Seorang wanita menyeret koper cukup
besar sambil berjalan keluar dengan menuntun seorang gadis kecil dan gadis
remaja berjalan di sebelahnya. Wanita itu hanya memakai baju casual berwarna
krem dipadu celana kulot warna senada serta jilbab warna coksu dengan sepatu
kets warna hitam. Di sebelahnya gadis muda itu memakai kaus polos berwarna navi
serta celana jeans ketat dengan sepatu snikers warna hitam dan seorang gadis
kecil yang memakai kaus bergambar my little pony dipadu celana legging warna
hitam dengan sepatu vantovel lucu warna pink.
Mereka berjalan santai sambil
melihat-lihat suasana baru Kota Malang, yang baru turun saja sudah disajikan
dengan udara yang sejuk. Namun baru beberapa langkah mereka keluar dari bandara
tampak 3 orang laki-laki yang cukup kekar sedang menghadang laju seorang gadis
dengan seorang pemuda yang terlihat tidak berdaya. Hmm, ternyata di kota
seperti ini juga masih saja ada kekerasan, padahal tempat ini juga cukup ramai.
“Kakak Tita bisa jaga adek bentar, mama
mau bantu kakak itu”
“Tapi ma…” Titania agak ragu, ini bukan
Jakarta pikirnya, maka mamanya tidak bisa seenaknya berbuat kekerasan.
Raya berjalan ke arah sekumpulan preman
yang menghadang dua orang yang tak berdaya. Mereka sudah dalam kondisi
ketakutan.
“Ayo cepat, serahkan semua benda
berharga yang kamu miliki, sebelum kami bertindak lebih jauh!” Sentak seorang
laki-laki yang sepertinya pemimpin preman itu.
“Maaf bang, kita gak bawa apa-apa”
Jawab pemuda itu dengan suara ketakutan, lebih mirip suara cewek yang menghiba
sih.
“Ahh, bacot..” Pemimpin preman itu
merampas tas yang dipegang pemuda itu.
“Lepasin mereka!” Seru suara di
belakang mereka. Para preman itu menoleh serempak kemudian tertawa
terbahak-bahak melihat siapa yang menegur mereka tadi.
“Huh, hanya seorang wanita lemah, dah
neng, jangan ikut campur, menyingkir aja cari tempat aman” Ejek pemimpin
preman.
“Maaf bang, saya tidak bisa melihat ada
orang tertindas di depan mata saya” Elak Raya tenang.
“Hahahaha, rupanya ada yang sengaja
menyerahkan diri brow, tangkap Jhon”
“Siap boss” Laki-laki yang diperintah
berjalan mendekati Raya dan tangannya terulur hendak meraih tangan Raya namun
sedetik kemudian….
“Aaarrgggghhhh” Teriak laki-laki itu
kesakitan dan sebentar kemudian terdengan bunyi krek dari pergelangan
tangannya. Laki-laki itu mundur sambil memeluk pergelangan tangannya yang
sepertinya patah.
“Sialan…boss, wanita itu rupanya kuat
juga boss” Kata laki-laki di sebelah pemimpin preman.
“Halah…bilang aja kamu takut, dasar
pengecut!” Sentak pemimpin preman itu. “Ayo kita serang berdua” Mereka
merangsek maju dan melayangkan tinjunya ke arah Raya, namun mereka terjungkal
dengan keras karena secara tiba-tiba Raya menghindari pukulan itu.
“Kurang ajar! Sialan! ##@@@” Berbagai
umpatan dan nama binatang di keluarkan semua oleh pemimpin preman itu.
Bagi Raya hal itu hanya membuang waktu,
sehingga wanita itu dengan cepat menyarangkan pukulan dan tendangan telak ke
arah tubuh keduanya membuat mereka terjungkal berdarah-darah dan tidak mampu
bangkit lagi untuk melawan.
“Lain kali cari lawan yang kuat,
dasar..” Mereka hanya mendesis kesakitan seraya memohon ampun untuk dilepaskan
dan meminta untuk tidak dilaporkan ke pihak kepolisian, namun terlambat aksi
mereka telah diketahui oleh petugas keamanan bandara sehingga ketiganya
langsung diamankan di ruang security menunggu kedatangan polisi yang lebih
berhak memproses mereka.
“Wah…, kau hebat sekali nek…” Pemuda
itu bertepuk tangan gembira dan menghampiri Raya. Wanita itu hanya tersenyum,
ia melihat penampilan seorang gadis yang memang tampil sangat wah sehingga
pasti akan mengundang siapapun untuk berbuat jahat.
“Lain kali berpenampilan biasa saja
kalau bepergian, sayang kan kalau perhiasan mahal tersebut berpindah tangan,
dengan kasar lagi…” Nasehat Raya.
“Eh siapa nama you?” Tanyanya lagi
dengan nada yang mulai gemulai.
“Hmm, Raya, saya permisi dulu, anak
saya sudah menunggu”
“Eh..tunggu…” Seru gadis yang dari tadi
diam, ia rupanya masih shock dengan kejadian barusan tapi Raya sudah keburu
pergi.
Flashback Off.
“Sudah ingatkan mbak?” Tanya Nitha
dengan mata berbinar, tampak indah sekali mata itu.
“Iya maaf, waktu itu aku terburu-buru,
aku baru datang dan anak-anakku menunggu”
“Ah iya, aku sempat lihat 2 gadis
cantik berdiri agak jauh di belakang mbak. Oke mbak, ayo aku siap melakukan
syuting kalau mbak yang memandu” Katanya ceria seraya bergelayut manja di
lengan Raya. Hah…benar juga, gadis muda yang masih labil, ternyata gadis muda
yang juga manja.
Raya tersenyum dan membawa mereka
berdua ke ruang yang digunakan untuk syuting iklan. Tampak para fotografer dan
cameramen telah siap di ruang itu bersama serangkaian peralatan yang
mendampinginya.
“Baik semuanya, mohon kerjasamanya,
kita akan melakukan pengambilan gambar pertama, silahkan nona Nitha untuk
bersiap terlebih dahulu”
“Baik, tapi mbak boleh nggak jangan
panggil nona, anggaplah aku adek ya..ya..” Mohonnya dengan puppy eyesnya.
“Ya baiklah” Raya tersenyum sabar
menghadapi gadis muda yang tampak manja itu. Hilang sudah rumor model yang
katanya angkuh, arogan, galak, suka menindas, tapi tidak berlaku bagi seorang
Raya.
Raya menjelaskan secara rinci apa saja
yang akan dilakukan oleh Nitha, dan mulai mengatur seluruh kebutuhan Nitha saat
memulai pengambilan gambar.
“Jika ada kesulitan kamu tinggal
tanyakan padaku ya Nit”
“Baik mbak, aku rasa semua sudah Mbak
Raya jelaskan dan aku sangat paham”
“Apa bisa kita mulai?”
“Siap mbak” Raya mengangguk kepada
wakil sutradara untuk memulai sesi pemotretannya. Berbagai arahan yang dijelaskan
Raya benar-benar dilaksanakan dengan sempurna oleh Nitha sehingga sesi apapun
berjalan dengan lancar.
Semua sesi foto telah dilakukan dengan
hasil yang memuaskan, mereka para kru fotografer tidak percaya kali ini hasil
foto Nitha sangat bagus bahkan tanpa adegan penindasan dan marah-marah. Model
itu benar-benar menurut dengan arahan sang sekretaris baru.
Selesai pemotretan, Nitha berjalan
mendekati Raya yang sedang membereskan berkas dan beberapa property perhiasan
yang dipakai.
“Mbak Raya, bolehkah aku mengajakmu
makan siang sebagai rasa terimakasihku?” Tanya Nitha.
“Hmm boleh saja Nit, tapi sepertinya
tidak bisa sekarang, aku harus melaporkan secara langsung kepada atasanku
kegiatan hari ini”
“Hmm..baiklah, bagaimana kalau hari
Sabtu kita janjian di mall” Katanya lagi antusias.
“Sabtu ya, aku libur sih, tapi aku bawa
anak-anakku boleh kan?”
“Tentu saja mbak, baiklah kita ketemu
hari Sabtu di mall xxx ya, aku tunggu lho” Kata Nitha ceria seraya mengerling
manja, dan tanpa di duga gadis itu memeluk Raya dan mencium pipinya.
Hal itu pun tidak lepas dari pandangan
semua kru syuting, karena moment sangat langka sekali bagi mereka menyaksikan
keramahan sang model itu. Mereka memuji Raya yang bisa menaklukkan hati dan
keras kepala model itu tanpa tahu bahwa keduanya pernah bertemu secara
kebetulan.
Raya kembali menuju ke ruangannya untuk
membuat laporan dari kegiatan hari ini kemudian segera membawanya ke ruangan
Asisten Je untuk meminta tanda tangan.
Tok
Tok
“Masuk” Raya membuka pintu dan memasuki
ruangan dengan aura tenang. Asisten Je mengamati perubahan wajah wanita itu,
tidak ada kepanikan atau putus asa di sana.
“Tuan…!” Panggil Raya dengan suara
keras untuk ketiga kalinya karena laki-laki itu tetap bergeming.
“Tidak usah berteriak, aku tidak tuli!”
Sentaknya.
“Tapi panggilan saya sudah ketiga
kalinya Tuan…”
“Kau….” Asisten Je menghentikan
ucapannya, ia serasa mati gaya di hadapan Raya “Ada apa?!” Masih dengan suara
ngegas.
“Hmm gak usah ngegas kali bos” Gumam
Raya pelan.
“Apa kau bilang?!” Teriak Asisten Je
marah.
“Ah…tidak Tuan, ini saya mau meminta
tanda tangan berkas pemotretan pagi ini” Kata Raya mengalihkan kepanikannya.
“Hmm, taruh di meja dan keluarlah!”
Katanya ketus kembali fokus pada laptopnya. Padahal hatinya sudah penasaran, bertanya-tanya
kenapa tidak ada kata protes dari mulut wanita itu.
“Baik Tuan” Raya meletakkan berkas di
atas meja dan segera berlalu ke luar.
“Permisi Tuan” Raya menutup pintu
dengan pelan dan berlalu masuk ke ruangannya.
Kringgg
Dering telepon di meja Raya berdering
dengan nyaring, wanita yang sedang fokus mengetik di layar laptop menghentikan
kegiatannya sebentar kemudian mengangkat telepon.
“Raya…ayo ke kantin” Seru Weni di
seberang telepon membuat Raya menjauhkan telepon.
“Sudah istirahatkah?”
“Ya Allah Raya, bekerja boleh tapi
perut juga harus di isi, ayo turunlah, kami sudah menunggumu di bawah ini”
“Baiklah, aku turun…” Raya menyimpan
file yang diketiknya tadi kemudian bergegas meraih tas cangklongnya dan berlari
keluar ruangan. Ia menekan lift karyawan berbarengan juga sang CEO Alvero dan
Asisten Je keluar dari ruangan CEO. Raya
membungkukkan badan dan begitu lift terbuka ia bergegas masuk.
“Kenapa dia terlihat terburu-buru?”
Tanya Alvero dengan heran.
“Tidak tahu Tuan Muda”
“Huh…apa yang kau tahu…tidak ada”
Sergah Alvero sinis seraya masuk ke lift khusus CEO. Asisten Je hanya menghela
nafas pelan, ia sebenarnya juga penasaran kenapa wanita itu yang seperti
terburu-buru.
Keluar dari lift bertepatan mereka
berada di belakang Raya yang sedang menerima telepon, sehingga mereka bisa
mendengarkan Raya berbicara dengan mesra. Entah mengapa membuat raut wajah
Asisten Je berubah mengeras dengan mengepalkan tangannya.
“Iya sayang, ini masih mau makan…jangan
lupa makan juga ya, nanti sakit lho…”
“………”
“Iya…jam 4 deh kayaknya”
“………”
“Hmmm, udah kangen yaaa hehe”
“………”
“Baiklah, selamat makan sayang….” Raya
mematikan hpnya dan melihat teman-temannya telah menunggunya di pintu keluar
perusahaan. Weni tampak melambai, wanita itu segera melangkah dengan cepat
tanpa menyadari bahwa di belakangnya ada bos besar mengikuti langkahnya.
“Ray..kamu gak sadar apa bos
dibelakangmu?” Tanya Wita terkekeh melihat ekspresi Raya yang terkejut.
“Hah? Bos siapa?” Tanyanya masih
bingung seraya celingukan kesana kemari.
“Siapa lagi kalau bukan Bos Alvero dan
Asisten Je, uh…kalau kau lihat aura Asisten Je…hiii serem” Timpal Weni.
“Kenapa emang auranya?” Tanya Raya
polos.
“Tampangnya tadi seperti menahan marah,
geram kali karena keberadaan mereka malah di belakangmu dan kamu nggak tahu
mereka berjalan mengikutimu.” Timpal Teja.
“Alamak…gawat ini, beneran aku nggak
tahu, tadi aku sedang menelepon anakku”
“Hah anak? Kau sudah punya anak Ray?”
Tanya Teja tak percaya. Mereka telah tiba di kantin perusahaan dan duduk
melingkar serta memesan makanan.
“Kalian belum tahu ya, hehe…”
“Ah…kamu Ray, masak masih muda udah
punya anak saja”
“Hei siapa yang muda kali, umurku sudah
32 tahun tahu” Kata Raya membenarkan perkataan Wisnu.
“Hah 32 tahun, jangan bercanda Ray”
Kata Teja.
“Duh…kalau gini aku serasa tua saja,
usiaku baru 26 tahun tapi kenapa wajahku kusam…” Keluh Wita dengan ekspresi
sedih.
“Beneran Ray? Aku kira umurmu masih 25
tahunan lho, beneran, duh aku juga malu ini…” Keluh Reni.
“Hei, apaan sih, kenapa malah ngomongin
masalah umur, dah yuk makan, makanan dah siap ini, nanti keburu dingin lho.”
Potong Raya.
“Hmm…berarti mulai sekarang kita semua
harus memanggil Mbak Raya lho ya, jangan salah lagi” Ingat Weni membuat Raya
tersenyum kecut.
“Aku jadi serasa tua nih….” Selorohnya
membuat semua yang hadir tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments