Setelah sarapan, Rasya melanjutkan aktifitasnya. Menyapu, mengepel beberes dan mencuci pakaian Sam, yang ia pungut dulu dari kamarnya. Kamar yang sangat berantakan sekali itu Rasya bereskan terlebih dahulu.
Kalau ke balkon, Rasya tak berani melihat ke bawah. Ngeri, takut terjatuh. "Iiy ..." Rasya bergidik.
Dia mengurus beberapa tanaman yang ada di sana dengan kasih sayang.
Kemudian, karena semua sudah selesai tinggal menunggu jemuran kering, Rasya berleha-leha di sofa menyalakan televisi dan menonton acara kesukaan dia.
"Iih, jangan di siksa dong kasihan. Aduh ... kok kalian jahat sekali sih." Rasya mengomentari setiap adegan yang ada di televisi. Sampai ada adegan sedih pun ikut menangis tersedu.
Jam makan siang, Sam mengajak Ubai pulang ke apartemennya untuk makan siang di sana saja.
"Emang sudah menyuruhnya masak, Bos?" selidik Ubai melirik ke arah Sam.
"Belum, suruh aja dia masak dan sebentar lagi kita sampai." Perintah Sam sambil merapikan mejanya.
Namun Ubai tidak segera menelpon ke apartemen. Melainkan mengurus urusan lain.
"Sudah belum? ayo dong lama amat. Ngapain dulu sih?" Sam tampak kesal pada Ubai.
"Mencari ponsel dulu ke konter, Bos sabar ya ... jangan terburu-buru. Kasihan anak orang itu." Ubai mengangkat tangannya.
"Apaan sih? gak nyambung amat!" Sam menggeleng.
"Gak di angkat bos, atau mungkin pesawat telepon di apartemen gangguan." Kata Ubai sambil menyimpan ponsel ke dalam sakunya.
"Ya sudah pulang saja." Sam beranjak dan menggeser kursinya ia rapikan ke dalam.
Ubai mengikuti Samudra dari belakang, sambil sibuk dengan ponselnya kembali dan tentunya urusan kerjaan.
Selang 15 menit di perjalanan. Pada akhirnya mereka sampai juga di unit milik Sam. Dan baru saja membuka pintu sudah tercium wanginya masakan dari dapur. Wanginya saja sangat menggugah selera.
"Wah ... baunya masakan ... bikin perut ku keroncongan." Ubai langsung masuk menghampiri Rasya yang sedang berkutat dengan sodet dan wajan.
"Kamu masak apa Nona? tahu saja kalau kami mau pulang makan siang!" suara Ubai mengagetkan Rasya yang sambil melamun.
"Ha, Tapi saya cuma masak sedikit, Tuan muda gak bilang mau makan siang di rumah--"
"Ooh, jadi menunggu perintah dulu gitu? walaupun saya tidak suruh wajarlah kamu masakin buat saya! wajarlah kita pulang buat makan siang sebab di rumah ada pelayan. Kalau gak ada pastinya kita pesan atau makan di kantor," ujarnya Sam agak dingin.
"Kalau saya masak banyak. Terus gak ada yang makan gimana? sayang dong mubazir? dan mubazir itu temannya setan," balasnya Rasya sambil memainkan tangannya.
"Kalau gak ada yang makan. Makan aja sendiri! gitu kok repot." Balas Sam dengan nada tinggi.
"Sudah, masakin saja, Nona. Nanti Tuan muda marah." Bisik Ubai ke arah Rasya.
Rasya mengangguk. "Baik Tuan ramah."
Sam memperhatikan bahasa tubuh Ubai yang berbicara dengan Rasya yang terlihat mengangguk. Manik matanya tak luput melihat gadis itu yang tampak bersih dengan pakaian yang tadi pagi Ubai bawa.
Rambut di kuncir rapi yang mengekspos lehernya yang bersih. Kemudian netra mata Sam bergerak mengawasi semua yang ada di apartemen tersebut tampak bersih rapi.
Lantas Sam membawa langkah ke dalam kamar pribadinya yang juga sangat bersih, pakaian kotor pun sudah tidak ada nampak satu pun di sana.
Barang-barang yang tadi sengaja ia buat berantakan berubah sangat rapi. "Lumayan juga kerjaannya." Sam menyunggingkan senyuman. Dia mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur sambil menunggu Rasya selesai masak.
"Bos, sudah siap tuh ... masakannya." Suara Ubai membuyarkan lamunannya Sam yang anteng, menatap langit-langit.
Sam hanya menoleh dingin dan beranjak meninggalkan kamar tersebut. Berjalan mendekati meja makan yang sudah tersaji menu nasi goreng telor mata sapi. Masakan yang simpel dan tidak membutuhkan waktu yang lama.
