Setelah menempuh perjalanan kurang
lebih 45 menit, mereka sampai di Toko Elektronik Santoso di Blimbing.
“Bapak temenin saya lihat-lihat dan
milih ya” Ajak Raya.
“Waduh neng, nggak malu apa di temenin
sama aki tua gini” Tolak halus Pak Malik.
“Bapak apaan sih, saya takut gak bisa
milih pak, dan lagi saya takut nyasar” Kata Raya berbisik untuk kalimat
terakhir seraya terkekeh. Dia nggak pd aja jalan sendiri, karena biasanya
kemanapun ia pergi Revian selalu menemani bersama duo putrinya masih ditambah
lagi dengan beberapa bodyguard yang selalu sigap di belakang mereka.
Mereka berdua memasuki toko dan
langsung di hadapkan pada banyak barang elektronik mulai yang terkecil sampai
yang terbesar. Pak Malik langsung mengarahkan Raya ke tempat mesin cuci berada.
Semua mesin cuci berbagai merk dengan berbagai harga tersedia di sini, mulai
dua tabung, satu tabung bukaan atas, sampai bukaan depan.
“Mas, tolong mesin cuci yang terbaik
ya” Kata Raya kepada salah satu penjaga toko.
“Bisa mbak, ini merk xxx yang terbaik
mbak, kapasitas 8 kg, bukaan depan, kualitas terjamin deh mbak, kalau harganya
sekitar 5 jutaan mbak”
“Iya deh, saya ambil ini, sama televisi
dinding ya dan kulkas dua pintu”
“Yang ukuran berapa in mbak televisinya”
“Nggak usah yang besar mas, cukup untuk
di ruang tengah, anak saya suka nonton kartun”
“Oh..di bagian sini mbak, ini ada
berbagai merk, ini yang terbaik mbak dengan merk xxx harganya 8 jutaan, kalau
kulkas dua pintu sebelah sini mbak, ini merk xxx dan kualitas terjamin harganya
5 jutaan”
“Boleh deh mas, sekalian magic com dan
kompor gas ya mas”
“Wah diborong aja semua mbak…hehe”
“Mas ini, butuhnya hanya itu kok”
“Maaf mbak bercanda, ini mbak, tinggal
pilih aja” Penjaga itu mengajak Raya ke area magic com.
“Kalau ini berapa harganya mas?”
“Wah tepat sekali mbak, mbak ini
penyuka merk terkenal ya, ini sekitar 2 jutaan mbak, kalau kompor tanam merk
xxx yang terbaik mbak tapi harganya 7 jutaan”
“Oke deh gak papa saya ambil mas, jadi
mesin cuci, televisi, kulkas, kompor tanam sama magic com ya mas”
“Baik mbak, sebentar saya buatkan
notanya”
Raya mengangguk kemudian menanyai Pak
Malik.
“Pak Malik ada yang mau di beli?”
“Nggak neng, bapak nggak biasa ada
barang mewah, rumah bapak mah sempit neng, istri saya juga orang desa jadi gak
ngerti barang kayak gini, hehe” Tolak Pak Malik.
“Kalau televisi ada pak?” Tanya Raya
masih belum menyerah, Pak Malik hanya terdiam, ia punya anak yang masih berumur
12 tahun dan selama ini memang di rumahnya tidak pernah ada hiburan apapun,
sehingga kadang anaknya itu pergi ke rumah temannya untuk melihat acara
hiburan. Televisi yang pernah di belinya dulu hanya benda tabung yang kini
sudah tidak bisa di nyalakan lagi.
“Nggak usah neng…” Sungkan Pak Malik.
“Ya udah televisi yang ukuran lebih
kecil ya pak”
“Waduh neng, saya jadi malu ini…”
“Gak papa, oya mas sama televisi yang
ukurannya di bawah yang tadi ya” Kata Raya menghampiri penjaga tadi.
“Siap mbak”
30 menit urusan di toko elektronik
selesai, barang-barang tersebut akan di antarkan ke alamat yang sudah di
berikan Raya, sementara punya Pak Malik di taruh di bagasi taksi. Mereka berdua
keluar dari toko dan Raya mengajak Pak Malik untuk mencari rumah makan. Pak
Malik mengarahkan ke warung rawon nguling yang cita rasanya sudah terjamin
100%.
“Ayo pak, kita makan dulu”
“Nggak usah neng…malu ini, bapak nggak
pernah makan di tempat seperti ini…biasanya kalau ngantar bos besar juga saya
selalu nunggu di mobil” Tolak Pak Malik.
“Kalau bapak nggak mau nemenin, ya udah
Raya juga nggak jadi makan aja pak” Jawab Raya pura-pura marah.
“Ya udah neng ayo…”
“Nah…gitu dong pak, ayo pak, makasih ya
pak…” Raya memasuki warung rawon nguling diikuti oleh Pak Malik di belakangnya.
Mereka memilih tempat di dekat jendela, dan Raya memesan dua porsi nasi rawon
dengan ditambah daging empal dan krupuk. Mereka menunggu pesanan sambil
ngobrol.
“Pak Malik berapa anaknya?”
“Saya punya dua anak neng, yang sulung
laki-laki berumur 20 tahun, sekarang masih kuliah semester 5 di UM, yang bungsu
perempuan berusia 12 tahun masih kelas 7 SMP neng.”
“Wah…hebat ya bapak terhadap
pendidikan, bagus itu pak”
“Iya neng, bapak ingin anak-anak bapak
bisa berkarya lebih dari orang tuanya”
“Mulia sekali pak, semoga lancar ya
pak, oya, kalau perlu bantuan Raya bilang aja ya pak”
“Terima kasih neng, neng baik sekali,
padahal kita baru bertemu lho dan bukan saudara lagi”
“Ya kita sebagai manusia kan harus
saling menolong pak…”
Pesanan mereka datang, dan mereka mulai
memakan makanannya dengan lahap, rasanya benar-benar lezat.
Setelah makan, Pak Malik mengantar
kembali Raya pulang ke rumahnya.
“O ya pak, nih rawon untuk di rumah ya
pak, terima kasih telah bersedia mengantar saya hari ini, dan ini bayarannya…”
Raya menyodorkan bungkusan berisi rawon nguling dan lauk empal dan sejumlah
lembaran merah 5 lembar.
“Neng…ma syaa Allah, ini terlalu banyak
neng, hari ini bapak udah di kasih apa saja ini…”
“Udah gak papa pak, rezeki bapak dan
yang di rumah, terima kasih ya pak, jangan bosan lho kalau saya sering menelpon
bapak…” Kata Raya tersenyum ramah.
“Baik neng, sekali lagi terima kasih
banyak, setiap waktu eneng telepon, saya selalu siap neng.” Ucap Pak Malik
terharu. Raya masuk ke rumah dan mendapati anaknya tengah tertidur di sofa
dengan di bentengi dengan meja agar tidak terjatuh. Sementara Bu Nanik
sepertinya sedang di dapur.
“Lho Bu Nanik ngapain?”
“Eh…nak Raya, sudah pulang? Ini lho ibu
hanya beresin ini saja, biar rapi nak” Kata Bu Nanik yang sedang melap piring
dan gelas.
“Kenapa Hanum tidak dipindah di kamar
bu?”
“Aduh maaf nak, ibu tidak berani masuk
ke kamar, takut mah…”
“Ih…ibu ini, gak papa kali, di sini
Raya hanya punya ibu lho sebagai pengganti keluarga Raya, jadi mulai sekarang
di biasakan aja bu”
Bu Nanik menatap Raya dengan
berkaca-kaca, “Ma syaa Allah nak, ibu serasa mendapatkan kembali anak ibu,
terima kasih atas kepercayaannya ya nak”
“Iya bu, Raya senang ternyata di sini
Raya bisa memiliki ibu…” Raya memeluk Bu Nanik haru, untuk mengurangi
kerinduannya terhadap mamanya di Jakarta.
“Ya sudah, nak Raya sudah makan? Tadi
ibu membuatkan masakan untuk Hanum, sekalian memasak untuk makan siang juga”
“Waahh, Raya udah makan tadi bu, ini
malah Raya bawa dua bungkus rawon, satu untuk ibu, satu untuk anak-anak”
“Alhamdulillah, terima kasih ya nak…”
Raya tersenyum mengangguk, “Raya
bersih-bersih dulu ya bu, sekalian mau memindahkan Hanum”
“Iya nak…” Bu Nanik meneruskan
pekerjaannya yang tertunda tadi.
Raya menggendong Hanum untuk
dipindahkan ke kamarnya, kemudian ia masuk ke kamarnya sendiri untuk mandi.
Setelah mandi ia berencana untuk tidur siang sebentar, dan benar saja, setelah
kepalanya menyentuh bantal, maka mata itu langsung terpejam dengan nyenyak.
“Assalamu’alaikum” Titania memasuki
rumah setelah mengucap salam, gadis itu terlihat lelah dengan keringat menetes
di dahinya.
“Wa’alaikumussalam, kakak sudah
pulang?” Sambut Bu Nanik seraya mengambil tas Titania, gadis itu menolak halus
tapi wanita tua itu memaksa untuk membawakannya ke kamarnya.
“Iya eyang, apa mama udah pulang yang?”
“Sudah, tapi mama masih istirahat, biar
dulu ya, ayo kakak bersih-bersih dulu, eyang sudah siapin makan siang tuh” Bu
Nanik membawa tas Titania ke kamar dan menyuruh gadis itu untuk mandi dan ganti
baju.
“Makasih eyang” Titania tersenyum dan
itu sebuah rekor bagi keluarganya, karena selama ini jarang sekali anak itu mau
tersenyum kepada orang lain.
Bu Nanik mengangguk kemudian berlalu
dari kamar untuk menyiapkan makan siang Titania yang sudah di anggapnya cucunya
sendiri, bahkan Titania ikut-ikutan memanggil eyang seperti Hanum.
Titania melangkah ke dapur sudah dengan
celana pendek selutut dan t’shirt warna biru muda. Di meja sudah tersedia aneka
masakan yang menggugah selera makan.
“Wah eyang yang masak semua?” Tanya
Titania heran. Wanita tua itu menggeleng.
“Eyang hanya masak telor dadar sama cap
cay aja kalau rawon dan empal ini mama yang bawa”
“Oh, ayo eyang makan juga”
“Eyang sudah makan, dah…kakak mau makan
sama apa biar eyang ambilkan”
“Tita bisa sendiri eyang” Tolak Titania
yang memang bukan gadis manja dan tidak mau menjadi manja. Ia mulai mengerti
bagaimana kehidupan mamanya tanpa papa, walaupun daddy dan mommy sangat
memanjakannya tapi Titania tetap menjadi gadis mandiri untuk mamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Soraya
bagus bahasanya
2023-10-24
0