Suatu siang. Rasya mengantar kue ke toko sang bunda. Ia berjalan dengan gontai, dari mobil ada yang memanggil.
"Hi ... Mbak jualan apa tuh?" tanya seorang pria yang duduk di depan mungkin sambil mengemudi mobil mewah.
"Sa-saya? Anda panggil saya bukan?" menunjuk hidung nya.
"Iya, kamu. Jualan apa saya lapar nih," sambung nya pria itu.
"Oh ini, kue basah. Mas kalau mau beli aja di tokonya di depan. Saya mau mengantar ke sana Mas." Rasya menunjuk ke arah depan.
"Aduh ... Mbak. Saya maunya sekarang apa bedanya Mbak? di sana di jual di sini pun di jual." Pria itu turun dan menghampiri Rasya. Mengamati makanan yang dia bawa.
Rasya menggaruk tengkuknya sambil nyengir. "Iya juga sih."
"Nah. Saya mau kue lapis dan dadar gulung, semua 50rb." Pria itu memberikan uangnya.
Rasya membungkus apa yang pria muda itu pinta. "Ini Mas. Makasih?"
Pria tersebut pergi memasuki mobilnya kembali melaju meninggalkan tempat tersebut.
Rasya bergegas melanjutkan langkahnya dengan wajah yang sumringah belum juga sampai ke toko sudah dapat duit. "Alhamdulillah ya Allah."
Sesampainya di toko. "Bu, ini kue nya." Rasya menyimpan di tempatnya. Sekalian di tata yang rapi.
"Lho Kok sedikit? kemana sebagian lagi? saya minta 300 biji, ini kurang kamu makan ya?" kata sang bunda sambil melotot dan nada yang tinggi.
Wajah Rasya sangat ketakutan. "Ti-tidak, Bu. Aku gak makan, maaf Bu, tadi di jalan ada yang beli dan i-ini uangnya." Gadis itu mengeluarkan selembar uang dari saku nya.
"Apa, kau jual? siapa suruh kau jual anak bodoh ha ..." sang bunda menjewer kuping Rasya. Membuat dia memekik sakit.
"Sakit, Bu. Maafkan aku Bu." Rasya menangis.
Murni dan Vera muncul dari toko pakaian. "Ada apa Bu? ribut!"
"Ini si Rasya pesanan orang di jual di jalan. Siapa yang gak jengkel coba?" sahut ibunya.
"Hem, dasar anak gila." Gumam Murni pada Rasya yang bersimpuh di lantai wajahnya basah.
"Permisi!" seorang ibu-ibu datang pada ibunya Rasya.
"Oh, ibu. Mau ngambil pesanannya ya? sebentar ya saya kantongi dulu." Dengan ramahnya.
"Maaf Bu, maaf banget. Pesannya gak jadi, sebab acaranya gak jadi sore ini. Maaf banget ya Bu." Si ibu itu merasa tidak enak.
"Tidak jadi?" Bu Karsih lesu. Di balas dengan anggukan oleh tamunya.
Ibunya Rasya tertegun, rasa kesal dan marah bercampur menjadi satu. Namun ia mencoba tetap ramah. "Oh yo wes. Ndak pa-pa."
"Sekali lagi saya mohon maaf, permisi?" kemudian pergi setelah di balas anggukan oleh pemilik toko.
Brak!
Memukul meja. "Ini semua gara-gara kamu anak pembawa sial. Anak gila! gara-gara kamu jual di jalan sehingga yang pesan membatalkan pesanannya.
Rasa ketakutan. "Ta-tapi gak ada hubungannya dengan yang di jalan Bu. Mereka ndak tahu apa-apa!"
"Diam! saya tak minta kamu memberi pendapat," bentak ibunya.
Rasya terkesiap. Menoleh pada kedua kakak nya yang malah ikut mencibir dan terdengar jelas dari bibirnya.
"Mampus lho." Mereka tampak geram. Membuat Rasya stres kepalanya menggeleng.
Kemudian Rasya pergi dari toko buat pulang. Cuaca mulai gelap sepertinya mau hujan, Rasya berlari menelusuri jalanan. Supaya segera sampai dan banyak jemuran di rumah takut kehujanan.
Benar saja. Sesampainya di rumah hujan turun begitu deras mengguyur bumi yang sudah beberapa hari ini tidak mendapat kucuran air. Napas Rasya ngos-ngosan, capek dari toko berlarian belum lagi di rumah mengambil jemuran yang menggunung menanti suhu panasnya setrikaan.
Dadanya naik turun saking capeknya. Mengambil segelas air putih dan meneguknya sampai tandas.
...---...
"Ubai, makan apa tuh? bagi dong." Pinta seorang pria yang wajahnya tak kalah tampan dari Lee Min-ho.
