Rasya berdiri tidak jauh dari tempat Sam berada. Yang asik menatap layar ponselnya sesekali Rasya mengintip isinya.
Setelah menyesap kopinya. Sam melihat mejanya kosong, sekilas menoleh pada Rasya. "Sarapannya mana?"
"Lho, Tuan gak minta! kalau tadi minta mungkin sudah saya siapkan, Tuan."
"Ck! sekarang siapkan roti dan selainya, cari di kulkas." Seraya membentak.
Rasya menciut dan gugup. "I-iya, Tuan."
Rasya bergegas mendekati lemari pendingin dan mengambil roti tawar dan selainya. Langsung dia buatkan untuk Sam yang tidak lupa dengan piringnya.
Melihat roti di piring gak ada pisau juga garpu nya. Sam kembali menatap tajam ke arah Rasya, setajam mata elang yang siap menerkam anak ayam.
"Pisau dan garpu nya mana?"
"Ha," Rasya kebingungan namun netra nya segera menemukan wadah sendok yang ada pisaunya di meja yang sama.
"I-ini, Tuan. Gak lihat ya? ini kan tidak jauh dari hadapan, Tuan." Rasya menyimpan garpu dan pisau di dekat Sam.
Pandangan Sam kembali menatap dengan tatapan yang mematikan. "Terus apa gunanya kamu ha?"
"Ma-ma-maaf, Tu-Tuan." Rasya kembali menunduk seraya mengepalkan tangan di bawah.
"Perhatikan!" tegas Sam yang ditujukan kepada Rasya.
"Garpu simpan di sebelah kanan, dan pisau. Di sebelah kiri, faham?" tanya Sam.
Rasya mencondongkan wajahnya ke arah yang Sam tunjukan. "Fa-faham, Tuan."
"Bikinkan lagi satu, ini masih kurang." Jelas Sam tanpa menoleh.
Rasya langsung membuatkan lagi, mengolesi roti dengan selai. Lalu ia suguhkan ke dalam piring Sam.
Melihat Sam sarapan roti tampak lahap, membuat Rasya menelan saliva nya sendiri berasa sudah ada di tenggorokan saja itu roti.
Tingtong ....
Tingtong ....
"Itu, lihat siapa yang datang?" titah Sam sedikit menunjuk ke arah pintu utama dengan dagunya.
Belum juga Rasya menyahut atau melangkah, sudah terdengar derap langkah sepasang sepatu yang masuk dan mendekati meja makan tersebut.
"Pagi ... Bos, dan Nona? aku bawakan barang-barang untukmu, nih bawa ke kamar." Ubai langsung memberikan Rasya beberapa paper bag.
"Apa saja itu?" tegas Sam. Menunjuk paper bag yang sudah beralih tangan itu.
"Itu ... beberapa setel baju. Dalaman juga, terus ada bedak. Body lotion--"
"Parfum? saya gak suka kalau ada orang yang bau." Timpal Sam kembali.
"Ada dong, Bos komplit lah, termasuk pembalut. Handuk juga,'' sambung Ubai sambil tersenyum puas.
"Ya sudah, suruh dia mandi. Aku nggak sanggup mencium baunya." Sam menyuruh Ubai agar Rasya segera membersihkan diri dan berganti baju.
"Nona, kau mendengarkan? perintah, Tuan muda? Sana mandi lebih dulu. Setalah itu barulah kamu beraktifitas, seperti memasak. Kamu pasti belum makan." Perintah yang berakhir dengan sebuah pertanyaan pada Rasya.
Rasya mengangguk. "Terima kasih, Tuan ramah. Kau begitu baik sama saya?"
"Sama-sama. Kamu harus berterima kasihnya sama Tuan muda ini, sebab saya beli itu semua karena di suruh Tuan."
Rasya mengalihkan pandangan pada Sam yang begitu jutek. "Makasih, Tuan?
"Hem." Gumamnya Sam singkat.
"Sudah. Mandi sana! nanti Tuan muda marah," perintah Ubai.
Rasya membawa paper bag ke dalam kamarnya. Baru melintasi pintu. Sam sudah terdengar bersuara.
"Tunggu! saya mau berangkat kerja. Kamu kerjakan semua pekerjaan ini. Tidak boleh keluar dan jangan terima tamu selama saya tidak ada." Kata Sam sambil beranjak dari duduknya.
"Dengar tuh kata Tuan muda, kamu gak boleh keluar! nanti kesasar gak bisa pulang berabe," timpal Ubai.
"Kamu mau makan? masak sendiri, mau makan apa aja. Makan yang banyak! jangan sampai tubuhmu semakin kurus gitu." Sinis Sam kembali.
"Tapi, Tuan--"
"Apa lagi?" tanya Sam dengan wajah tanpa ekspresi.
"Tuan ramah, boleh aku minta tolong?" ucap Rasya yang di tujukan pada Ubai.
"Minta tolong apa Nona?" tanya Ubai menatap ke arah Rasya.
"Saya perlu sabun! em ... persabunan--''
"Sabun mandi! ada, sudah saya belikan. Itu cari saja di paper bag." Ubai menunjuk ke paper bag yang di tangan Rasya.
"Oh, sabun cuci?" sambung Rasya.
"Di dekat mesin cuci, sabun banyak. Mau nyuci baju sekampung pun gak bakalan habis." Jelas Sam.
Kemudian keduanya berjalan menuju pintu utama. Meninggalkan Rasya yang masih mematung di depan pintu kamarnya.
Samudra berbalik di sela-sela membawa langkahnya. "Ingat, Ketika saya pulang nanti, rumah, cucian harus sudah bersih dan rapi."
"Ba-baik, Tuan." Rasya langsung mengangguk hormat.
"Bos, pakaian kan dibawa ke londry?" ucap Ubai sambil berjalan bersama Sam yang melebarkan langkahnya.
"Terus apa gunanya dia berada di rumah ku? kalau cucian pun harus dibawa ke londry segala." Jawab Sam.
Hening!
Hanya suara derap langkah kaki yang menghiasi. Ubai kini sibuk dengan ponselnya.
"Berapa semua?" tanya Sam yang menanyakan bon bekas belanja mingguan dan bekas membeli pakaiannya serta keperluan yang lainnya.
"Oh, itu ... semua total empat jutaan," sahut Ubai menoleh sambil menekan tombol untuk membuka pintu lift.
"Sudah aku transfer semuanya." Sam memfokuskan tatapannya ke layar benda pipih di tangannya.
"Makasih, Bos," ucap Ubai.
Keduanya berjalan dari dalam lift yang mempertemukan dengan lantai dasar.
Kemudian ubai menyiapkan mobil Sam yang terparkir cantik di parkiran. Bersiap meluncur menuju kantor Samudra .
Sementara Rasya yang di tinggalkan sendirian kini berada di kamarnya membuka semua isi paper bag tersebut. Benar saja.
Beberapa potong pakaian. Pakaian dalam, lengkap. Mukena, body lotion. Parfum, bedak. lifgos. Handuk, sabun mandi, shampo, pokoknya peralatan mandi juga tersedia.
"Wah ... komplit sekali." Gumamnya Rasya kemudian buru-buru mendekati kamar mandi, untuk membersihkan dirinya yang tidak lupa membawa handuk dan peralatannya.
"Wah ... tempat apa ini? seperti mangkuk tapi berada di kamar mandi. Masa ada tempat sayur Segede ini sih?" manik mata indahnya menatap bathub lalu memutar kerannya.
"Eeh. I-ya, ini kan tempat berendam ya? coba ah ...."
Rasya melepas semua pakaiannya lalu masuk ke dalam bathub. Lantas berendam di sana.
"Nikmatnya ... segar ... berasa tuan putri ya aku ha ha ha ..." Rasya terus bermonolog sendiri.
Rasya tersenyum. Tertawa sendiri, merasa lucu dan tidak menyangka akan terdampar di tempat seperti ini. Walau pemilik apartemen ini ketus dan judes. Beda dengan sikapnya yang satu lagi yang bernama Ubai.
Tapi pasti bisa lah Rasya hadapi, cuma satu orang ini. Lain dengan di kampung yang jelas-jelas seisi rumah memusuhi dirinya. Satu banding lima.
Rasya segera membersihkan dirinya dibawah air shower yang dengan suhu hangat. Bikin kelopak mata Rasya merem melek saking nikmatnya.
Setelah merapikan diri, Rasya bersiap mengeksekusi. Semua yang harus ia kerjakan, di awali menyapu dan mengepel.
Lalu mencari sesuatu yang sekiranya bisa ia makan saat ini juga.
"Oh iya, roti tawar selai kacang." Rasya berdiri dan menoleh ke arah meja makan, ketika ingat sama roti dan selai nya. Bekas Sam tadi sarapan, ia langsung mengikuti cara Sam tadi makan roti memakai pisau dan garpu.
"Hi hi hi ... susah juga, ah pake tangan saja. Ribet!" Rasya alhirnya menikmati roti dengan tangan ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Iyalah......mending di apartemen Sam daripada di kampung cuma ngadepin satu orang jutek mana di sini mau makan juga bebas Ndak kaya di rumah cuma di sisain nasi doang.
Smoga bahagia selalu ya Rasya.....
2022-10-03
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor rasya kamu harus buat tuan jutek klepek klepek ya biar bucin buktikan kl kamu bisa jadi berkelas
2022-08-30
1