Tidak lama kemudian Rasya datang membawa secangkir minuman teh manis. Berjongkok dan menyuguhkan nya pada sang tamu.
Mata si tamu kini mengarah pada gadis bertubuh mungil dan dekil namun ia bisa memberi gambaran kalau gadis dekil ini di poles sedikit saja pasti sangat cantik, bahkan lebih cantik dari kedua gadis yang tampak bersih dan rapi yang duduk manis di arah sana.
Kemudian manik mata laki-laki tua itu bergerak pada pak Muhidin dan Bu Karsih yang tersenyum senang. Mungkin mereka yakin kalau bandot tua ini akan menyetujui tawarannya.
"Apakah ... gadis ini yang kalian maksud?" selidik laki-laki tersebut sembari mengernyitkan keningnya.
"I-iya Juragan. Ini putri saya dan dia masih polos," sahut pak Muhidin.
Membuat Rasya menoleh dan ditatapnya wajah sang ayah yang terlihat sumringah. Rasya kebingungan apa maksudnya? sehingga menunjuk-nunjuk dirinya.
Rasya berdiri hendak ke dapur lagi, namun di cegah oleh Bu Karsih sehingga Rasya berdiri dekat sang ibu.
Bola mata yang genit laki-laki tersebut memandang ke arah Rasya dengan intens dari kepala sampai ujung kaki. Tak ada sedikitpun yang luput dari pandangannya. Kepalanya di angguk-anggukan dengan bibir di tarik ke samping, dia memberi kode tanda setuju.
"Bagaimana Ju-Juragan?" tanya pak Muhidin dengan tatapan penuh rasa penasaran.
Begitupun Bu Karsih dadanya berdebar-debar menunggu jawaban dari juragan Kasmin. Yang bersedia memberikan pinjaman hampir satu M asal ada jaminan seorang gadis yang masih perawan. Itu pintanya.
Pak Muhidin dan istri tadinya mau menyodorkan Murni dan Vera, namun mereka tidak rela kalau kedua putrinya itu harus disodorkan kepada pria tua tersebut. Sebagai jaminan hutang mereka, mana pada pria itu beristri banyak.
"Saya ..." gumam Juragan Kasmin menyandarkan punggungnya ke bahu sofa. Matanya terus memperhatikan Rasya yang menunduk dalam.
"Saya setuju kalau gadis ini. Tapi ... saya mau bawa dia malam ini juga, saya sudah tidak sabar untuk menikmatinya. Sesuatu yang pastinya masih segar dan sangat sempit tentunya." Senyumnya membuat takut yang melihat.
"Terima kasih Juragan, terima kasih." Pak Muhidin begitu antusias dan bahagia.
Bu Karsih juga tampak sangat bahagia kalau saja tak malu pastinya mau berjingkrak-jingkrak. Kemudian juragan Kasmin menyuruh bodyguard nya mengambil sebuah koper dari mobilnya.
Muhidin dan Karsih bersitatap dengan senyuman yang begitu merekah dan penuh kebahagiaan. Sebentar lagi mereka akan meraup uang yang banyak buat bayar hutang dan sebagian buat usaha.
Brugh!
Koper besar yang bodyguard bawa, disimpan di atas meja dan kuncinya segera di buka sehingga terlihat jelas isinya. Koper itu berisi uang senilai 9,5 M. Membuat semua mata terbelalak, melotot dengan sangat sempurna dengan mulut menganga seakan tak percaya dengan yang mereka lihat.
Netra mata Rasya digercap kan. Tak percaya dengan yang dia lihat saat ini. "Itu uang asli atau palsu? apa ... kertas biasa sih? atau daun kali ya? banyak banget." Gumam Rasya.
Semua menoleh pada Rasya yang menggerakkan kepalanya mendekat melihat isi koper seakan ingin meyakinkan hati kalau itu uang semua.
"Dasar oon atau bego sih? Itu duit-duit asli. Asli, makanya jadi orang jangan diem di dapur mulu yang kau urus, jadinya gak tau duit." Celetuk Murni sinis.
Kemudian juragan Kasmin menyodorkan sebuah berkas untuk di tandatangani. "Sekarang kalian tandatangani berkas ini. Agar ada bukti hitam di atas putih. Kalau kalian sudah menyerahkan gadis ini pada saya dengan imbalan uang itu semua."
Mereka tidak berpikir panjang lagi pak Muhidin dan istri langsung mendatangani sebuah berkas yang juragan Kasmin sodorkan.
Rasya kebingungan. Buat apa itu semua? di saat Rasya merasa kelimpungan, tangannya di tarik Bu Karsih dan disuruh berdiri dekat pria tua tersebut. "Bu!" netra mata Rasya yang bening memandangi sang ibu, apa maksudnya ini.
"Sekarang ... gadis ini silakan Juragan bawa namun harap dimaklumi kalau sikapnya kadang seperti orang agak gila." Kata Bu Karsih pada juragan Kasmin.
Degh!
Perkataan bu Karsih melukai hati Rasya. "Aku tidak gila Bu." Kedua matanya berkaca-kaca menatap sang ibu.
"Diam kamu, jangan banyak cingcong. Cukup turuti saja kemauan kami yang sudah membesarkan dan merawat mu, di sini juga kau tidak berguna." Bu Karsih dengan jelasnya.
Murni dan Vera hanya saling tatap dan menyunggingkan bibir yang sedikit mencibir.
"Saya akan dengan senang hati menerima gadis ini, apalagi yang penting dia masih di segel." Pria itu membuka mulutnya lebar-lebar menunjukan tawa yang menakutkan.
"Segel? saya bukan pintu yang harus disegel atau di kunci Juragan." Rasya memberanikan diri untuk bersuara.
Nyess ....
"Aduh ... mendengar suaranya saja saya gak kuat. Merdu bagai burung perindu, ah .... betapa syahdunya," juragan Kasmin menggeleng sambil memejamkan matanya.
Semua yang di sana merinding melihat dan mendengar juragan Kasmin yang dianggap terlalu lebai.
"Semoga anda puas Juragan. Nanti kalau kalian mau menikah jemput saja kami," ucap pak Muhidin dengan nada yang bahagia.
Rasya makin dibuat tidak mengerti. "Apa? aku. Dia, menikah? menikah dengan pria tua ini? pria yang sudah bau tanah, iih ... takut, sama dia?"
Rasya bergidik membayangkan nya saja sudah bikin ia mual. Oo. Dia membayangkan kalau sudah menikah itu, saling bertukar saliva karena bertemunya dua lidah. Kefahaman itu ia dapatkan sebab kadang mengintip kedua kakak perempuannya yang sering menonton video.
"Kamu sudah saya serahkan pada juragan ini dan sekarang kamu ikut dia," kata pak Muhidin menatap putrinya ini.
"Pak, kenapa aku harus ikut dia? emangnya dia bapak aku atau paman aku? atau juga kakek aku?" Rasya memandangi ibu dan bapaknya berharap jawaban.
"Juragan ini akan menjadi suami mu Rasya--"
"Apa suami? seperti Ibu dan bapak ya? nanti punya anak. Ah ..." otak Rasya mulai traveling. "Ah ... gak mau, aku gak mau bersuami juragan ini." Rasya menggeleng kasar.
"Mau tidak mau. Kamu harus mau. Sebab kamu sudah di bayar dengan uang ini." Timpal Bu Karsih sambil memeluk koper yang berisi uang tersebut.
"Ha? aku kalian jual gitu maksudnya? aku itu bukan kue, Bu. Pak!" Rasya mengedarkan pandangan pada pak Muhidin dan Bu Karsih bergantian.
"Kamu itu manis, semanis kue," ucap juragan Kasmin dengan pandangan yang penuh gairah pada satu titik milik Rasya yang biarpun tubuhnya mungil tapi dadanya berisi.
Rasya menoleh sebentar lalu mengalihkan pandangan lagi pada ayah ibunya yang tampak bahagia dengan memeluk koper uang itu.
"Kamu sudah kamu jual pada juragan satu M dan sisanya nanti menyusul, kan Juragan?" Bu Karsih melirik pada juragan Kasmin.
"Satu M? ma-maksud ibu satu ember atau empang? atau--"
"Iya, satu ember air buat mengguyur muka mu itu, jijik saya lihat kamu." Suara Murni memotong perkataan Rasya.
"Dasar gila! tetap aja gila," sambung Vera sembari mendelik kan matanya.
"Argh ... sudah. Saya akan bawa gadis ini sekarang juga! saya sudah tidak tahan untuk membawanya." Tangan juragan Kasmin menarik pergelangan tangan Rasya yang akhirnya meronta dan berontak.
Tanpa mencegah atau apa, keluarga Rasya malah ketawa senang. Senang karena gadis yang dianggap sedikit gila itu menjadi gadis menghasilkan uang satu M ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Arin
bacnya bikin naik darah....
2023-01-29
1
Yuen
Bener2 si Rasya oon bikin 😠... Keluarga apaan, dijadiin babu gak nyadar.. Emosi gw baca
2023-01-01
2
Ummi Alfa
Bisa jelasin Thor.... kenapa perlakuan orang tua Rasya berbeda dengan ke kakak2nya. Penasaran aja koq kaya Ndak punya hati banget.
2022-10-03
1