"Kali aja kamu sembunyikan." Timpal Sam memojokkan Ubai.
"Emangnya dia benda kecil yang bisa aku sembunyikan? atau yang bisa aku masukan dompet gitu?" Ubai tak terima dengan tuduhan sang majikan+sahabatnya itu.
"Sudah-sudah. Kalian itu berisik, yang jadi pertanyaan saya. Siapa gadis ini? bukan pertengkaran," selidik dokter seraya melerai perdebatan kedua orang tersebut.
"Tidak tau dok!" jawab Sam dan Ubai berbarengan.
Kepala dokter menggeleng sambil menyimpan peralatannya ke dalam tas. Lalu kemudian memberikan resep obat apa saja yang yang harus ditebus buat gadis itu.
Kemudian dokter pamit untuk pulang dan berpesan, agar kedua pemuda itu menjaga gadis yang masih belum sadar tersebut. Ubai mengantar dokter ke luar sekalian untuk menebus obat ke apotek terdekat.
Sam yang tadinya mau mandi tetap duduk dan memandangi Rasya. "Siapa sih dia? berada di dalam bagasi segala. Dalam beberapa jam bertahan di sana. Gila! ada-ada saja nih, dasar gadis bodoh."
Selang beberapa lama Ubai kembali dengan menenteng kantong obat di tangan. "Belum sadar juga ya?" tanya Ubai sembari mendekat.
"Belum! masih betah kali melayani mimpi." Ketus Sam seraya mengalihkan pandangannya ke sembarang tempat.
"Eh, coba perhatikan. Kalau gadis ini cantik juga, Bos. Manis semanis kue basah yang Bos suka. Ha?" Ubai melonjak kaget setelah menatap lekat gadis ini. Ubai baru ingat kalau gadis yang sekarang terbaring lemah ini rupanya si penjual kue basah itu.
"Kenapa?" tanya Sam heran melihat reaksi Ubai yang menajamkan pandangannya pada gadis itu sangat dekat. Dengan cepat tangan Sam menepuk punggung Ubai.
Plak!
"Dekat amat sih? lihat apa ha?" barusan bilang cantik sekarang berlaga kaget mau cari kesempatan lu, cantik apaan? kucel, kusam. Nggak ada menarik-menariknya," ungkap Samudra sedikit mencibir.
"Eeh, jangan salah. Banyak salon kecantikan dan nanti kau juga yang akan tergila-gila. Baru tau rasa." Sambung Ubai. "Ini, Bos. dia itu gadis si penjual kue basah itu lho."
"Kue basah yang tidak enak itu?" sela Sam. Tidak percaya.
"Bu-bukan. Ini si penjual kue yang enak itu, aku yakin dia orangnya." Ubai meyakinkan Sam.
"Ah, masa sih? gadis jelek. Kucel gini bisa bikin kue, jangan-jangan cara bikin kue nya jorok lagi, iiy .... oo!" Sam menjulurkan lidahnya.
"Alah ... suka juga, sudah jelas, Bos suka dengan kue nya." Mereka berdua jadi berdebat tentang kue.
"Iih ..." kedua bahu Sam bergidik. lalu beranjak berjalan ke kamar mandi. Dengan niat sudah tidak kuat ingin mandi.
"Ha-haus, aku haus." Pada akhirnya Rasya tersadar, namun belum membuka kedua kelopak matanya.
Ubai dengan sigap mengambil air putih lalu ia minum kan perlahan menaikan kepala Rasya. Sam yang tinggal masuk kamar mandi hentikan langkahnya dan memutar tubuhnya melihat ke arah Rasya dan Ubai.
Perlahan Rasya membuka matanya bergantian, memicingkan nya melihat tempat sekitar yang jelas asing untuknya. Terus membuka matanya yang satu lagi kemudian mendapati pemuda tampan duduk tepat dihadapannya.
Rasya sejenak mengumpulkan kesadarannya, mengingat-ingat apa saja yang sudah terjadi terhadap dirinya itu? sehingga sekarang berada di tempat ini.
Rasya memejamkan matanya kembali lalu membukanya lagi. Setelah mendengar suara yang terdengar berat ditelinganya.
"Kau sudah sadar?" tanya Ubai merasa senang kalau Rasya sudah sadar.
"Sadar? emangnya aku kenapa? apa aku kesurupan, Tuan?" ucapnya Rasya yang balik bertanya dengan suara yang parau.
"Ck! kamu tidak kesurupan, Nona. Kamu pingsan di bagasi mobil yang aku bawa," sahut Ubai sambil memberikan lagi minuman beserta obatnya yang tidak menganjurkan untuk makan lebih dahulu.
