"Kamu, punya keluarga tidak di kota besar ini?" tanya Sam setelah menunggu tangis Rasya mereda.
Rasya menggeleng sambil sesenggukan. "Aku tidak punya siapa-siapa, Tuan. Bolehkah aku tinggal di sini? jadi pembantu juga gak pa-pa kok, di rumah juga sama." Matanya yang nanar itu menatap ke arah Sam dan Ubai bergantian.
Lalu dengan polosnya Rasya menceritakan semua yang dia alami semenjak dari kecil sampai dewasa di saat ini. Semua dia ceritakan, tidak ada sedikitpun yang disembunyikan. Semua perlakuan seluruh keluarga dia ceritakan tak ada yang dikurangi atau di lebih-lebihkan.
"Apa serius. Tak ada yang kau lebih-lebihkan atau dikurangi?" selidik Sam tampak angkuh dan tidak percaya.
"Saya sih percaya dengan gadis ini, Bos. Sebab setidaknya. Saya pernah ketemu dengan ibu dan kedua kakaknya itu, yang di toko itu kan?" ucap Ubai pada Sam dan pada akhirnya melirik ke arah Rasya dan bertanya.
"Iya, Tuan ramah. Mereka kedua kakak ku. Kalian mau percaya atau tidak! terserah, yang jelas aku sudah jujur sama kalian berdua.
"Pantas penampilan mu tidak terjaga. Berantakan, kucel, dan kumel." Samudra menatap sinis pada Rasya.
"Jangan gitu, Bos ... kamu kan banyak duit. Bawa ke salon kecantikan dijamin kau sendiri yang akan pangling, ingat. Kau sudah janji kalau yang di bagasi itu seorang gadis akan kamu nikahi dan alam semesta menjadi saksinya." Ubai seakan berbisik.
"Jadi kamu cuma tamatan sekolah SD, cuma itu dan keseharian mu cuma di rumah dan membuat kue?" selidik Sam lagi.
Rasya mengangguk pelan. "i-iya, Tuan, eh tidak cuma itu saja, aku biasa melakukan pekerjaan rumah apa saja."
"Oke, kebetulan saya butuh orang untuk mengurus apartemen ini. Dan tugas kamu adalah mengurusnya dan menuruti semua perintah saya." Tegas Sam. Lalu melirik ke arah Ubai. "Kamu bertanggung jawab untuk mengurusnya. Dia harus bersih, baju bagus, penampilan menarik. Jangan seperti ini juga."
"Baik, Bos. Siap laksanakan," sahut Ubai sembari memberi tanda hormat.
"Ooh, makasih? Tuan-tuan. Kalian baik benget," Rasya tampak bahagia.
"Oya soal nikah menikah itu. Aku tuh cuma bercanda dan tidak serius, kamu saja yang nikahin gadis kampung ini." Jelas Sam seraya menggeleng.
"Eat! gak bisa! alam semesta yang menjadi saksinya lho. Janji adalah hutang." Ubai beranjak mau pergi.
"Eeh, mau kemana?" selidik Sam menangkap tangan Ubai.
"Ke dapur. Mau cari makanan di kulkas, kali aja ada yang bisa di masak." Ubai berjalan ke dapur. dan Sam ke kamar mandi untuk melanjutkan niatnya tuk bersih-bersih.
"Ya ... kosong melompong nih kulkas. Lama gak di isi kali," gumamnya Ubai sembari berjongkok mengintip isi lemari pendingin dan akhirnya ia tutup dan mengambil ponsel untuk memesan semua keperluan dapur yang bersih, kecuali air minum.
Setelah sekian lama berendam dan akhirnya Sam keluar dengan hanya menggunakan handuk melilit di bawah pinggang. Mengekspos dadanya yang bidang dan perut yang sixpack.
Rasa yang terpejam tiba-tiba membuka mata karena mendengar suara pintu yang terbuka. Bagaimanapun dalam hati kecilnya merasa takut. Setahu nya di unit ini hanya ada dua pria dan wanita yaitu dirinya.
Rasya menjerit ketika melihat sosok pria yang bertelanjang dada, memakai handuk cuma lima centi dari daerah inti. "Aaa ..." Seraya menutup wajahnya.
Ini kali pertama melihat tubuh pria asing yang telanjang dada selain pak Muhidin dan adik laki-lakinya.
Suara Rasya membuat kaget Sam, dia melotot sempurna pada Rasya yang menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Kau apa-apaan sih? berisik tahu!"
Tak ayal Ubai pun datang menyeruak ke dalam kamar Samudra. "Ada apa ini?" melihat keduanya bergantian.
"Di-dia gak pake baju, aku takut." suara Rasya yang ditujukan pada Ubai tanpa membuka kedua tangan yang menutup wajahnya.
"Gila, saya habis mandi wajar dong gini! lagian ini di kamar bukan di lapangan! ada-ada saja bikin sakit telinga ku ini." Hardik Sam. "Kau ini benar-benar, belum pernah lihat orang habis mandi apa?"
"Tidak pernah, Tuan. Baru kali ini saja. Lagian adik dan bapak ku kalau memakai handuk selalu di pinggang, gak seperti Tuan ini yang seenaknya gitu." Jawab rasa dengan perlahan menurunkan kedua tangan lantas menundukkan pandangannya ke kasur.
"Ubai, pindahkan dia ke kamar sebelah, cepetan? sakit mata dan telinga saya bila dia di kamar ini terus, bikin jengkel." Sam perintahkan Ubai untuk memindahkan Rasya ke kamar satu lagi.
"I-iya, Bos. Mari, Nona ikut saya?" ajak Ubai pada Rasya sebelum sang bos ngamuk. Ubai menuntun tangan Rasya yang perlahan menurunkan kedua kakinya ke lantai.
"Ma-mau dibawa kemana saya ini, Tuan ramah?" tanya Rasya pada Ubai.
"Bawa selimutnya. Aku gak mau memakai selimut bekas dia tanpa dicuci terlebih dahulu." Suara Sam mengkombinasi suara Rasya.
Ubai buru-buru mengambil selimutnya yang dipake Rasya barusan. "Ke kamar sebelah, Nona ... ikuti saja saya."
Sam menarik napasnya lega setelah Ubai dan Rasya tidak lagi berada di kamar pribadinya. Ia membaringkan tubuhnya tanpa memakai pakaian terlebih dahulu.
Rasya ditempatkan di kamar sebelah nya Sam, yang kebetulan, di unit itu memiliki dua kamar dan kamar itu yang biasa Ubai pakai bila menginap. Sebab Ubai itu punya tempat tinggal sendiri di gedung lain.
"Sekarang ... Nona tinggal di kamar ini, setelah sehat, Nona yang akan mengurus semua yang ada di apartemen ini termasuk melayani atau mengurus tuan muda Samudra." Ubai merapikan bantal yang akan Rasya pakai.
"Ooh, yang tadi itu namanya tuan muda Samudra ya? pantas garang. Ups!" Rasya menutup mulutnya sambil celingukan.
"Iya, dan saya Ubai sahabat+anak buahnya." Ubai menunjuk dirinya sendiri.
Rasya merangkak naik dan menempelkan kepalanya di bantal serta menarik selimut tebalnya. Sampai menutupi leher, kemudian Ubai keluar dari kamarnya Rasya.
Kebetulan pesanannya Ubai pun datang. Setelah membereskan keperluan dapur ditata nya dengan rapi. Ubai pamit pulang pada Sam yang mainkan laptopnya di kamar, dengan keadaan masih mengenakan handuk.
"Kau, itu kebiasaan ... ya? kalau habis mandi mau malam atau siang. Tidak buru-buru pakai baju," ucap Ubai sembari menggeleng.
"Mau pulang bukan?" tanya Sam yang sudah menduga kalau Ubai akan pamit pulang.
"Iya, Bos. Saya pamit dulu, Oya kulkas sudah penuh dan keperluan dapur lainnya juga sudah tersedia!" laporan Ubai pada Samudra.
"Uangnya besok ku transfer. Sekalian kau belikan beberapa pakaian, lengkap dengan ********** juga! CD atau bra atau apalah. Aku gak ngerti," ungkap Sam.
"Bos, aku juga gak tahu, gak pernah beli yang gituan apalagi ukurannya." Ubai kebingungan. "Mana pernah aku beli keperluan wanita?"
"Eh, dodol bingung amat sih? kamu bisa minta bantuan pada penjaga toko dan belikan saja semua keperluan dia," lanjut Sam menatap tajam ke arah ubai....
****
Masih sepi nih dari dukungan🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Oooh..... berarti di apartemen cuma berdua aja ya, sama Samudra.
Ndak apa2 lah jadi pembantu juga yg penting jauh dari keluarga dan juragan bandot tua itu.
2022-10-03
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor aku suka banget seru nih yg banyak thor up nya lama2 tuan jutek jatuh cinta loh 🤣🤣🤣😂😘
2022-08-28
1