Sekitar pukul sepuluh, Samudra keluar dari restoran tersebut, lalu mengantar Karin pulang ke rumahnya.
Samudra mengitari mobilnya setelah menutup pintu sebelah Karin, yang tampak bahagia. Terlihat dari wajahnya yang sumringah.
"Sayang, mampir dulu gak nanti?" Karin langsung memeluk tangan Sam, setelah Sam duduk di belakang kemudi tepat di sebelahnya.
"Sudah malam. Aku harus pulang dan kamu juga harus istirahat, besok mau kuliah kan?" sahut Sam seraya bersiap memutar kemudi dan cuph! mengecup kening Karin dengan sangat lembut.
"Hem, masih kangen!" rajuk Karin sedikit cemberut., menempelkan pipinya di bahu Samudra.
Setelah beberapa puluh menit, Mobil Samudra berhenti tepat di depan gerbang rumahnya Karin yang tampak sepi.
Cklek! suara putaran kunci. Samudra menoleh ke arah Karin. "Aku mau pulang dulu, sampai jumpa lagi."
"Em ... masih kangen, aku masih kangen." Karin langsung memeluk tubuh Samudra terus mendongak menopang dagunya ke bagian tubuh Sam.
Secara beberapa bulan mereka tidak bertemu, menanggung rasa rindu yang berat di dada, menyimpan rasa yang menyesakan. Dan kini mereka bertemu saatnya mencurahkan semuanya yang pernah menyiksa.
"Sekarang kita bisa sering bertemu sayang, bukan hari ini saja. Oke?" ucap Sam sembari membelai rambut Karin.
Namun tangan Karin merangkul erat nan mesra di tubuh Samudra. Sam pun membalas, merangkul lebih erat.
"Beneran? aku bisa menemui mu kapan saja?" tanya Karin dengan nada manja. Mendongakkan wajahnya menatap sangat lekat.
"Tentu. Kamu bisa temui aku kapan saja," ucap Samudra kembali.
"Hem ... aku mencintai mu!" kembali mengeratkan pelukannya.
"Aku pun sangat mencintai mu." Cuph! Sam mengecup kening Karin.
Karin memejamkan kedua matanya, merasakan nyamannya dalam pelukan sang kekasih.
"Jangan tinggalkan aku ya sayang?" gumamnya Karin.
"Iya, aku janji. Gak akan meninggalkan mu." Tangan Sam membelai rambut Karin yang ikal dan pirang keemasan tersebut.
"Terima kasih sayang?" kemudian Karin beranjak melepas rangkulannya. Tangannya membuka pintu mobil, lalu turun. Namun sebelumnya mencium pipi Samudra lebih dulu.
"Dah ..." Sam melambaikan tangan, mengiringi kepergian Karin.
Kemudian Karin berdiri mengangkat tangannya. "Dah ... juga sayang ... hati-hati ya."
Kemudian, Sam melajukan mobilnya dengan sangat cepat. Pikirannya sudah pengen ada di Mension.
Hatinya kesal. Marah melihat kedekatan Ubai dan Rasya yang tampak akrab, dekat. Seperti lama sudah saling kenal.
Samudra menjalankan mobilnya ngebut biar cepat sampai di Mension. Hingga dalam beberapa menit kemudian Mobil Sam memasuki area parkiran apartemen.
Tap-tap-tap langkahnya Sam yang lebar memasuki unitnya. Dan langsung mendapatkan Rasya dan Ubai tengah menonton televisi.
"Kenapa kau masih di sini? belum pulang!" tanya Sam sambil menyilangkan kedua tangan di dada setelah menutup pintu utama.
"Sudah pulang Bos, belum lah. Nona takut bila di tinggal sendiri, nanti ada yang menculik gimana Bos? Kecuali bila anda sudah pulang. Baru aku mau pamit." Ubai beranjak merapikan pakaiannya.
"Pulanglah. Besok kita ada meeting." Sam menunjuk dengan dagunya ke arah pintu.
"Baiklah, aku pulang. Nona, aku pulang dulu ya?" Ubai juga melirik ke arah Rasya yang mengangguk hormat.
"Eeh, mau kemana kau? gak usah ikut dia!" tanya Sam ketika melihat Rasya hendak mengikuti Ubai dari belakang.
"Ha! mau menutup pintu," sahut Rasya sembari menautkan alisnya.
Begitupun Ubai yang merasa heran, ini orang sensi amat, perasaan habis dinner kok bukannya happy.
Sam mengibaskan tangannya tanda menyilakan Rasya melanjutkan niatnya, lalu memasuki ruang makan. "Awas ya kalau masih berantakan."
Kedua netra mata Samudra menyapu ruang makan yang tampak bersih dan tak ada satupun barang kotor.
"Rasya, sini?" panggil Samudra memekik ketika melihat wastafel basah.
Rasya cuma menoleh dengan malas, setelah mengunci pintu mendatangi Samudra.