"Cuma nasi goreng?" ucap Sam menunjuk piring di meja. Dengan nada dingin dan tidak suka.
Degh!
Ubai melirik ke arah Rasya yang menunduk dalam-dalam. Dia tampak ketakutan.
"Mungkin waktu, Bos. Yang tidak memungkinkan untuk masak yang lain, kita harus segera ke kantor," ucap Ubai menenangkan.
"Tuan ramah benar, dalam waktu yang sesingkat ini gak mungkin saya memasak ayam ataupun sup yang harus membutuhkan waktu yang lebih lama, Tuan," ungkap Rasya membela diri.
"Ck!" Sam duduk dengan wajah kesal dan mulai mencicipi masakan Rasya yang setelah di icip-icip enak juga di lidahnya. Bumbu yang masuk semuanya pas. Sehingga dia menyantapnya dengan sangat lahap.
Ubai pun gegas menikmati hidangan yang ada. Dia sih santai aja dengan hidangan apapun dan tidak terlalu pilih-pilih, sebab kalau ingin sesuai selera tinggal delivery saja, kan gampang.
Rasya menyediakan air minum untuk kedua lelaki itu, netra nya memperhatikan kedua pria tersebut yang tampak begitu lahap menikmati makan siang yang dia buat. Rasya segera mengalihkan pandangan ketika Ubai mengangkat wajahnya.
"Hem enak sekali. Wah ... pas di lidah ku nih. Lihat Nona aku suka masakan mu, lain kali bikinkan lagi ya?" ucap Ubai pada Rasya.
Tentu Rasya merasa senang apa yang dia perbuat diterima dengan baik oleh orang lain. "Makasih, Tuan." Mengangguk senang.
"Apaan? biasa saja kok. Gak ada yang istimewa! malah enakan masakan bibi di rumah." Kata Sam tanpa beban.
Hati Rasya terasa sakit mendengarnya, namun sorot mata Rasya tertuju pada piring Sam yang bersih tak ada sisa nasi satu pun.
"Tuan, katanya biasa? lebih enak yang di rumah! terus, kok itu piring bersih ya dan anda seperti pengen nambah?" ungkap Rasya dengan terheran-heran.
Bikin Sam kalah telak. "Sa-saya lapar, tau itu kan? kalau gak lapar sih ogah." Elak Sam dengan angkuhnya.
"Alasan, lain kali kalau minta di masakin lagi, saya gak mau." Rasya cemberut.
"Heh, kau ini di sini pelayan. Mau kamu saya keluarkan dan menikah dengan bandot tua yang siapa itu namanya? lupa."
"Juragan Kasmin, Tuan."
"Iya, dia. Mau kamu saya kembalikan padanya ha?" sergah Sam menatap tajam.
"Ti-tidak mau, Tuan. Sa-saya belum siap menikah dengannya, istri dia banyak. Dan takut disiksa di ranjang," kata Rasya lirih dan menundukkan kepalanya.
Sam memicingkan matanya sebelah melihat ke arah Rasya. "Disiksa? emang di ranjang tempat penyiksaan ya? bukannya ranjang memberi kenikmatan?" lalu menoleh ke arah Ubai.
Ubai yang terdiam mendengarkan perdebatan bos dan gadis yang baru hadir di kehidupannya itu, hanya menahan tawa. Terlihat dari pipinya yang mengembang dan akhirnya tertawa lepas juga.
Membuat Sam melotot dengan sangat sempurna ke arah Ubai. "Tertawa, apa yang lucu?"
"Nggak, Bos nggak. Yu kita jalan sudah siang," ajak Ubai sambil berdiri dan meraih bag nya.
"Tertawa! lihat badut apa?" gerutu Sam sembari meraih gelasnya lantas meneguk setengahnya.
"Nona, kerjakan tugas mu dengan baik ya? jangan sampai ada singa menerkam mu. Ha ha ha ..." ucap Ubai sebelum melintasi pintu.
Rasya menghela napas lega, setelah mereka tidak ada. Terutama Sam yang bikin ia jantungan. Apalagi baru beberapa hari dia di sini belum mengenal karakternya ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Hm..... lama2 Sam bisa suka nih, sama Rasya apalagi melihat penampilan Rasya yg sekarang bersih dan wangi.
Masih jutek aja bos Sama sama Rasya beda sama Ubai.
2022-10-03
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor tuan jutek kayak singa sabar rasya bikin masakan yg enak biar tuan jutek bucin 🤣🤣🤣😂😂💪💪👍👍
2022-08-30
1