"Oh, Tuan mau. Boleh, tapi ini cuma jajanan pasar Tuan muda." Ubai menyodorkan makanan yang tadi ia beli dari Rasya.
"Enak. Di luar Negeri makanan semacam ini tidak ada." Gumam pria itu, dia tinggal di Indonesia untuk meneruskan usaha orang taunya. Selama ini dia tinggal di luar Negeri bersama kakeknya dan sudah saatnya ia kembali dan mengambil alih tanggung jawab dari orang tua.
Pria tinggi dan tampan itu memiliki nama lengkap Samudra Wijaya. Blasteran Indo dan Korea wajar kalau wajahnya pun mirip-mirip Lee Min-ho.
Ubai menoleh kantong yang tadi berisi makanan di meja itu. Namun cuma tersisa kantongnya saja. Ia tersenyum dan menoleh pada majikannya yang begitu lahap makan sambil berkutat dengan laptopnya.
Tanpa menoleh tangan Samudra mau mengambil lagi makanan yang memang sudah habis. "Lho kok habis?"
Ubai menyeringai dan mengambil kantong tersebut ia buang ke tong sampah. "Habis Tuan. Enak ya?"
"Lumayan." Singkat.
"Beli lagi dong sekalian buat hidangan nanti sore meeting." Menoleh ke arah Ubai yang sedang sibuk dengan berkata di tangannya.
"Baik, Tuan muda. Saya nanti membeli lagi," balasnya Ubai
Ubaidilah, itu nama lengkap Ubai. Asisten pribadi Samudra, yang ditunjuk sang ayah untuk menemani Samudra putra dari salah satu pengusaha migas, Sunyoto Wijaya. Ubai pria berusia 28 tahun yang lebih muda usianya dari Samudra yang yang sudah menginjak usia 29 tahun. Dia tak kalah tampan dari Bosnya Samudra.
Ubai kembali ke kantor cabang dengan membawa sebuah kantong yang berisi jajan pasar seperti yang tadi mereka makan.
"Tuan muda, saya sudah membeli kue yang tadi banyak sekalian buat hidangan meeting bukan?" Ubai menatap Bosnya.
Samudra menoleh dan mengangguk. Kemudian melakukan vc dengan kekasihnya yang keturunan Indo Jerman yang bernama Karen.
"Sudah makan belum sayang?" tanya Samudra pada sang kekasih.
"Belum sayang, kangen nih kapan kau balik ke Jakarta lagi?" balas Karen.
"Em ... kapan Bai?" mengalihkan pandangan pada Ubai yang duduk di pojokan.
"Ha? balik ... sekitar dua - tiga hari lagi."
"Oh, kalau gak dua hari berarti tiga hari lagi. Saya balik ke Jakarta. Sudah dulu ya? mau siap-siap meeting, muach sayang." Samudra memberikan ciuman jauhnya.
Tut Tut Tut ....
"Siapkan semuanya?" Samudra melempar tatapan pada sang asisten pribadinya.
"Siap, Tuan muda." Keduanya berjalan begitu gagah dan menebarkan pesonanya, membuat para wanita klepek-klepek dan mengagumi kedua pria itu.
"Wah ... semakin hari aku lihat kedua bos kita itu semakin tampan Akh ... aku bisa gila memikirkan nya."
"Iya aku sangat mengagumi Bos kita itu. Aku tergila-gila dibuatnya." Bisik sebagian karyawan wanita di sana.
Kedua pria itu cuma tersenyum dalam menanggapi nya. Mereka berdua memasuki ruang rapat yang baru ada beberapa orang yang hadir di sana.
Samudra dan Ubai duduk tidak jauh, berangsur orang-orang berkumpul meeting pun di mulai.
Diawali dengan pembahasan masalah-masalah yang sering ada serta pandangan dan saran buat kemajuan perusahaan. Samudra sebagai CEO muda memohon bantuan dan dukungan agar ia mampu membawa perusahaan khususnya cabang yang ada di kota ini semakin maju.
Setelah penutupan Samudra mencicipi kue di meja namun tak sampai ia menelannya, ia pura ke toilet untuk membuang apa yang sudah terlanjur ada di mulutnya.
"Oo." Membuang yang ada di dalam mulutnya. "Apaan gak enak banget."
Apa yang di makan kali ini beda banget dengan yang dia makan tadi siang sangat jauh berbeda ....
****
Hai ... Rasya Hadi lagi nih, apa ada yang menunggu up nya novel ini. Oke jangan lupa like & komentarnya. Makasih🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Pasti kue yg di beli Ubai bukan di toko mamanya Rasya to di toko lain dan Samudra kayanya lidahnya dah cocok sama kue buatan Rasya.
2022-10-03
1
Muhammad Pratama
lanjut
2022-09-22
1