Pagi yang cerah kembali menyapa
keluarga kecil Raya. Rutinitas subuh mereka lakukan kemudian keliling kompleks
perumahan namun hari ini mereka tidak makan bubur ayam, karena Raya berjanji
akan memasak nasi goreng favorit mereka.
Nasi goreng sea food ditambah telur
mata sapi merupakan sarapan favorit mereka di Jakarta. Semua masakan Raya memang
tidak ada yang tidak enak, Titania lebih memilih makan di rumah daripada di
luar rumah sepulang sekolah.
“Mama jadi ke perusahaan itu lagi?”
Tanya Titania di sela makannya. Raya mengangguk.
“Heem, mama lolos tahap berikutnya
sayang”
“Tita sepertinya nggak kekurangan
apa-apa deh mam, kenapa harus bekerja? Daddy juga ndak pernah telat ngirim ke
Tita, pun keluarga Papa Ian kan juga tiap bulan ngirimi?” Protes Titania pelan.
Raya menghembuskan napasnya perlahan kemudian tersenyum lembut.
“Iya sayang, tapi mama ingin suasana
baru biar mama ada kesibukan, ndak enak lho nganggur di rumah terus…”
“Mama kan bisa buka kafe, masakan mama
enak kok” Raya menggeleng.
“Mama nggak terlalu suka sayang, tapi
kalau kakak Tita nggak ngebolehin mama kerja, mama bakal batalin undangan
tesnya” Kata Raya akhirnya membuat Titania membelalak terkejut.
“Jangan mam, mama udah bersusah payah
itu, asal nanti mama nggak lupa aja sama kita” Kata Titania terutama dikata
terakhir dengan lirih. Raya tersenyum kemudian memeluk anaknya.
“Sayang…selama mama kerja di Jakarta
pernah mama lupa kewajiban mama?” Titania menggeleng.
“Maafin Tita ma…” Lirih gadis itu
seraya menunduk.
“Hei…sudah jangan gitu ah…bentar lagi
kakak berangkat lho, kalau sedih nanti gimana di sekolahnya…senyum dong”
Titania mengangkat wajahnya kemudian tersenyum tapi hanya sebentar, membuat
mamanya menggeleng-geleng. Susah sekali nak membuatmu tersenyum. Sementara
Hanum malah asyik dengan makan yang berlepotan tanpa memperdulikan percakapan
kedua orang di sebelahnya.
“Aiiihh…pipi anak mama kenapa ini?”
Raya kaget dengan wajah Hanum yang sudah tercoreng moreng dengan saos membuat
Raya tertawa dan Titania hanya menggeleng heran. Raya segera melap wajah Hanum
dengan tissue yang ada di meja makan.
Selesai makan, Titania berangkat
sekolah, ia sekarang menaiki sepeda mini untuk ke sekolah yang dibelikan Raya.
Dengan begitu Titania akan cepat sampai di sekolah. Gadis itu terbiasa dengan
suasana penyendiri bukan karena ia introvert tapi karena ia memang suka
sendiri, ia ingin mencari teman sekaligus sahabat yang tidak melihat siapa dan
bagaimana latar belakangnya. Di Jakarta ia memiliki satu sahabat yang sangat peduli
dengannya, walaupun mereka berjauhan mereka masih tetap berhubungan.
Waktu yang biasanya 10 menit bisa ia
tempuh hanya dalam waktu 5 menit saja. Gadis itu berhenti di tepi jalan untuk
menyeberang menuju sekolahnya. Petugas lalu lintas membantu gadis itu
menyeberang, laki-laki dengan usia 30an tahun itu sudah hafal dengan sosok
Titania, sehingga ketika gadis itu datang dia segera sigap membantunya
menyeberang. Sesekali Titania memberinya selembar uang merah yang membuat
laki-laki itu terharu.
“Makasih bang” Seru Titania seraya
menaiki kembali sepedanya.
“Sama-sama non, hati-hati” Seru
laki-laki itu.
Titania memarkir sepeda mininya di
tempat parkir khusus sepeda.
“Tita..” Seru suara di belakangnya.
Tampak seorang gadis cantik dengan penampilan serba wah turun dari mobil mewah
dan berlari menghampirinya. Amanda, nama gadis itu, seorang putri dari
pengusaha hotel di Malang, tentunya berasal dari kalangan berada, tapi ia tidak
pernah memandang orang dari segi statusnya.
Pada saat Tita masuk kelas, ia langsung
menyukai sosok gadis itu, sehingga mereka sepakat menjadi sahabat. Titania pun
merasa persahabatan yang ditawarkan Amanda sangat tulus.
“Hai” Sapa Tita. Amanda langsung
merangkul Titania untuk berjalan menuju kelas 9 A. Ya 9 A merupakan
satu-satunya kelas unggulan olimpiade. Titania ditempatkan di kelas tersebut
karena berbagai prestasi yang disandangnya, bahkan kedatangannya membuat kelas
dan sekolah bangga. Ia merasa bersyukur, di kelas barunya ini walaupun kelas
unggulan olimpiade tapi mereka tidak ada yang iri dengan kepintaran atau
keberhasilan teman-temannya. Mereka saling mendukung, dengan kehadiran Titania
mereka semakin bangga bahwa kelas mereka mendapat anggota baru yang memiliki
segudang prestasi.
“Eh…udah denger pengumuman belum?”
Tanya Amanda. Titania menggeleng.
“Pengumuman apa?”
“Ampun deh Ta, jadi anak jangan kutu
buku napa” Keluh Amanda kesal. Titania hanya mendengus.
“Gini…sekolah kita akan mengadakan
Study Tour lho”
“Benarkah?” Tanya Titania tanpa
ekspresi.
“Ish…gitu amat sih responnya, kaget
kek…” Cemberut Amanda, Titania hanya berdehem pelan.
Bel berbunyi menandakan jam pertama
masuk kelas dimulai…
“Ntar aja pas rehat sambung lagi” Kata
Titania mengakhiri pembicaraan karena Pak Salim selaku guru matematika telah
hadir di kelas. Amanda mengangguk senang.
Jam pelajaran berakhir sementara pukul
10.00, karena bell pertanda istirahat telah berbunyi, segera saja para siswa
siswi langsung bergegas menuju ke kantin.
“Ke kantin yuk Ta” Ajak Amanda, gadis
itu hanya mengangguk dan mengikuti Amanda serta beberapa temannya yang berjalan
menuju ke kantin. Tiba di kantin suasana sudah sangat ramai dengan siswa siswi
yang kelaparan dan mengantri di beberapa dapur mini kantin. Amanda dan Titania
menuju ke dapur bakso, mengantri sebentar kemudian membawa nampan bakso dan
minuman mereka ke barisan meja yang terlihat kosong di ujung kantin. Hanya ada
3 siswi saja yang sedang makan di sana, jadi mereka langsung bergabung di sana.
“Eh, kamu tahu ada siswa baru di kelas
unggulan itu?” Tanya suara seorang siswa laki-laki di belakang mereka. Titania
hanya mendengar dengan cuek, sementara Amanda sudah berusaha komentar, tapi oleh
Titania langsung di tahan dengan gelengan kepala.
“Tahulah, siapa yang bisa melewatkan
kehadiran cewek cakep kayak gitu, kenapa emang?” Tanya teman siswa tersebut.
“Kemaren aku nyoba nyapa dia,
dih…sombong banget, nerima salam tanganku aja ogah” Katanya marah.
“Yang bener Ger, kalau aku sih baru mau
nyamperin nanti di kelasnya” Kata temen satunya lagi.
“Huh, mentang-mentang kelas unggulan,
sama kelas lainnya gak mau kenal” Kata Geri dengan kesal, “awas aja kalau
ketemu…”
“Heh, bege, emang mau kamu apain hah?”
Tanya Roni temennya.
“Aku benci cewek sok kayak gitu Ron,
coba aja dia suka sama aku langsung aku tolak dia, hahaha” Kata Geri dengan
nada sombong.
“Yoooo, siapa juga yang berani nolak
seorang Geri” Timpal Beni temennya yang lain.
“Kalau kamu yang di tolak gimana?!”
Sahut Amanda dengan nada gemas menahan amarah, sementara Titania hanya
menggeleng-geleng melihat reaksi sahabat barunya.
Tiga sekawan itu menoleh terkejut ke
arah depan mereka, tampak dua cewek membelakangi mereka.
“Siapa emangnya kamu hah? Beraninya
ngomong tidak sopan sama bos kami” Sentak Beni marah. Amanda berdiri menoleh
dengan tatapan tajam ke arah tiga siswa yang terkenal nakal itu. Mereka bertiga
terkejut melihat Amanda siswi teladan dari kelas unggulan yang sekaligus putri dari
pemilik sekolah ini. Beni dan Roni saling senggol sementara Geri hanya
tersenyum sinis.
“Hmmm, ternyata hanya anak manja”
Sindirnya seraya tersenyum remeh membuat Amanda mengepalkan tangannya menahan
marah.
“Daripada kamu yang hanya bisa
menyusahkan orang tua, dasar brandalan!” Seru Amanda marah membuat Geri
langsung berdiri seraya mendorong kursinya kasar.
“Beraninya kamu…!” Tangannya sudah
bergerak hendak menampar pipi gadis itu tapi langsung di tahan oleh Beni.
Melihat situasi yang sudah tidak kondusif, Titania berdiri dan berbalik
menghadap mereka. Geri yang tangannya mengepal di udara langsung diturunkan
mendadak melihat wajah datar dan dingin gadis yang menatap mereka tajam.
“Apa masalahmu?” Tanya Titania dengan
datar. Geri yang semula marah dan kesal begitu melihat wajah Titania langsung
berubah gugup dan pandangannya terkesan memuja.
“Hai nona…” Sapanya cengengesan sambil
menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, membuat Titania menaikkan kedua alisnya
heran. Demikian juga dengan ketiga anak yang ada di situ memandang heran dengan
perubahan drastis Geri sang badboy sekolah. Banyak pasang mata yang menyaksikan
pun mulai berisik saling berbisik menyaksikan pemandangan langka itu.
“Aku hanya ingin kenalan” Sambungnya
seraya mengusap tangan kanannya ke bahu Beni dan mengulurkan tangannya ke
Titania. Beni yang mendapat usapan hanya mengeluarkan sumpah serapah saja.
“Geri Fernanda Hasby” Kata Geri seraya
tersenyum. Dua temannya hanya bisa melongo melihat aksi Geri yang tadi marah
dan benci pada anak baru, sekarang dengan mode tengilnya ia mengajak kenalan
musuhnya. Amanda yang juga heran hanya memandang tak percaya, kemudian ia
menoleh ke arah sahabatnya. Titania memandang tangan dan Geri bergantian, dalam
hati ia merasa malas hanya ia ingat pesan mamanya perbanyaklah teman dan jangan
merasa enggan untuk berteman apalagi memilih-milih teman. Mengingat pesan itu
Titania menyambut uluran tangan itu.
“Titania” Jawabnya singkat kemudian
langsung melepas tangannya membuat Amanda membelalakkan mata tak percaya jika
sahabatnya mau berkenalan dengan sang badboy sekolah. “Sudahkan, kami permisi
dulu” Sambung Titania seraya menarik lengan Amanda untuk keluar dari kantin.
“Hei…bisakah kita berteman?” Seru Geri
masih dengan tersenyum tengil.
“Terserah” Jawab Titania pendek dan berlalu dari
kantin, Kembali ke kelas mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments