Karena Aku Mencintaimu, Raya
“Mama…tapek akuuu” Rengek suara imut di
dalam gendongannya. Pipi cabbynya menggembung sehingga memunculkan wajah yang
sangat menggemaskan. Raya tertawa gemas seraya mencubit pipi putrinya.
“Padahal Hanum selalu gendong mama lho,
dimana capeknya coba” Kata Raya memandang putrinya.
“Lapel mama…” Kata gadis kecil itu
dengan wajah melas seraya mengelus perutnya yang bahkan kelihatan buncit walau
sedang dalam keadaan lapar.
“Huh, makan aja yang di duluin, nih
kakak aja masih dapat satu baju, iya adek udah banyak…noh” Protes Titania
seraya mengangkat paper bag di tangannya yang berisi pakaian Hanum. Gadis kecil
itu hanya meringis dan hampir menangis.
“Pi Anium lapel mama…” Matanya sudah
berkaca-kaca. Raya jadi tidak tega melihatnya.
“Iya..iya, baiklah kita istirahat cari
makan dulu ya, Kakak Tita nanti dilanjut lagi cari bajunya, ya…” Raya menengahi
perdebatan kedua putrinya. Titania mengangguk dan mengikuti Raya menuju sebuah
kafe yang ada di dalam mall.
Mereka hari ini memang berjalan-jalan
untuk membeli perlengkapan sehari-hari, karena mereka baru pindah dan kebutuhan
rumah tangga juga belum dipenuhi. Raya membeli sebuah rumah tinggal dengan tiga
kamar tidur lengkap dengan kamar mandi dalam, dapur, dan satu kamar mandi luar.
Perlengkapan rumah tangga masih kosong, sehingga ia mengajak kedua putrinya
mencari perlengkapan rumah tangga sekalian baju untuk kedua putrinya.
Dan di sinilah mereka, di sebuah kafe
di dalam mall yang mereka kunjungi. Hanum bersenandung riang di tempat duduknya.
Ia menunggu pesanannya dengan tidak sabar.
“Tak napa lama” Rengeknya pada
kakaknya.
“Ish…sabar dulu napa, ini juga masih di
masak kali” Kata Titania ketus. Raya hanya menggeleng menyaksikan perdebatan
kedua putrinya. Titania memang sifatnya ceplas ceplos cenderung judes, mirip
banget sama sifat Ervin papanya. Tapi itu tidak sungguh-sungguh ketika bersama
keluarganya.
“Mama…” Rengek Hanum menatap Raya.
Wanita itu mengelus kepala Hanum sayang.
“Iya, sabar ya, sebentar lagi pesenan
Hanum datang…” Baru menghibur putri kecilnya, hidangan mereka datang. Mata Hanum
langsung melebar berbinar. Tersaji hidangan di meja dengan tertata apik, sup
bola daging, nugget ayam, sosis bakar kecap kesukaan Hanum, ayam kremes dan
omelet telur dan sayuran kesukaan Titania, minumannya ada es krim vanilla
kesukaan Hanum, dan capcin kesukaan Titania, sementara Raya hanya memesan es
kelapa muda. Raya menyiapkan sepiring nasi dengan lauk yang di tata rapi di
sebelah nasi. Hebatnya Hanum tidak mau di suapi, ia bilang bahwa ia sudah gede
tidak mau manja. Hal itu membuat Raya merasa bersyukur. Raya hendak menyiapkan
nasi juga untuk Titania, namun langsung ditolak dengan cuek.
“Aku bisa sendiri Ma…” Raya tersenyum
kemudian mengelus kepala Titania. Ia menyaksikan kedua putrinya makan dengan
lahap, sesekali Raya akan menghapus noda saus di sekitar bibir dan pipi Hanum.
.
.
Tok
Tok
Laki-laki gagah itu memutar hendel
pintu dan mendorong pintu memasuki ruangan bernuansa kalem nan sejuk. Tampak
seorang pria sedang duduk di kursi kebesarannya tanpa merasa terganggu dengan
keberadaan seseorang yang masuk. Karena ia tahu siapa yang memasuki ruangannya,
sehingga ia tetap fokus pada laptop di depannya.
“Tuan, meeting dengan perusahaan
Nirwana Raya sudah siap” Kata pria itu yang membuat laki-laki serius itu
mendongak menatapnya, kemudian mengangguk. Ia menyelesaikan ketikannya sekilas
kemudian berdiri meraih jas yang tersampir di sandaran kursinya.
“Je, kau atur nanti baiknya kerja sama
itu, aku mau tahunya beres.” Perintah atasannya.
“Baik Tuan, Anda tidak perlu
mengeluarkan suara sedikitpun”
“Bagus” Mereka keluar meninggalkan
ruangan kantor menuju lift eksklusif khusus presdir dan berlalu menuju tempat
parkir.
Asisten Je melajukan mobil dengan
kecepatan sedang merambah lalu lintas kota yang mulai padat. Mereka akan
bertemu dengan klien di restoran Chines Food, restoran yang memang menyediakan
tempat khusus bagi pertemuan para pebisnis untuk membangun jaringan bisnis.
Mereka tiba di lokasi bertepatan dengan
klien yang sama-sama ingin masuk ke dalam, sehingga klien itu mempersilahkan Alvero
dan Asisten Je masuk terlebih dahulu. Kedua pria gagah itu memasuki restoran di
ikuti oleh pria paruh baya dan sekretarisnya seorang wanita dengan dandanan
menor dan pakaian yang kurang bahan. Namun, kedua pria di depan tidak pernah menghiraukan
keberadaan sekretaris itu.
Mereka memasuki ruangan VVIP yang sudah
dipesan, dengan hidangan yang langsung disajikan begitu mereka duduk.
“Baik Tuan Haryo, apa yang bisa Anda
tawarkan agar kami bersedia bekerja sama dengan perusahaan Anda?” Tanya Asisten
Je langsung pada pokok bahasan. Baginya basa-basi sesuatu yang muluk-muluk dan
membuang-buang waktu.
Haryo, laki-laki paruh baya itu melirik
sekretarisnya untuk memulai rencananya memuluskan kerja sama tersebut.
Sekretaris itu berdiri dengan gaya yang di buat seksi bahkan ia berusaha
merendahkan dadanya untuk menarik perhatian kedua pria tersebut.
“Lakukan dengan benar Nona kalau ingin
kerja sama lancar!” Sentak Asisten Je tajam membuat sekretaris itu langsung
pucat pasi.
“Ba..baik Tuan” Sekretaris Rina
langsung memulai presentasinya dengan gugup, sesekali ia melirik ke arah
Asisten Je yang masih tetap berwajah datar. Suasana di ruang VVIP menjadi
mencekam, dua orang pria yang tidak bisa tersentuh dan seorang pria paruh baya
dengan sekretarisnya yang berusaha menyajikan presentasi yang menarik. Harapan
Haryo, ia bisa mengikat perjanjian itu melalui keseksian sekretarisnya. Namun
ternyata hal itu tidak mempengaruhi kedua pria di depan mereka.
Setelah satu jam di lalui dengan cukup
membosankan, akhirnya presentasi berakhir dan cukup membuat Alvero dan Asisten
Je tertarik, namun belum cukup untuk bisa menanamkan investasi yang besar. Mereka
akan menanamkan sahamnya sejumlah 15% saja, walaupun mengecewakan bagi Haryo,
ia tetap menerima dengan senang, dan kesepakatan akan dilakukan di kantor
Alvero. Haryo harus menerima konsekwensi mencari lebih banyak lagi penanam
saham agar perusahaannya tetap bertahan.
Sekretaris Rina mempersilahkan Tuan
Alvero dan Asisten Je menikmati hidangan yang disediakan, sesekali ia
menawarkan hidangan lain pada Asisten Je, tapi pria itu tidak bergeming. Dalam
kesempatan langka itu sekretaris Rina sengaja menyenggolkan tangannya ke tangan
Asisten Je, pria itu langsung wajahnya mengeras penuh kebencian dan jijik, sehingga
ia langsung mengambil handsanityzer dan menyemprotkan berulang-ulang ke
tangannya yang disentuh tadi. Dalam waktu lima detik langsung muncul gatal-gatal
di seluruh tangan dan tubuhnya, ia hanya bisa menahan dengan rasa jijik yang
luar biasa, seakan ia telah terkena bakteri. Alvero mengetahui asistennya
mengalami gatal-gatal tapi tidak mau merusak persepsi orang tentangnya dan
perusahaannya karena memiliki asisten yang mengalami alergi parah, ia langsung
menggebrak meja dengan wajah garang, ia berdiri dan menyeret lengan Asisten Je
kemudian berucap dengan marah.
“Kerja sama batal!” Kedua orang itu
langsung pucat pasi dengan tangan sektetaris Rina yang gemetar ketakutan. Haryo
memandang sekretaris Rina dengan geram.
“Tuan…tolong pertimbangkan lagi” Haryo
memohon seraya menangkupkan kedua tangannya.
“Sekretarismu merusaknya!” Sentak
Alvero tajam tanpa memandang ke arah wanita itu.. Haryo langsung terduduk lemas
tak percaya, kerja sama yang sudah di pegang dalam genggaman tangan dalam waktu
tidak ada lima menit langsung hancur. Ia menatap sekretarisnya nyalang.
“Kenapa kamu membuat masalah hah! Kerja
sama kita gagal, haahhh!” Bentak Haryo marah kemudian pergi meninggalkan
sekretaris Rina yang masih pucat pasi. Haryo kembali berbalik dengan wajah
merah padam.
“Kamu di pecat!” Ucapnya dengan tekanan
kemarahan.
“Tu..tuan…jangan pecat saya…” Hiba
sekretaris Rina. Haryo tidak perduli, dia pergi meninggalkan wanita itu dengan
tergesa. Sekretaris Rina hanya duduk lemas seraya menangis meratapi nasibnya
yang sial. Hilang sudah kemewahan hidup yang selalu diberikan Haryo setiap
harinya, sugar daddynya telah pergi…
Sementara itu Tuan Alvero dan Asisten
Je melaju ke rumah sakit untuk mengobati gatal-gatal yang muncul di tangan
Asisten Je yang menjadi memerah karena terus digaruk dengan kasar begitu sampai
di dalam mobil.
Alvero yang menggantikan menyetir tidak
bisa menghentikan, dia hanya bisa menahan dengan mulutnya untuk tidak di garuk,
tapi tetap percuma karena Asisten Je menggaruk dengan semakin jijik.
“Hei, jangan kau garuk terus, nanti
tambah lecet!” Seru Alvero merasa cemas, ini kali kedua dia menyaksikan gejala
aneh yang muncul di kulit Asisten Je ketika ia bersentuhan dengan seorang
wanita, sampai kinipun ia tidak tahu kenapa laki-laki di sebelahnya begitu
benci dan jijik terhadap wanita. Asisten Je hanya diam dengan tetap menggaruk
tangannya, bahkan kini sudah muncul kemerahan dan terkelupas seperti habis
terbakar.
Mereka tiba di rumah sakit langganannya
dan langsung ditangani dengan segera oleh pihak rumah sakit dengan fasilitas
istimewa.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-10-24
1