"Rasya, apa kau mendengar ku?" Sam kembali memekik.
"Ck, apalagi sih, Tuan ... malam-malam teriak? kedengaran orang nanti. Dikira orang gila mau?" suara Rasya dari belakang Sam.
Sam memutar badan dan menatap tajam pada Rasya yang berdiri tegak. "Itu, wastafel basah, keringkan!"
"Ha? kan wastafel emang tempatnya air, wajar dong kalau basah? kalau di keringkan! pas cuci tangan basah lagi, Tuan." jawab Rasya sambil melihat wastafel.
"Saya tidak mau tahu ya? pokonya keringkan, ini juga lantai berdebu. Bersihkan, dan ... kompor juga di lap lagi," titah Samudra menunjuk-nunjuk.
"Ais ... mana kotor? bersih kok." Rasya mendekatkan wajahnya ke tempat-tempat yang Sam tunjukan.
"Bersihkan, pokoknya bersihkan! kau pikir saya buta apa?" dengan nada tinggi. "Satu lagi, setelah ini pijit kaki saya. Sampai saya tertidur."
Sam berlalu ke kamarnya, meninggalkan Rasya yang bersih-bersih di dapur.
"Gimana sih? orang bersih kok. Seenaknya menyuruh-nyuruh orang, masih mending kalau iya kotor, berantakan. Ini kan tidak! apa emang begini kali ya orang kaya?" gerutu Rasya sembari menggeleng.
Setelah itu Rasya berjalan mendekati kamar Sam namun cuma dilintasi saja, dia lanjutkan langkahnya ke kamar dia sendiri.
"Rasya? pijit saya! main melintas saja. Pesawat juga ada singgahnya, bukan main lintas saja." Panggil Sam dengan suara yang lumayan kencang.
Mendengar itu, Rasya melangkah mundur mendekati pintu kamar Samudra yang memang terbuka. Setelah tepat depan pintu, barulah memutar tubuhnya. Dan perlahan masuk.
Sam tengah duduk di tepi tempat tidur. Membuka kancing kemeja nya, membuka sepatu dan melemparkannya ke sembarang tempat.
Manik mata indah Rasya bergerak melihat dua sepatu yang menggelinding ke arah yang berbeda. Rasya menghampiri dan menyimpan di tempatnya.
Sedikit mencibirkan bibirnya, Rasya berjalan mendekat. "Mau apa?"
"Mau apa? apa tidak kau dengar aku minta kau pijit saya. Buruan? saya dah ngantuk!" Sam membuka celana panjang dan menyisakan celana pendek saja.
Rasya sontak menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Tu-Tuan ma-mau apa? membuka itu?" tanya Rasya gelagapan.
Sam tidak menjawab, melainkan kini membuka bajunya dan dilempar ke atas sofa. Kemudian membaringkan tubuhnya telungkup di atas tempat tidur yang ukuran king size itu.
Beberapa lama Sam menunggu pergerakan dari Rasya yang terdengar hening. Samudra menoleh dan melihat ke arah Rasya. "Dasar gadis bodoh. Cepetan?"
Rasya yang melamun melihat Sam tanpa baju, tersentak dengan suara Sam. "I-iya, Tuan."
Rasya pun naik ke atas tempat tidur, duduk berlutut. Di dekat kaki Sam yang panjang itu. "Kaki mu panjang sekali. Berbulu lagi, panjang-panjang juga bulunya. Mendingan ini utuh kulitnya! coba kalau kulit hitam pasti sama dengan gorila." Ha ha ha ... Rasya tertawa sendiri.
Mendengar Rasya malah tertawa, Sam bangun dan melotot dengan sempurna ke arah Rasya. "Kau menyamakan saya dengan gorila, ha? mau saya isap darah kamu itu sampai habis ha?"
"Hem, emangnya anda vampir penghisap darah apa tuyul?" tanya Rasya dengan polosnya.
"Iya, saya penghisap darah. Apalagi melalui bagian dada, saya sangat suka sampai habis. Tuyul kan menghisap dada wanita." Sam menatap dada Rasya yang berisi dan ******* bibirnya dengan lidah sendiri.
Membuat Rasya menciut ketakutan, menutupi dadanya dengan tangan, bahunya bergidik. "Iiy ... pahit-pahit, pahit."
Sam menunduk menyembunyikan senyum lucu nya. Merasa lucu melihat ekspresi dari Rasya. "Makanya buruan turuti perintah saya."
"I-iya, Tu-tuan. Tapi jangan hisap darah saya." Rasya mengangguk dengan wajah yang tampak sedikit pucat ....
****
Ayo yang suka, mana like komen dan vote nya? Dukung aku ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Hm..... lama2 bisa suka nih Sam sama Rasya apalagi liat tingkahnya yg polos dan apa adanya bikin gemesh dan lucu
2022-10-03
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor sam jeles ya liat ubai dekat sama rasya awas sam mau jd tuyul 🤣🤣🤣😂😂
2022-09-02
1