Hari Senin, merupakan hari baru bagi
mereka, Raya akan mendaftarkan Titania di SMPN favorit di Kota Malang. Sekolah
ini kelebihannya selain memiliki sarana yang lengkap juga terletak di zona
pendidikan jalan Veteran. Dekat dengan kampus UB, UM, UIN, UNMER, UNMUH dan
dekat juga dengan beberapa sekolah negeri maupun swasta. Pun juga lokasinya
dekat dengan perumahan yang Raya tinggali, hanya membutuhkan waktu 10 menit
untuk sampai ke sekolah. Untungnya, sekolah bersedia menerima murid pindahan di
kelas sembilan yang merupakan jenjang akhir di SMP apalagi melihat nilai dan
prestasi Titania yang membanggakan. Berbagai olimpiade saint sudah sering ia
juarai dan hampir semuanya juara satu, ia juga pernah menjuarai olimpiade
Matematika internasional di Jepang dengan meraih juara satu, sehingga nilai
lebih itulah yang membuat sekolah itu menerima Titania. Masih ada waktu enam
bulan untuk membuat harum nama sekolah tersebut.
Titania langsung masuk sekolah hari itu
juga, kini Raya mulai bingung bagaimana dengan hari-hari ke depannya, karena ia
harus mulai mencari pekerjaan untuk melangsungkan hidup ke depannya. Sebenarnya
tidak bekerjapun kebutuhan Titania sudah dicukupi tiap bulan oleh Ervin, yang
langsung mentransfer uang bulanan ke rekening Titania. Untuk kebutuhan dia dan
Hanum pun sudah di tanggung tiap bulan oleh keluarga Revian dari hasil
keuntungan perusahaan. Tapi Raya tidak mau kalau hanya mengandalkan uang diam
tersebut, ia ingin menyibukkan diri dengan bekerja agar pikirannya tidak
terpaku pada almarhum suaminya. Namun yang sekarang ia bingungkan adalah siapa
yang harus menemani Hanum, sementara ia belum terlalu mengenal semua tetangga
di perumahan, ia masih mencari informasi sekolah play grup di sekitar perumahannya.
Raya menuntun Hanum kembali ke
perumahan, mereka hanya perlu berjalan kaki dan itu membuat gadis kecil itu
berlompatan riang di gandengan Raya.
“Mama, aku cekolah kapan” Celotehnya
riang.
“Iya, nunggu Hanum setinggi ini” Kata
Raya seraya mengukur tinggi Hanum sejajar dengan pahanya membuat aura wajah
gadis kecil itu langsung muram.
“Napa lama Mama” Rajuknya.
“Hanum yang sabar ya, Hanum harus rajin
makan sayur dan lauk yang banyak agar cepat tumbuh segini” Kata Raya lagi.
Gadis kecil itu tertawa riang.
“Aku mo makan cayul, biyal cepat
becal…” Katanya seraya melompat-lompat kegirangan. Raya mengacungkan jempolnya
memberi semangat.
“Lho…Neng Raya, baru nganter putrinya
sekolah ya…” Sapa Bu Nanik yang kebetulan habis belanja di warung.
“Eh…iya bu…” Jawab Raya tersenyum
ramah.
“Aduuuhhh, gemes sekali sih, siapa
namanya cantik?” Tanya Bu Nanik seraya mencubit gemas pipi Hanum, membuat gadis
kecil itu memandang Raya berkaca-kaca karena sakit di pipinya.
“Cakit Mama…” Rengeknya manja dengan
mengelus pipinya, Raya tersenyum seraya mengelus pipi Hanum.
“Aduh, maafkan ibu ya sayang….sakit
ya?” Bu Nanik mengelus pipi Hanum lembut, gadis kecil itu mengangguk, wajahnya
sudah ceria kembali karena ternyata wanita di depannya ini sangat baik dan
ramah.
“Dah mbuh lho ini, aku Anium iyan”
Katanya ceria namun membuat Bu Nanik mengerutkan dahinya bingung mencerna
kalimat Hanum.
“Sudah sembuh bu, dan namanya Hanum”
Raya menimpali dengan tersenyum.
“Oalah…ibu sampai bingung ini…haha”
“Oya bu, dimana ya saya bisa cari baby
sitter untuk menjaga anak saya”
“Neng Raya cari pembantu gitu
maksudnya?” Tanya Bu Nanik.
“Tidak bu, tapi pengasuh untuk Hanum”
“Oooo kirain pembantu, kalau ibu saja
gimana mau nggak?” Tawar Bu Nanik membuat Raya tak percaya.
“Benarkah Bu Nanik bersedia? Apa tidak
merepotkan suami dan anak-anak Bu Nanik nantinya?” Kata Raya canggung.
“Tenang saja Neng, saya ini janda,
anak-anak saya sudah pada nikah semua dan ikut suaminya, saya hanya tinggal
seorang diri”
“Oh, maaf bu, jadi membuat ibu sedih.”
“Nggak kok Neng, kalau eneng mau ibu
bersedia menjaga Hanum, Neng Raya mau cari kerja ya?” Kata Bu Nanik.
“Iya bu, saya sudah harus mencari kerja
untuk anak-anak saya…”
“Ya sudah Neng biar Hanum sama ibu
saja, ibu jadi semangat ini ada yang menemani ibu lagi setelah dua tahun anak
bungsu ibu menikah.”
“Alhamdulillah, terima kasih ibu mau
menolong saya…”
“Sudah nggak papa, Neng Raya mau cari
kerja sekarang?”
“Maunya gitu sih bu, ibu cukup panggil
saya Raya aja ya bu, nggak usah pakai Neng…”
“Wah…ndak papa ini…”, Raya menggeleng
tersenyum, “Baiklah, bukannya Nak Raya harus siap-siap ya, oya Princes Hanum
mau main sama nenek nggak?” Hanum langsung mengangguk senang, ia merasa wanita
itu sangat-sangat baik dan tulus sehingga ia langsung lengket dengan Bu Nanik.
“Iyan bukan nenek” Katanya membuat Bu Nanik menatap Raya bingung.
“Hanum manggil ibu eyang bukan nenek”
“Oalah…iya ndak papa, eyang juga bagus
hehe”
“Baiklah bu, Raya siap-siap dulu ya”
“Ya nak…” Bu Nanik membawa Hanum masuk
ke dalam rumah Raya.
“Yuk Iyan, ain neka” Bu Nanik masih
berusaha menyesuaikan apa yang dibicarakan oleh Hanum.
“Main boneka?”
“Iya” Seru Hanum ceria. Bu Nanik
menggandeng gadis kecil itu bermain dengan bonekanya di karpet.
To Be Cintinued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Soraya
maaf thor nma kedua mantan suaminya bkin bingung
2023-10-24
0