"Aku, aku dimana sekarang? Bukan di rumah Juragan Kasmin, kan?" selidik Rasya, dia menatap gusar, dia takut kalau dirinya tertangkap lagi oleh anak buahnya Juragan Kasmin.
"Siapa dia? Oya kamu kini berada di sebuah apartemen milik majikan+sahabat saya. Itu dia orangnya." Ubai menunjuk ke arah Sam yang masih berdiri mematung dengan tangan dilipat depan dada.
Netra mata Rasya bergerak melihat pria blasteran tersebut yang menatap tajam tanpa ekspresi apapun ke arahnya. "Kalian orang baik, kan?"
"Aduh, Nona ... kalau kami bukan orang baik, pastinya kami tidak akan menolong mu, kita buang saja tubuh mu di jalanan." Lanjut Ubai sambil mengibaskan tangannya.
"Aku, kau buang di jalanan? ja-jangan, Tuan aku mohon." Rasya menyatukan kedua tangannya di depan dada dengan masih posisi terbaring. Tubuhnya masih terasa lemah dan juga sesak.
"Iya, makanya. Berarti kan kami orang baik-baik," sambung Ubai lagi.
"Terima kasih, Tuan." Rasya berusaha untuk duduk yang langsung Ubai bantu.
"Sekarang jawab dengan jujur. Siapa kamu sebenarnya dan kenapa ada di dalam bagasi mobil saya? jawab dengan jujur?" suara Sam agak nada tinggi.
"Bisa gak? gak usah teriak-teriak! aku takut." Rasya sedikit ketakutan dan memeluk kedua lututnya.
"Iya, kamu ini jangan galak-galak. Hadapi wanita itu dengan lemah lembut." Ubai berucap yang ditujukan pada Sam.
Mata Sam mendelik sempurna. Dia duduk di sofa yang tadi. "Jawab saja."
Manik mata Rasya melihat ke arah Sam dan Ubai bergantian. "Nama sa-saya ... Rasya. Tuan."
"Rasakan sakitnya atau rasakan nikmatnya?" ucap Samudra tanpa ekspresi.
"Bos, namanya Rasya, bukan rasa. Beda." Ubai menyela omongan bosnya yang bicara sekenanya saja.
"Terserah saya mau menyebut apa!" Sam tak mau kalah. "Turus apa yang membuat kamu berada di dalam bagasi mobil?" kembali menoleh ke arah Rasya.
"Sa-saya, kabur dari tempat bandot tua. Calon suami saya." Jawab Rasya lagi, menunduk dalam.
"Calon suami! emang usia kamu berapa tahun?" tanya Ubai menatap lekat.
"19 tahun, Tuan." Rasya mendongak lalu kembali menunduk sedih.
"Ooh, calon suami mu masih muda atau tampan, atau juga kaya raya kah?" selidik Sam.
"Aduh ... Tuan. Gak mungkin aku bilang bandot tua kalau masih muda mah." Timpal Rasya kembali menatap heran.
"Ya-ya, kan saya tidak tahu." Sam menggeleng.
"Tua, Bos. Sudah tua." Ubai ikut menjelaskan.
"Oya, Tuan ramah. Rasanya aku pernah bertemu dengan mu tapi dimana ya? aku lupa!" Rasya menatap ke arah Ubai yang dia panggil tuan ramah.
"I-iya. Aku pernah membeli kue kamu, waktu itu." Ubai mengangguk.
Rasya terdiam dan mengingat-ngingat. Memutar memorinya ke beberapa waktu yang lalu. "Ooh, iya Tuan. Aku ingat sekarang."
"Tau gak? kamu itu bikin kami repot, harus memanggil dokter segala, sebab kami takut kamu kenapa-napa. Kalau saja kamu kenapa-napa bisa berabe. Apalagi sampai mati di mobil. Bikin ribet," jelas Sam tampak kesal.
"Ma-maaf, Tuan jutek. Saya tidak sengaja dan tidak tahu kalau akan merepotkan kalian." Rasya tampak sedih dan akhirnya berurai air mata. Dia menangis terdengar memilukan.
Apalagi ketika Ubai menawarkan pulang dan akan Ubai Antarkan. Tangis Rasya semakin pecah, hatinya menjadi hancur mengenang sikap keluarganya hingga dia dijual sama juragan Kasmin sehingga dia terdampar di tempat ini ....
****
Hi ... reader ku jangan lupa dukungannya, like komen dan vote nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Inaherlinasofia
tuan jutek hehehehe
2023-07-15
0
Ummi Alfa
Hm..... Tuan Ramah VS Tuan Jutek, ada2 aja Rasya nyebut mereka berdua tapi emang cocok sih!
2022-10-03
1
Tutiks
lanjut lagi up nya
2022-08-27
1