Raya kembali ke ruangannya setelah
berpisah dengan Meili dan kedua anak kembarnya di lobi perusahaan. Ia menghirup
nafas dengan dalam dan meregangkan otot-otot jari tangannya untuk kembali
memulai bekerja dengan sangat teliti dan cekatan. Sebentar ia melihat jam yang
melingkar di tangan kanannya. “Hm…waktu istirahatku menjadi berlebih deh,
semoga asisten itu tidak marah kalau tahu aku isritahat sangat lama sekali.”
Gumamnya pelan, “Baiklah Raya ayo semangat, selesaikan tugasmu secepatnya” Raya
menyemangati dirinya dengan mengepalkan tangannya ke udara.
Dengan cekatan jari-jari lentiknya
mulai menekan dan mengetik berkas yang ada di sebelahnya. Tidak diragukan lagi
kepiawaiannya dalam mengetik, tanpa melihat ke keyboard, pandangannya hanya
mengarah pada berkas yang perlu diketik. Sesekali tangannya membalik berkas
itu. Dalam waktu 3 jam semua berkas yang menumpuk selesai ia kerjakan, terdapat
8 file yang telah tersimpan dalam laptopnya.
Wanita itu menghela nafas lega, ia menyandarkan
punggungnya di kursi sembari meregangkan otot-otot yang kaku. “Alhamdulillah,
akhirnya pekerjaan yang tertunda telah selesai, aku bisa istirahat dulu sebelum
waktunya pulang” Gumamnya seraya tersenyum. Ia memejamkan mata sejenak untuk
merilekskan pikirannya, takut kebablasan ia membuka matanya dan beranjak ke
kamar mandi.
Setelah ritual umum di kamar mandi
selesai ia kembali ke meja kerjanya. ia bersyukur ruangannya dilengkapi dengan
kamar mandi dalam sehingga ia tidak harus naik turun lift untuk ke kamar mandi.
Sampai di depan mejanya ia membelalak
tak percaya, bayangkan saja berkas yang tadi sudah diketik dan berpindah tempat
kini di atas meja kerjanya kembali ada setumpuk berkas yang lebih tinggi dari
yang tadi.
“Apa maksudnya ini? Bukannya berkas
tadi sudah aku ketik semua? Kenapa ada berkas baru lagi dan lebih banyak?
Astaghfirullah, siapa yang berusaha mencegahku pulang nih? Apa asisten itu?”
Berbagai pertanyaan terlontar dari mulutnya dengan gemas, “Ck…apa maksudnya
coba memberiku berkas lagi segini banyak? Emang dia kuasa sih, tapi kan nggak
harus begini juga dia memanfaatkan jabatannya, huh” Raya menggerutu di dalam
ruangannya seraya tangannya mengepal dengan kesal.
“Kalau bukan atasanku sudah aku….eh”
Umpatannya terhenti karena ada teguran marah di belakangnya, reflek kepalanya
menoleh dan senyum meringis langsung terbit di wajahnya.
“Kau akan apa hah?!” Tampak Asisten Je
berdiri di belakangnya dengan wajah yang ….sungguh menyeramkan, sampai-sampai
Raya sempat bergidik ngeri. Raya hanya tersenyum kikuk.
“Hehe…tidak berani Tuan” Kedua jari
telunjuk dan jari tengah dari kedua tangannya membentuk huruf V. Asisten Je
hanya mendengus kasar walaupun jantungnya berdebar keras melihat ekspresi Raya
yang malah terlihat menggemaskan.
“Itu hukuman sebagai ganti istirahatmu
tadi…” Katanya seraya menunjuk tumpukan berkas di atas meja kerja Raya dengan
dagunya.
“Baik Tuan” Raya tidak mau menambah
kemarahan Asisten Je, lebih baik dikerjakan dengan teliti dan benar biar cepat
selesai, dari pada protes nanti ditambah kerjaan lagi.
“Hari ini harus selesai” Ucap Asisten
Je dengan pandangan tajam seolah menguji kemarahan Raya. Wanita itu hanya
tersenyum mengangguk dan lagi-lagi menjawab…
“Baik Tuan” Asisten Je membalikkan
badannya cepat, apa yang diharapkan dari kemarahan wanita itu tidak terjadi malah
membuat ia marah dan kesal sendiri. Raya menatap kepergian Asisten Je dengan
senyuman tipis di wajahnya, dia kembali menatap tumpukan berkas itu dengan
menghela nafas kasar.
“Tenanglah Raya, kerjakan tugas dengan
sebaik-baiknya, kau pasti bisa…welcome to the lembur…again…hihihi”
Raya menuju kursi kebesarannya…hehe, ia
meraih hp di dalam tasnya dan mengetikkan pesan ke Pak Malik untuk menjemputnya
setelah ia telepon nantinya, setelah itu jari jemarinya kembali berkutat di
atas keyboard dan fokus terhadap berkas yang ada di sampingnya. Semakin cepat
selesai semakin cepat bisa pulang.
Ruangan Raya menjadi sangat hening,
yang terdengar hanya bunyi tuts-tuts keyboard laptop dan kertas yang
terbolak-balik di meja. Tatapannya benar-benar fokus hanya pada berkas,
sesekali ia meneliti kembali file yang sudah diketik sebelum disimpan dalam
bentuk file, kemudian berkas yang sudah diketik ia pindahkan ke rak bagian
belakang tubuhnya hanya dengan menggeser kursinya. Setelah itu ia kembali fokus
terhadap berkas yang baru dengan membuka word kembali dan memindahkan berkas di
meja dengan ketikan di word tersebut.
10 berkas ia kerjakan dengan sangat
teliti, cekatan, bahkan saking seriusnya, ia sampai mengabaikan rasa lapar di
perutnya, sesekali ia hanya meminum dari botol tupperwarenya ketika merasa
haus.
Tanpa Raya sadari ada sepasang mata
yang mengawasinya dari balik kaca, Asisten Je ya laki-laki itu yang telah
mengawasi kinerja Raya. Ia berharap wanita itu akan kewalahan dan menyerah
kemudian memutuskan untuk mengerjakan esok hari. Namun yang ia lihat wanita itu
tetap bisa fokus mengerjakan berkas yang seharusnya dilakukan pada hari senin
lusa. Tangannya sempat terkepal, “Aku menugaskan dia menyelesaikan file itu,
tapi apa ini? Kenapa dia bisa mengerjakan tugas itu dengan baik dan terlihat
masih bisa santai?” Gumam Asisten Je, ia melihat Raya meneguk minuman dari
botol minumnya, kemudian mulai fokus lagi. Sejenak ia merasa bersalah melihat
gurat kelelahan di wajah wanita itu, tapi rasa itu segera ditepisnya jauh-jauh
dengan menghindar dari kaca itu.
Waktu menunjukkan pukul 21.00 malam, beberapa
karyawan yang lembur di lantai bawah ada yang mulai meninggalkan ruangan,
bahkan karyawan bagian toko perhiasan sudah pukul 18.00 tadi pulang. Namun
seorang wanita di lantai 5 masih terus mengetik tanpa lelah. Di meja kerjanya
tinggal satu berkas terakhir, kini ia membalik kertas terakhir dari berkas itu,
kemudian matanya tampak meneliti ketikan di laptop dan sebentar kemudian terdengar
bunyi ‘klik’ file tersimpan.
Senyum lega muncul di bibir wanita itu,
ia meregangkan otot-otot punggungnya yang kaku ke sandaran kursi dan terdengar
bunyi gemeretak dari jari jemarinya yang di satukan.
“Alhamdulillah, akhirnya selesai juga,
hmmm sudah jam 22.00 saja ini, okeh Raya waktunya pulang, mandi trus melihat
anak-anak langsung tidur…” Ia membereskan meja kerjanya dan berkas-berkas yang
telah selesai, kemudian bersiap untuk pulang. Ketika hendak keluar ruangan,
telepon di meja berdering, desisan pelan terdengar dari mulutnya. “Jangan lagi
Ya Allah…saya sudah lelah”
Raya mengangkat gagang telepon, belum
mengeluarkan sepatah katapun lawan bicaranya sudah menyapa dengan ketus.
“Apa menunggu waktu yang lama untuk
mengangkat telepon?” Teriak suara di seberang dengan tajam.
“Maaf Tuan…” Jawabnya mulai jengah,
“tolong jangan cari gara-gara Tuan, aku bisa saja membalas anda” Lirihnya
sangat pelan.
“Apa tugasmu sudah selesai?” Tanya
suara itu lagi dengan tegas.
“Sudah Tuan, mohon jangan memberi tugas
lagi Tuan, saya benar-benar lelah” Kata Raya dengan nada memelas.
“Apa kau melawan atasanmu hah?” Seru
Asisten Je.
“Maaf Tuan, tapi tenaga saya ada
batasannya juga, saya sungguh tidak sanggup untuk bekerja lagi”
“Huh…baru jam 10.00 kamu sudah menyerah,
kau lihat satpam yang berjaga dia siap bekerja 24 jam penuh” Kata Asisten Je
tanpa mengendurkan nada bicaranya.
“Sayangnya saya bukan satpam Tuan…”
Balas Raya berani.
“Berani sekali kau menjawab hah? Apa
kau tidak takut kupecat?” Ancam Asisten Je.
“Maaf Tuan, saya sudah menyelesaikan
tugas saya dengan sangat baik, bahkan dua kali lipat untuk hari ini, kalau Anda
masih belum puas juga, silahkan Anda pecat saya toh dari awal Anda yang
memanggil saya” Jelas Raya semakin berani, ia sudah jengah dengan aturan yang
dibuat Asisten Je yang terkesan tidak masuk akal dan ia siap jika harus
berhenti bekerja.
“Kau…!” Asisten Je kehabisan kata-kata
untuk membalas Raya.
“Maaf Tuan, kalau tidak ada hal yang
penting lagi saya akan menutup telepon dan permisi pulang duluan” Terdengar
geraman di ujung teleponnya dan sejenak kemudian ia mendengar klek tanda
hubungan telepon diputus sepihak. Raya hanya menghela nafas panjang kemudian
meletakkan telepon dan meraih tasnya. Apapun perintah selanjutnya ia akan tetap
memilih pulang, ia bukan robot yang harus bekerja 24 jam tanpa lelah.
Raya keluar dari ruangannya bertepatan
dengan Alvero yang keluar juga dari ruangan CEO, sedetik kemudian tampak
Asisten Je membuka pintu ruangannya.
“Lho Raya, kamu lembur juga? Sepertinya
hari ini tidak ada jatah lembur?” Tanya Alvero heran menatap Raya. Wanita itu
membungkuk hormat. Hmm, kenapa CEO nya malah lebih ramah dari asistennya,
harusnya kan CEO nya yang cuek dan dingin, ini malah asistennya.
“Iya Tuan Muda, ada yang memberi tugas
tambahan sebagai hukuman karena saya terlalu lama istirahatnya” Kata Raya
dengan nada menyindir seraya melirik ke arah Asisten Je.
“Kau yang memberi tugas Je?” Tanya
Alvero menatap Asisten Je, laki-laki itu mengangguk mengiyakan.
“Benar Tuan Muda, itu sebagai…”
“Meili yang mengajaknya, bukannya
harusnya Meili juga kena hukuman?” Tanya Alvero tajam, ia seorang CEO yang
selalu menerapkan aturan kerja sesuai dengan aturan yang berlaku, kalau tidak
ada tugas mendadak maka lembur juga tidak ada. Asisten Je gugup sejenak namun
ia cepat mengalihkan mode wajahnya kembali datar.
“Maaf Tuan Muda, tugasnya saya lihat
belum selesai…” Elaknya.
“Benar begitu Raya?” Tanya Alvero
menegaskan membuat Raya menghela napas pelan, ia tidak mau ada keributan
gara-gara dia.
“Benar Tuan Muda, maafkan saya…” Raya
menunduk.
“Hmm, lain kali kau bisa menolak ajakan
Meili kalau tugasmu belum selesai”
“Baik Tuan Muda, terimakasih atas kemurahan
hati Anda” Kata Raya seraya melirik tajam ke arah Asisten Je, seakan ia
berkata, “Aku sudah menolongmu di hadapan Tuan Mudamu, jadi jangan macam-macam”
Tapi laki-laki yang dilirik tetap dalam mode datar.
Raya hendak menekan lift khusus
karyawan namun langsung di cegah oleh Alvero.
“Bareng di sini saja Raya, lebih cepat
turunnya”
“Ah…baik Tuan Muda, terimakasih” Dan
Raya masuk terakhir setelah Asisten Je masuk, ia memilih berdiri di belakang
para pria penguasa itu dengan sesekali tangannya mengepal dan mengarahkan ke
punggung Asisten Je. Ia tidak sadar bahwa dinding lift itu berkaca hingga apa
yang dia lakukan tidak luput dari pandangan Tuan Muda Alvero dan Asisten Je.
“Kenapa tanganmu Raya?” Tanya Alvero
dengan menahan tawanya, Wanita itu terkesiap dan langsung menyembunyikan
tangannya di belakang punggungnya.
“Tidak Tuan Muda, saya hanya pegal
saja” Bohongnya.
Mereka sampai di lantai dasar dan
langsung menuju ke tempat parkir. Raya lupa tidak langsung menghubungi Pak
Malik, ia melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih, ia
merasa kasihan kalau harus menelepon Pak Malik jadi ia memutuskan pulang naik
taksi saja.
“Kau dijemput?” Tanya Alvero yang
melihat Raya akan berjalan ke jalan raya.
“Tidak Tuan Muda, saya akan naik taksi
saja…” Raya membungkuk sopan dan hendak berlalu.
“Je…” Tegur Alvero.
“Ikutlah bersama kami…”
“Tidak usah Tuan…saya naik taksi saja…”
“Malam-malam begini?” Asisten Je
menaikkan kedua alisnya.
“Iya…gak papa Tuan”
“Masuklah…tidak ada penolakan” Perintah
Asisten Je, sementara Alvero sudah masuk lebih dulu di kursi penumpang yang
tengah. Raya yang hendak menolak akhirnya mengiyakan ajakan Asisten Je,
otomatis ia masuk ke kursi depan. Tidak mungkinkan ia duduk bersebelahan dengan
Tuan Muda?
Asisten Je mengendarai mobilnya
membelah jalan raya yang mulai sepi dari kendaraan yang lalu lalang.
“Saya mengantar Tuan Muda dulu baru
setelah itu mengantarmu” Kata Asisten Je memecah kebisuan dalam mobil.
“Baik Tuan…” Raya mengarahkan
pandangannya ke luar jendela, ia sudah tidak sabar ingin segera tiba di rumah,
rasanya kangen sekali tidak mendengar celotehan Hanum. Apakah ia sudah tidur,
kasihan sekali gadis kecilku, apa Bu Nanik masih di rumah? Mengetahui itu, Raya
segera mengambil hpnya dan mencari kontak Bu Nanik.
Tut
Tut
Deringan itupun langsung di angkat…
“…..”
“Wa’alaikumussalam…kok belum tidur
sayang?”
“…..”
“Hmm, iya maaf ya…ini tadi lembur
mendadak lagi”
“…..”
“Iya, ini masih di jalan, sabar yah”
“…..”
“Waalaikumussalam”
Raya memasukkan hpnya kemudian menghela
nafas pelan.
“Kalau terburu naik pesawat saja!”
Ketus Asisten Je. Raya menoleh heran.
“Di rumah saya tidak ada landasan
pesawat Tuan” Jawabnya cuek, membuat Alvero menahan tawanya.
“Kenapa juga telepon kalau sudah tahu
lembur”
“Tuan sudah menikah?” Tanya Raya
membuat Alvero tertawa lepas. Asisten Je hanya mendengus keras.
“Belum ya, apalagi punya anak? Kalau
Anda punya anak dan menanyakan kenapa tidak pulang-pulang bagaimana perasaan
Anda? Sementara Anda harus mendadak lembur?” Tanya Raya lagi membuat Asisten Je
hanya terdiam, “Anda bisa bertanya kepada Tuan Muda tentang hal ketidaktahuan
Anda itu!” Lanjutnya dengan ketus. Asisten Je terdiam tidak mampu membalas
perkataan Raya, sementara Alvero semakin tak bisa menahan tertawa.
“Je…kau kalah telak” Kata Alvero
setelah berhasil berhenti dari tertawanya. Ia sebenarnya heran dengan sikap
asistennya yang sepertinya bertanya terlalu banyak dengan orang yang tidak
terlalu dekat dengannya.
“Maaf Tuan Muda…” Asisten Je hanya bisa
menjawab dengan sopan di depan Alvero.
“Satu lagi Tuan…kalau Anda terlalu
mengurusi urusan saya, saya takut nanti…” Raya menjeda kalimatnya dengan
sengaja karena ingin membuat asisten itu penasaran dan ternyata memang benar.
“Kenapa memang?” Tanyanya penasaran.
“Anda suka sama saya, tapi maaf Anda
bukan tipe saya Tuan…” Jawab Raya semakin telak membuat Asisten Je menggeram
marah. Sekali lagi Alvero tertawa di belakangnya.
“Je…hati-hati lho…aku takut hal itu
akan mempengaruhimu…” Goda Alvero.
“Tidak akan Tuan Muda…”
“Huh, percaya diri sekali…” Sinis Raya.
“Diamlah…!” Sentak Asisten Je.
Asisten membuka pintu belakang dan
mengantarkan Alvero sampai ke depan pintu.
“Sudah kau antar saja sekretaris itu,
tapi ingat pegang kata-katanya tadi…”
“Apa Tuan Muda?”
“Huh, ingatanmu ternyata buruk sekali.
Kau bilang tidak akan tertarik pada sekretaris itu kan? Pergilah”
“Baik Tuan Muda, saya permisi dulu”
“Hmmm….”
.
.
Mobil yang ditumpangi Asisten Je dan
Raya kembali memecah kesunyian malam, waktu sudah menunjukkan pukul 22.15
malam.
“Sebutkan alamat rumahmu biar cepat”
“Perumahan xxx Blok B no 25”
“Apa?” Asisten Je menoleh kepada Raya
seakan tak percaya.
“Kenapa? Apa saya juga tidak pantas
untuk menempati perumahan elit itu?” Tanya Raya seraya menatap tidak suka
kepada Asisten Je.
“Bukan begitu” Kata Asisten Je pelan.
Laki-laki itu mengeratkan pegangan
tangannya pada setir, ia merasa terkejut dengan kenyataan bahwa mereka tinggal
di dalam kompleks perumahan yang sama. Kenapa selama ini ia tidak tahu
keberadaan Raya? Mereka tinggal dalam satu blok yang sama hanya beda nomor
rumah dan lokasi tapi Asisten Je tidak pernah melihat sekalipun Raya maupun
keluarganya.
“Terus kenapa Anda seperti tidak
percaya saya tinggal di perumahan tersebut?” Tanya Raya setelah mereka berada
di jalan. Laki-laki itu hanya diam.
“Tidak ada” Jawabnya singkat kembali
pada mode datar. Terdengar decakan kesal di sampingnya.
“Anda harusnya berterima kasih kan ke
saya?” Tanya Raya berusaha mengingatkan Asisten Je.
“Untuk?” Bukannya menjawab malah
Asisten Je bertanya tanpa menoleh ke arah Raya.
“Bukannya tadi saya telah menyelamatkan
Anda dari kemarahan Tuan Muda Alvero? Jangan bilang Anda lupa”
“Hmmm” Jawab Asisten Je datar.
“Hmm…hmm, itu untuk iya atau tidak?
Saya kan bukan pembaca pikiran yang akan mengerti Anda dengan hanya jawaban
hmm” Kata Raya kesal seraya menatap Asisten Je.
“Cerewet!” Dengusnya tajam
“Apa!!!” Raya melotot tak percaya
mendengar satu kata yang keluar dari mulut Asisten Je sampai wanita itu tidak
mampu berucap apa-apa. Ia hanya bisa menggeram dalam hati.
Asisten Je langsung menghentikan
mobilnya tepat di depan rumah Raya. Sejenak wanita itu mengernyit heran,
bagaimana dia langsung tahu posisi rumahnya tanpa harus mencari atau bertanya
dulu.
“Kenapa? Tidak mau turun? Kau mau ikut
ke rumahku?” Tanya Asisten Je sinis melihat Raya tidak segera turun dari
mobilnya.
“Huh…bisa pingsan di jalan saya…” Kata
Raya cuek.
“Apa maksudmu?!” Tanya Asisten Je
tajam.
“Hmmm, badanku bisa membeku karena di dalam mobil es
batunya terlalu dingin, tapi terima kasih Tuan Anda bersedia mengantar saya…”
Kata Raya seraya turun dari mobil kemudian menutup pintu dengan sedikit keras
dan berlalu masuk ke dalam rumah. Asisten Je hanya berdecak kesal kemudian
melajukan mobilnya menuju ke blok B no 12.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments