Setelah tiga jam berlalu, giliran Raya
bersama 9 orang lainnya masuk ke dalam ruangan untuk melaksanakan tugas. Di
balik kaca itu, ketiga orang tersebut tetap memperhatikan setiap menit apa yang
terjadi pada para pelamar itu. Menurut mereka sampai empat gelombang ini belum
ada yang menarik perhatian mereka, hampir saja mereka menyerah. Tampak Asisten
Je mengamati langkah seorang wanita yang sangat tenang pembawaannya menuju ke
kursi yang ditunjukkan oleh petugas dan duduk di atasnya. Kenapa ia seperti
tidak asing dengan wanita itu ya, lirihnya dalam hati.
“Sayang, wanita yang berjilbab itu, kau
lihat kan? Terlihat anggun sekali, pembawaannya sangat tenang” Kata Meili
menatap suaminya.
“Hmmm…”
“Je, kau meneliti semua data KTP mereka
kan?” Tanya Alvero.
“Benar Tuan Muda”
“Kau tahu umurnya berapa? Kelihatannya
dia di bawah syarat umur?” Tanyanya lagi.
Asisten Je terlihat mengeluarkan hp dan
memanggil Antoni untuk ke ruangan monitor. Laki-laki itu dengan cepat
mendatangi bosnya.
Tok
Tok
Seorang laki-laki berkulit kuning bersih
dengan wajah Asia, hidung mancung, dan mata agak sipit dan berkaca mata
memasuki ruangan.
“Ya Asisten Je?” Tanya begitu ia
sampai di ruang monitor.
“Kualifikasi usia pelamar memang ada
yang dibawah usia 27 tahun?” Tanya Asisten Je.
“Tidak ada Asisten Je, yang termuda itu
27 tahun dan yang tertua itu usia 32 tahun atas nama Raya Septiani Sudjana, itu
Asisten Je wanita yang memakai hijab, saya ingat karena hanya dia yang memakai
hijab dari sekian ratus pelamar Asisten Je”
“32 tahun?” Seru Meili tertahan, ia
tidak percaya.
“Kenapa kelihatannya baru berusia 25
tahun ya, sayang….padahal dia usianya di bawahku lho…kenapa dia bisa awet muda
gitu?” Kata Meili merasa sedih yang langsung membuat Alvero kelabakan.
“Hei…kamu juga cantik sayang, kamu
kelihatan muda kok, wajahmu juga mulus tidak ada…”
“Kau mau mengataiku keriput?” Sanggah
Meili cepat membuat Alvero tambah gusar. Laki-laki itu langsung memeluk dan
menciumi wajah istrinya tanpa melihat keadaan.
“Tidak sayang….kamu cantik…cantik…dan
cantik…” Rayu Alvero.
Asisten Je dan Antoni hanya bisa
memalingkan wajah jengah. Huh tidak bos tidak istri bos…narsis. Batin Antoni
seraya tertawa dalam hati.
Fokus mereka berempat kembali ke arah
ruangan ketika terdengar suara dari pengeras suara.
“Perhatikan baik-baik, kalian diberi
waktu maksimal 30 menit untuk mengetik berkas yang ada di hadapan kalian dan
langsung mengeprintnya. Jika sudah selesai harap mengumpulkannya di meja saya.”
Perintah petugas itu, “Oke 3 2 1,
silahkan di mulai” Lanjutnya memberi perintah.
Raya mengamati berkas di hadapannya,
ada 10 lembar, “hmm…mudah sekali, dalam waktu 10 menit juga selesai” Gumamnya
perlahan. Dengan tenang Raya menyetel printer dan menyiapkan kertas kemudian
mulai mengetik berkas tanpa melihat ke papan keyboard, pandangannya hanya lurus
ke layar laptop di hadapannya tanpa berkedip dengan sesekali melihat dan
membalik berkas yang ingin di ketik. Ke sepuluh jemarinya menari dengan lincah
di atas papan keyboard, huruf dan angka itu sudah mandarah daging di otaknya
jadi tanpa melihat keyboard dalam waktu 10 menit ia sudah selesai lengkap
dengan ngeprintnya.
Raya berdiri dan maju ke depan meja
petugas untuk mengumpulkan hasil tugasnya yang membuat semua orang yang di
ruangan itu terkejut, tak terkecuali delapan pasang mata di balik kaca lebar di
belakang meja petugas tersebut. Kali ini mereka berempat bisa dengan jelas
mengamati wajah wanita yang berjilbab itu.
“Cantiknya….” Puji Meili tulus seraya
mencengkram lengan suaminya. Alvero hanya meringis.
“Iya sayang…”
“Apa?” Meili mendelik menatap suaminya.
“Eh…maksudku, kamu masih lebih cantik
sayang…kamu tiada duanya” Meili tersenyum tersipu membuat Alvero gemas dan
mendaratkan ciuman di bibir istrinya dengan gemas.
Cup
“Ih…ada mereka…” Lirih Meili malu.
“Ehm” Alvero berdehem sekali yang
langsung membuat kedua laki-laki itu membuang muka dan menutup kedua telinga
mereka. Hmmm…ada-ada saja si bos ini…batin Antoni.
“Emmm, pak permisi, apa ada tes lagi
setelah ini?” Tanya Raya sopan.
“Tidak ada mbak, hanya mbak harus
menunggu keputusannya, karena yang lolos akan diberi briefing oleh HRD”
“Baik pak, terima kasih” Raya berlalu
keluar dari ruangan dan kembali menunggu di loby sambil bermain hp. 20 menit
kemudian semua pelamar tahap akhir telah keluar dan menunggu informasi
selanjutnya. Sementara itu petugas tadi membawa hasil tesnya ke ruang Asisten
Je. Dan Asisten Je pun membawa hasil itu ke ruang bosnya.
Tok
Tok
Tok
“Masuk” Seru suara dari dalam. Asisten
Je memasuki ruangan Alvero dan melihat laki-laki itu kembali berkutat dengan berkasnya
sementara Meili tampak duduk bermain hp di sofa.
“Permisi, Tuan Muda…”
“Kemarilah, bagaimana hasilnya?”
Yang mencari sekretaris siapa yang
memberi keputusan siapa? Lirihnya dalam hati, tapi Asisten Je hanya menuruti
perintah bosnya karena di belakang perintah itu ada perintah yang lebih tidak
bisa di tolak. Perintah mutlak Nyonya Alvero.
Asisten Je menyerahkan rekap hasil tes
kepada Alvero, laki-laki itu mengamatinya sebentar.
“Sayang, sini deh” Panggil Alvero,
Meili menghampiri dan berdiri di sebelah suaminya.
“Lihatlah” Alvero menyodorkan berkas
itu yang membuat Meili langsung terkesan.
“Jadi gadis itu ada di peringkat ke
satu? Ajaaib…aku suka dengan nya sayang…kau harus pilih dia Asisten Je, aku
nggak mau tahu” Serunya di akhir kalimat dengan menatap Asisten Je tajam.
Laki-laki itu hanya mengangguk pasrah.
“Di sini ada saingan berat sayang, dia
juga bisa menyelesaikan tugasnya walaupun selisih lima menit.” Kata Alvero.
“Tak masalah itu urusan Asisten Je,
yang pasti kau harus membuat dia di terima”
“Je, undanglah 2 kandidat sekretaris
ini ke ruanganmu besok dan uji mereka dengan kemampuanmu”
“Baik Tuan Muda” Asisten keluar
kemudian menuju ruangannya dan memanggil Antoni selaku kepala HRD.
Seorang laki-laki tampan seumuran
Asisten Je mamasuki ruangannya.
“Selamat siang Asisten Je” Hormat Antoni.
“Kau umumkan yang tertera di kertas itu
pada para pelamar, jangan sampai terlambat.” Tegasnya.
“Baik Asisten Je, saya permisi”
“Hmmm” Antoni kepala HRD itu berlalu
menuju loby perusahaan dan mengumumkan kandidat yang maju pada tahap
berikutnya.
Tampak para wanita itu antusias, mereka
merasa yakin bahwa mereka lah yang akan terpilih, secara fisik dan penampilan
mereka sangat memukau bahkan mengundang mata jahat. Antoni mendesis menatap
para wanita itu.
“Pasti aku yang terpilih, lihat aja
bodiku” Bisik wanita di sebelah Raya sinis. Raya hanya angkat bahu acuh.
“Kau, mana mungkin bos mau melirik
wanita seperti mu, jelas tidak sedap di pandang mata” Bisiknya lagi lebih
sinis, kali ini sama menatap penampilan Raya yang berjilbab. Apa salahnya
berjilbab, kita sebagai muslim kan wajib berhijab toh?
“Bukannya kita cari kerja ya?” Sindir
Raya pelan, wanita itu ingin membuka mulutnya tapi keburu di potong oleh suara
tegas di depannya.
“Yang bernama Raya Septiani Sudjana
harap maju ke depan” Kata laki-laki itu dengan tegas. Raya melirik wanita di
sebelahnya dan tersenyum ramah. Raya bangkit berdiri dan menuju ke depan
membuat wanita tadi langsung membelalak tak percaya.
“Yang bernama Erika Safitri silahkan
maju ke depan” Tampak seorang wanita dengan pakaian modis maju ke depan dengan
langkah mantab sedikit gemulai.
“Yang lainnya silahkan pulang, karena
kalian tidak lolos” Ucap Antoni.
“Pak, kenapa dia yang terpilih?” Tanya
wanita di sebelah Raya tadi dengan tidak terima.
“Keputusan atasan tidak dapat di ganggu
gugat” Katanya tajam membuat wanita dan semua yang hadir langsung diam dan
segera keluar dari loby perusahaan.
“Kalian berdua, besok harap datang jam
07.00 untuk menghadap Asisten Je, ingat jangan sampai terlambat” Perintah
Antoni tegas.
“Baik Tuan, terima kasih” Ucap Raya
sopan.
“Pasti saya akan datang Tuan” Jawab
wanita yang bernama Erika. Antoni hanya mendengus, sudah kelihatan karakter
wanita itu, berupaya tegas tetap saja penggoda.
Kembali ke ruangan Alvero, ia masih
asyik membahas profil Raya yang mereka terima dari detektif kepercayaannya.
“Raya Septiani Sudjana, lahir di
Jakarta 10 September 1990, seorang janda, janda?” Tanya Meili heran dengan
menatap suaminya. Alvero mengangguk dan kembali membaca.
“Janda dengan dua anak perempuan, SMP
kelas 9 dan usia 3 tahun. Pengalaman sekretaris selama 10 tahun, pantas saja
mengetiknya lihai sekali sayang”
“Iya sayang, oya apa ia bercerai
atau…?” Pertanyaan Meili mengambang.
“Entahlah, di sini tidak disebutkan,
sudahlah semua tergantung Je nanti, ia pilih yang mana, yang perawan apa yang
janda…” Kata Alvero seraya meletakkan berkas itu kemudian memeluk pinggang
istrinya. Meili mencium hawa-hawa mengerikan dari tingkah manja suaminya.
Sebelum ia bisa beranjak menjauh, laki-laki itu udah mengangkat tubuhnya dan
membawa ke kamar pribadinya.
“Auw…sayang…ini kantor” Teriaknya
frustasi dengan kemesuman suaminya.
“Tidak akan ada yang masuk kalau pintu
kamar pribadiku menutup sayang…” Meili hanya pasrah dengan apa yang dilakukan suaminya,
namun sedetik kemudian ia sudah melayani suaminya dengan segala kelihaian yang
ia miliki sehingga mampu membuat Alvero benar-benar serasa melayang di udara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments