
Tiba-tiba Alya mendatangi Nadia sambil menangis.
"Kenapa Nak?" tanya Nadia. Doni menatap Nadia yang begitu ramah terhadap anak-anak.
"Mama Alya udah datang Ibu, Alya mau pulang," ucapnya.
"Udah dateng? Mana?" tanya Nadia melihat ke arah pagar.
"Ya udah ayo pulang, Ibu anter yah, gak usah nangis," ucap Nadia mengambil tas Alya.
"Ayo Ay!" ajak Doni.
Doni dan Ay berada di sebelah Nadia dan Alya.
"Salam Ibu yang lain Nak," ucap Nadia. Keduanya menyalam guru yang lain secara bergantian hingga sampai di gerbang. Nadia mengantarkan Alya ke septor mamanya.
"Ayo bunda," ucap Doni. "Eh... Kok bunda?" Nadia mendengar itu tersenyum. Ay tampak kepayahan naik di belakang.
"Bisa Nak?" tanya Nadia mengangkat Ay ke belakang punggung ayahnya.
"Bisa Ibu," jawab Doni. "Makasih yah Ibu." Doni menatap Nadia. Nadia tersenyum manis masih merasa deg-degan.
"Iya," jawab Nadia. "Hati-hati yah Nak, pegang ayah yang kuat."
"Dadah Ibu," ucap Ay.
"Dadah Sayang," ucap Nadia. Ay pun tersenyum kemudian memberikan kiss bye pada Nadia. "Pegangan Ay, nanti jatuh." Sampai jauh pun Ay tetap mendadah Nadia. Nadia hanya menggelengkan kepala.
"Makasih yah Ibu," ucap Mama Alya pada Nadia."
"Iya Ibu, sama-sama," ucap Nadia tersenyum.
Haduh... Jantung ini semakin lama semakin tidak bisa dikendalikan. Batin Nadia. Lama tak berjumpa, beliau semakin ganteng.
***
Keesokan harinya Nadia datang lebih cepat. Satu per satu anak2 datang. Saat sudah senam dan baris, tak lama mobil putih terparkir di depan gerbang. Nadia mendekati gerbang dan mendapati Doni yang turun dengan cuek. Saat Nadia membuka gerbang, Doni membuka pintu depan.
"Eh... eyang ikut," ucap Nadia tersenyum mendekat. Ay nya turun dari mobil.
"Salam Ibu nya Nak," ucap perempuan yang juga turun dari belakang mobil Doni yang tak lain adalah bunda Ay.
"Eh... Bunda," ucap Nadia.
Ay pun menyalam Nadia.
"Ibu, apa iya Ay butuh sendal di sekolah?" tanya bunda Ay.
"M... Iya bunda itu untuk Ay ke kamar mandi," ucap Nadia.
"Oh... gitu, ya udah Nak, bawa ini sendalnya," ucap bunda Ay menyerahkan sendal baru kepada Ay.
Doni tampak menghela nafas. Nadia juga tidak mengerti. Nadia memilih untuk tidak ikut campur dengan keluarga mereka.
"Makasih yah Ibu, makasih juga obatnya," ucap eyang Ay. Nadia tersenyum dan mendekati eyangnya.
"Sehat-sehat Ibu," ucap Nadia. Doni tersenyum melihat Nadia. Jarak mereka sangat dekat saat itu.
"Iya Nak," ucap eyang Ay.
"Tasnya mana?" tanya Nadia.
"Oh... iya nanti dianter," ucap Doni.
"Tas nya semalam ketinggalan di rumah saya," ucap bunda Ay.
"Oh... oke," ucap Nadia. "Ayo Ay."
"Ibu... Ini sendal baru lho," ucap Ay.
"Oh... Iya... Mantap lah yah," ucap Nadia. "Sekarang ayo kita masuk."
Doni, bunda Ay dan eyang menatap Nadia dan Ay dengan tatapan yang berbeda.
***
Keesokan harinya Doni mengantar Ay. Ntah kenapa mood Nadia hari ini begitu jelek. Dia hanya menekuk wajahnya saat menyambut mereka. Doni menatap Nadia dengan bingung. Doni memilih untuk pergi begitu saja. Namun tidak dengan Ay, Nadia memeluk Ay dengan hangat dan menciumnya saat Doni pergi. Pelajaran mereka pun menyenangkan di hari itu. Keesokan harinya, Nadia tidak mendapati Ay. Ternyata masuk pesan WA ke ponsel Nadia.
'Assalamu'alaikum Ibu, Ay tidak masuk sekolah hari ini yah ibu karena demam tinggi. Bunda Ay.'
Tapi nomor ponselnya nomor ayah Ay.
'Wa'alaikum salam, bunda. Iya bunda semoga Ay cepat sehat. Padahal semalam masih ceria yah bunda.'
Keesokan harinya sampai hari senin Ay tidak masuk sekolah juga. Nadia merasa rindu. Saat hari Selasa, Nadia datang agak terlambat. Nadia memilih duduk di ayunan sambil mengajarkan mengaji anak-anak. Tak lama sepeda motor itu berhenti di depan pagar. Doni cukup lama memperhatikan Nadia yang asyik dengan ponselnya.
"Ibu, Ay datang," ucap salah seorang murid. Nadia menatap mereka dan perasaan berdebar Nadia semakin kuat. Nadia berusaha menetralkan jantungnya dan mendekati mereka.
"Sudah sehat?" tanya Nadia tersenyum menatap Ay yang masih di sepeda motor nya.
"Apa?" tanya Doni menatap Nadia dengan kening bertaut.
Nadia melihat ke arah Doni. Tatapan mereka bertemu. Doni mengalihkan pandangannya.
"Sudah sehat?" tanya Nadia kembali menyentuh pipi Ay.
"Sudah Ibu," ucap Doni.
"Ayo Nak!" ajak Nadia.
"Iya, Ibu. Tapi ini tas Ay nyangkut," ucap Doni. Nadia tersenyum menanggapi dan semakin mendekati mereka. "Bentar yah Ibu."
Doni menyerahkan tas Ay dan Nadia menerimanya.
"Terima kasih yah ibu," ucap Doni.
"Iya," ucap Nadia.
"Turun Ay," ucap Doni.
Nadia meraih tangan Ay.
"Ayah kerja dulu yah Nak," ucap Doni. "Jangan nakal."
"Iya ayah," ucap Nadia yang terdengar begitu merdu di telinga Doni. Sudah lama Nadia tidak mengucapkan kata itu.
"Oiya, Pak. Baju orange Ay sudah habis stok, jadi uangnya dikembalikan," ucap Nadia.
"Oh... untuk uang sekolahnya saja ibu sisanya ke tabungannya Ay," ucap Doni.
"Oke Pak," ucap Nadia.
"Makasih yah Ibu," ucap Doni.
"Iya," jawab Nadia.
"Nanti ayah antar rotinya yah Nak," ucap Doni.
"Iya ayah," ucap Nadia. Doni tersenyum menanggapi.
"Makasih yah Ibu," ucap Doni.
"Iya Pak,"ucap Nadia.
"Dadah sayang," ucap Doni menatap putrinya dan Nadia bergantian.
"Dadah ayah," ucap Ay. "Dadah..."
Nadia tersenyum melihat mereka. Nadia tidak sabar memeluk dan mencium Ay.
"Janjian kalian yah? Warna baju kalian senada," ucap Mala. Nadia menatap pakaiannya dan mengingat pakaian Doni kemudian tertawa menanggapi.
"Iya, yah? Maunya berfoto kami tadi yah?" ucap Nadia ditanggapi tertawa oleh guru yang lain.
Saat makan, makanan Ay belum sampai juga.
'Assalamu'alaikum Pak! Makanan Ay dan kartu uang sekolahnya.'
'Wa'alaikum salam Ibu. Aduhh. Kartunya gak ada di tas yah Ibu?'
'Nggak Pak. Ya udah nanti pakai kwitansi saja yah Pak.'
'Iya Ibu, makasih yah Ibu.'
'Nanti roti Ay sebentar lagi diantar yah Ibu.'
Doni menatap layar ponselnya. Masih belum dibaca.
"Ibu, ini titipan dari ayah Ay. Roti untuk Ay sama untuk Ibunya," ucap seorang pesuruh Doni mengantarkan bekal Ay.
Nadia tampak tersenyum menanggapi.
"Sampaikan makasih yah untuk rotinya," ucap Nadia.
Nadia melihat ke ponselnya. Ternyata ayah Ay mengirim pesan.
'Iya Pak.'
Hanya itu jawaban dari Nadia membuat Doni sedikit kecewa.
Saat pulang Ay dijemput tantenya.
"Ini Ay nya masih lemas Ibu, baru sehat," ucap tantenya.
"Iya Ibu," ucap Nadia.
"Ayahnya juga jadi ikut-ikutan sakit tertular sama dia," ucap tantenya melirik ke arah Nadia.
"Oiya Ibu?" ucap Nadia. "Makasih yah Ibu untuk rotinya bilang sama ayah Ay."
"Iya Ibu, sama-sama," ucap tantenya. Mereka pun pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments