Tiga bulan berlalu.
Masa tryning Raya telah berakhir,
sekarang dengan kinerja yang selama tiga bulan itu sudah dipantau oleh
atasannya langsung CEO Alvero dan Asisten Je, maka mulai hari ini Raya resmi
menajdi sekretaris tetap Asisten Je. Laki-laki datar itu juga mulai mengakui
kepiawaian Raya dalam mewakilinya di rapat-rapat staf dan rapat bersama klien
di luar kantor. Bahkan banyak klien yang mulai terkesan dan kagum dengan
kecerdasannya dalam keberhasilannya ikut memenangkan setiap tender yang ada.
Hari ini Raya hanya bekerja di
ruangannya, mempersiapkan berkas-berkas meeting yang akan dilaksanakan Senin
lusa bersama perusahaan luar negeri. Diamond Jewerly akan membuka cabang baru
di Australia, sehingga mereka mendatangkan investor yang ingin menanamkan
sahamnya di perusahaan baru tersebut. Rencana makan siang dengan Nitha pun
selalu gagal karena jadwal Raya yang sangat padat. Raya sendiri sampai heran,
kenapa setiap harinya jadwalnya selalu sangat padat bahkan ia merasa bahwa
jadwal itu sengaja di padatkan oleh Asisten Je. Tapi ia bisa apa, ia hanya
bawahan seorang Asisten yang kekuasaannya di bawah CEO langsung.
Kringgggg
Raya yang sedang fokus terjingkat
kaget, namun segera mengangkat gagang telepon di samping laptopnya.
“Ya Tuan?” Sapanya santun.
“Ke ruangan”
“Baik” Raya membereskan berkas yang
sudah siap di bahas di ruangan bosnya. Bergegas ia keluar menuju ruangan
Asisten Je.
Tok
Tok
“Masuk”
Raya membuka pintu perlahan dan
mendapati sosok dingin itu masih mengetik di laptopnya. Hmmm, ganteng
sih…tapi…hei apa yang kamu pikir Raya. Wanita itu menepuk pelan kepalanya,
berusaha membuang pikiran tidak masuk akal yang sempat melintas di otaknya.
“Permisi Tuan”
“Hmmm” Raya sudah terbiasa dengan
jawaban minim atasannya, ia masih menunggu dengan tetap berdiri di depan meja
Asisten Je.
“Laporan…” Belum selesai Asisten Je
berucap Raya langsung menyela.
“Sudah siap Tuan,..mohon koreksinya”
Raya menyerahkan map berisi berkas yang cukup tebal.
“Taruh…” Katanya datar tanpa melihat ke arah
Raya.
“Baik Tuan, saya permisi” Raya
meletakkan berkas itu di meja hadapan Asisten Je kemudian berbalik pergi.
“Tunggu…” Cegah Asisten Je ketika Raya
hendak membuka pintu, wanita itu kembali menoleh seraya menampilkan senyum
termanisnya, tapi bisa dilihat jika matanya menyiratkan kekesalan.
“Kamu diminta ke ruang Tuan Muda” Kata
Asisten Je tanpa memperdulikan senyuman Raya, padahal dalam hatinya mengumpat
habis, memarahi jantungnya yang berdegup kencang hanya menyaksikan senyum Raya.
“Ada apa ya Tuan?” Tanya Raya bingung.
“Kalau saya tahu…” Geram Asisten Je.
“Baik Tuan, saya segera ke sana” Potong
Raya segera, karena ia tahu kelanjutan dari kalimat itu. Asisten Je hanya
mendengus, kemudian menatap pintu yang sudah ditutup kembali.
“Kenapa akhir-akhir ini jantungku
selalu berdebar? Apa aku punya penyakit jantung? Aku harus periksa sama dr
Jeffri ini” Asisten Je menggeleng kuat mencoba menghilangkan praduganya.
Sementara Raya kini menuju ke ruangan
CEO dengan ekspresi heran, karena jarang sekali ia dihadapkan pada CEO secara
langsung, apalagi ini tanpa didampingi Asisten Je.
Tok
Tok
“Masuk” Perintah tegas suara di dalam.
Raya memasuki ruangan yang megah dan bersih itu dengan hati-hati, belum hilang
herannya, tampak di sofa duduk wanita anggun yang dikenalnya sebagai istri sang
CEO.
“Permisi Tuan Muda, Nyonya” Sapanya
ramah. Meili sang istri CEO itu menoleh kemudian tersenyum lebar.
“Eh…Ra sudah datang? Sini, temani aku
ngobrol yah” Raya membulatkan matanya melihat sikap istri atasannya itu. Dengan
canggung ia menoleh kepada Alvero, namun laki-laki gagah itu hanya mengangguk.
“Huh, aku kangen tahu Ra, masak mau
menemui mu saja suamiku melarang terus, katanya kamu sibuk kerja…belum lagi si
asisten datar itu” Cemberutnya seraya melirik suaminya yang tampak balas
menatapnya.
“Ehm” Dehem Alvero. Raya meringis tak
enak hati.
“Maaf Nyonya…akhir-akhir ini perusahaan
memang sedang sibuk mempersiapkan pembukaan cabang yang baru”
“Ah..kamu…sudah aku bilang panggil aku
kakak, umur kita tidak jauh beda Ra”
“Eh..iya kak, maaf”
“Kamu lagi gak sibuk kan? Ini sudah mau
jam istirahat lho…masak kamu masih aja mau kerja”
“Masih kurang setengah jam kak untuk
istirahat”
Tiba-tiba Meili berdiri mendekati
suaminya dan memeluknya dari samping membuat Raya membelalakkan matanya dan
membuang muka ke arah lain. Duh…nyonya, kenapa Anda menggemaskan sekali sih.
“Sayang…boleh ya aku keluar sama Raya,
aku ingin me time bersama seorang teman, selama ini kan aku hanya di rumah
terus…” Rajuknya dengan mengusap dada bidang suaminya. Di kecupnya bibir Alvero
lembut. Laki-laki itu hanya mende**h lirih.
“Sayang….” Lirih Alvero, mendapat
perlakuan manja istrinya membuat sesuatu di bawah langsung menegang.
“Boleh ya, aku hanya akan makan sama
shoping sebentar, janji deh…” Meili mengangkat kedua jari telunjuk dan
tengahnya membentuk huruf V.
“Bolehkan temanmu menunggu di luar
dulu?” Tanya Alvero dengan suara tertahan.
“Tapi boleh kan?” Alvero mengangguk
membuat Meili tersenyum lebar kemudian mencium pipi suaminya.
“Raya…kamu tunggu di ruanganmu dulu ya,
nanti aku jemput” Meili sepertinya paham apa yang diinginkan suaminya, ia
tergolong wanita yang sangat peka terhadap mimik muka seseorang.
“Baik kak, saya permisi dulu” Raya
berlalu menunduk sebentar ke arah Alvero dan keluar dari ruangan CEO itu. Ia
sangat paham dengan adegan suami istri tersebut, dulu ia juga sering
mengalaminya di kantor suaminya almarhum. Wanita itu hanya menggeleng-geleng
kemudian tersenyum sambil memasuki ruangannya kembali dan menunggu sampai Meili
menjemputnya.
.
.
Kini dua wanita dewasa itu telah berada
di dalam mall, mereka berkeliling ke beberapa gerai pakaian wanita. Meili
tengah asyik memilih-milih gaun pesta sementara Raya lebih memilih mencari
pakaian simple dan casual untuk dipakai sehari-hari. Menurutnya baju kerja
sebanyak 3 setel sudah cukup baginya. Ia juga terlihat memilih baju untuk
Titania dan Hanum.
“Kak Mei, kau juga mencari baju anak?”
“Iyalah Ra, aku punya anak kembar cowok
cewek, sekarang mereka kelas 9, eh yang ini bagus nggak Ra?” Tanya Meili seraya
memperlihatkan gaun selutut tanpa lengan, kelihatan sederhana tapi sebenarnya
mewah.
“Bagus kak, pasti yang pakai cantik
sekali”
“Hmm putriku memang cantik Ra, oya
kalau kamu gimana? Katanya kamu juga punya dua anak kan?”
“Iya kak, mereka cewek semua, yang
sulung kelas 9 dan yang bungsu masih 3 tahun. Mereka kebanggaanku kak” Raya
menerawang sejenak membayangkan kedua anaknya.
“Maaf ya Ra, emang suamimu kemana?
Dalam identitas KTP mu tertera kamu janda?”
Raya mengangguk kemudian tersenyum
pilu.
“Suamiku sudah meninggal setahun yang
lalu kak, makanya aku merantau keluar Jakarta berharap aku bisa memulai hidup
baru di sini, aku belum sanggup menghilangkan bayangan dan kenangan indah
bersama suamiku kak” Jelasnya sendu. Meili meraih kedua tangan Raya dengan
wajah merasa bersalah.
“Ra, maaf ya bukan maksudku
mengingatkanmu….”
“Gak papa kak, aku harus mulai bangkit
kan, demi kedua anakku” Kata Raya dengan tersenyum.
“Kau wanita hebat Ra, aku yakin kau
akan bisa menjadi ibu tangguh untuk anak-anakmu”
“Iya, terimakasih kak”
“Ah…sudahlah, jangan melo mulu, yuk
kita makan dulu, keasyikan belanja jadi lupa makan, sini biar aku yang bayar
Ra” Meili mengambil baju-baju yang Raya pegang. Terjadilah tarik menarik baju
tapi tetap saja Raya kalah dengan kekuasaan Meili. Hmm, bu bos dan pak bos sama
saja, menang kuasa. Batin Raya.
Selesai membayar tagihan belanja mereka
menuju ke foodcourt yang ada di lantai satu gedung mall ini.
“Mbak…” Meili melambai ke waiters
wanita. Tampak wanita itu mendatangi meja mereka dengan membawa note book
kecil.
“Selamat siang nona-nona, apa yang bisa
saya bantu?” Tanya waiters itu ramah. Meili tersenyum seraya menunjuk menu di
atas buku menu.
“Ra kamu pesan apa?”
“Samain aja kak”
“Oke deh, ini 2 Teriyaki Salmon, tumis
buncis sapi giling saus tiram, udang masak bumbu pedas, 2 porsi nasi, sama 2
jeruk lemon panas, ada yang kurang Ra?”
“Cukuplah kak, udah banyak itu”
Meili mengangguk kemudian menoleh pada
waiters.
“Cukup itu dulu ya mbak”
“Baik nona, tolong di tunggu”
“Ra menurutmu Asisten Je itu gimana?”
Tanya Meili setelah waiters berlalu dari hadapan mereka, ia ingin sekali bisa
mendekatkan Asisten Je dengan seorang wanita, sampai sekarang memang tidak ada
yang tahu kenapa ia begitu anti terhadap seorang wanita. Ia mengetahui dari
suaminya bahwa Asisten Je termasuk pria yang tidak tersentuh dan tidak mau
menyentuh wanita, karena reaksinya akan membuat dia gatal-gatal, walaupun Meili
belum membuktikan sendiri.
“Gimana maksudnya kak?” Tanya Raya
bingung.
“Duh…gini lho Ra, secara kamu single
Asisten Je single, kamu gak ada gitu pingin suasana baru?”
“Oh…nggak lah kak, aku mau fokus membesarkan
anak-anakku saja”
“Ra, kamu masih muda dan kamu bilang
tadi anak bungsumu masih berumur 3 tahun? Apa…”
“Untuk sementara ini aku pingin fokus
dulu kak, selama anak-anakku nyaman maka aku juga akan nyaman” Potong Raya.
“Maaf ya Ra, aku terlalu ikut campur
ya, padahal kita baru ketemu dua kali…”
“Eh…gak papa kali kak, biasa aja, hanya
memang aku belum siap membuka diriku, lagi pula aku harus mengedepankan
kepentingan anak-anakku kan?”
“Iya benar sih Ra, eh habis makan kamu mau
kan ikut aku menjemput anak-anakku dulu, sekalian biar kamu kenal sama mereka,
nanti ajaklah anak-anakmu siapa tahu mereka bisa berteman”
“In shaa Allah kak”
Pesanan mereka datang dan mereka
menikmati hidangan lezat itu dengan tenang, tanpa ada percakapan lagi.
.
.
Sesuai permintaan Meili, saat ini mereka
telah berada di depan sekolah anak kembar Meili. Hanya menunggu 5 menit tampak
dua anak yang benar-benar mirip versi Alvero mendatangi mobil yang telah
menunggu.
“Mama….” Teriak anak perempuan itu
dengan riang seraya memeluk dan menciumi wajah Meili.
“Eh…ada siapa ma?” Tanyanya masih
dengan ekspresi riangnya.
“Ini tante Raya sayang, sekretarisnya
Asisten Je yang baru.”
“Oooo, hallo tante, aku Maudy” Kata
Maudy dengan mencium punggung tangan Raya, wanita itu tersenyum ramah. Rupanya
didikan Meili bagus juga terhadap mereka.
“Hallo juga, salam kenal, eh siapa nih
si ganteng ini?” Goda Raya seraya tersenyum. Melihat reaksi yang ternyata tidak
diharapkan dari anak cowok itu membuat Raya tertawa gemas. Di cubitnya pipi
anak laki-laki itu gemas yang langsung mendapat pelototan kesal darinya.
“Yang sopan Madika…” Tegur Meili pelan.
“Iya mam…maaf tante, aku Madika…”
“Hallo Madika…maaf ya habisnya tante
gemes lihat kalian, cantik dan ganteng” Puji Raya tersenyum membuat mereka
akhirnya tersenyum senang mendapati Raya yang supel dan ramah.
“Dah yuk, kita antar Tante Raya dulu ke
kantor ya, habis itu kita mampir sebentar ke papa trus pulang”
“Oke mam” Sahut mereka berbarengan. Pak
Rudi sopir keluarga Alvero membelah jalan raya menuju perusahaan Diamond
Jewerly dengan kecepatan sedang.
“Tante kok mau sih jadi sekretarisnya
Asisten Je?” Tanya Maudy di dalam mobil. Raya menoleh ke belakang tempat di
mana Maudy dan Madika duduk di kursi yang paling belakang.
“Lho emang kenapa Maudy?” Tanyanya.
“Ya…kan tahu sendiri Asisten Je itu
orangnya gak pernah tersenyum, datar gitu orangnya, 11 12 deh sama Kak Dika”
Cerewetnya menyebabkan deheman keras dari cowok di sebelahnya. Raya dan Meili
saling tatap sedetik kemudian tawa meluncur deras dari kedua bibir wanita
dewasa itu.
“Maudy kok bisa bilang begitu? Nggak
baik lho menilai orang dari luarnya aja” Kata Raya tersenyum.
“Emang iya kok tan, iya kan mam? Masak
iya disentuh aja nggak mau, emang kita-kita penyakitan apa” Sewot Maudy dengan
bibir cemberut.
“Maudy itu namanya kepribadian orang
berbeda-beda, kita tidak bisa menilai dari fisiknya aja” Nasehat Meili.
“Iya sih mam…ah sudahlah, tapi tante,
Maudy doain tante kuat ya kerja sama Asisten Je, siapa tahu lumernya sama
tante, hihi” Canda Maudy.
“Mentega kali lumer” Sindir Madika seraya
mendengus.
“Huh sirik aja” Maudy melengos menatap
ke luar jendela, sementara Raya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua
saudara kembar itu. Ternyata walaupun kembar kepribadian tidak tentu sama…
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments